Pentingnya Melek Politik bagi Pemuda

Oleh: Najma Nabila, Bogor

LenSa Media News_Opini_Ketua APSIPOL (Asosiasi Program Studi Ilmu Polirik) Iding Rosyidin menyampaikan dalam Konferensi Nasional bertemakan masa depan Demokrasi Indonesia bahwa terjadi fenomena kemunduran demokrasi. Pakar politik FISIP Universitas Andalas pada acara yang sama juga menyoroti partisipasi Gen Z dalam menjaga iklim demokrasi di Indonesia (Bangkapos.com, 18/09).

Walaupun memiliki perbedaan sudut pandang terkait politik, di mana seharusnya dalam Islam syariat yang punya peran menjadi asas pengaturan seluruh urusan manusia, akan tetapi fakta ini menjadi fakta atas apa yang terjadi pada mayoritas generasi muda, termasuk generasi muda muslim. Memahami bahwa politik adalah pengurusan urusan umat dan apa yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa banyak sekali kebobrokan pada generasi. Tidak cukup sampai di sini, secara luas kriminalitas yang tak kenal waktu dan tempat, pengubahan undang-undang dan atau lahirnya keputusan pejabat publik yang hanya menguntungkan penguasa, pembangunan yang memihak sebagian kalangan, serta kemiskinan yang masih merajalela di tengah masyarakat hanyalah sebagian contoh fakta yang mengiris hati. Seberapa banyak masyarakat terutama kaum muda terutama gen Z yang dapat mengindera masalah ini?

Politik dalam Islam merupakan salah satu jalan menerapkan aturan Islam dalam kehidupan, terutama yang hanya dapat diterapkan oleh negara. Dengan terpaan globalisasi yang makin gencar mengincar generasi muda seperti teknologi, tren fashion, musik dan film, serta tidak adanya bagian dari pendidikan yang sistemik mengarahkan anak muda untuk peka terhadap isu di tengah masyarakat, maka untuk melek politik ini menjadi hal yang amat sulit. Seperti yang sering digaungkan saat periode kampanye pilpres beberapa bulan lalu, tren joget gemoy menjadi lebih viral dibanding mengenal gagasan dari para calon presiden itu sendiri.

Melek politik juga akan mencerdaskan gen Z terkait bobroknya demokrasi. Perlu kepekaan untuk melihat bahwa dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat makin hari makin terdengar seperti isapan jempol belaka. Undang-undang bisa direvisi sesuka hati dengan tujuan tertentu. Rakyat miskin makin miskin sementara yang kaya makin diberikan kesempatan memperkaya diri. Dibarengi pembelajaran Islam, masyarakat termasuk gen Z akan memahami bahwa Islam lah yang semestinya hadir mengatur urusan hidup manusia. Terlalu banyak fakta yang menunjukkan kebatilan demokrasi dan jika tidak ada kesadaran politik, maka hanya akan jadi angin lalu yang dilewati, kalah pamor dengan berita dan tren kekinian seputar dunia hiburan.

Peran anak muda dalam politik tentu sangatlah besar. Namun, bukan dengan bergabung menjadi kader partai politik yang ada saat ini ataupun menjadi caleg yang menjanjikan perubahan. Mereka harus bisa memilih partai sahih yang membawa perubahan sebagaimana petunjuk yang telah Allah berikan. Kriterianya adalah memiliki ideologi sahih (Islam) yang juga sekaligus menjadi ikatan yang menghimpun para anggotanya, memiliki konsep politik yang dipilih untuk menjalankan perubahan, serta memiliki metode langkah perubahan yang relevan dengan problem sistem, dan memiliki para anggota yang memiliki kesadaran yang benar (bukan karena figuritas atau mencari jabatan).

Politik bukanlah ajang mencari popularitas ataupun uang balik modal dan gaji besar. Banyaknya fakta dan berita yang sudah berseliweran semestinya menyadarkan para pemuda untuk menghentikan kepercayaan pada partai sekuler yang ada saat ini. Jelas ini merupakan PR yang sangat besar karena tak adanya pendidikan politik sahih dari negara. Dalam Islam, negara akan melakukan pendidikan politik Islam pada para pemuda. Kerangkanya tentu sebagai jalan memahami pengaturan politik dalam Islam sebagai jalan meraih ridha Allah, sehingga pengaturan urusan umat dapat dilakukan dengan baik. Semua umat mendapatkan haknya, para pemegang amanah menunaikan kewajibannya.

(LM/SN)

Please follow and like us:

Tentang Penulis