Moderasi Solusi atau Dalih Kepentingan Oligarki
Oleh: Yumna Dhiya
LenSa Media News_Opini_Beri aku seribu orang tua,
niscaya akan kucabut semeru dari akarnya …
Beri aku sepuluh pemuda,
niscaya akan kuguncangkan dunia”..
(Soekarno Hatta)
Kalimat ini menggambarkan betapa besar pengaruh pemuda pada perubahan dunia, sebab pemuda adalah generasi penerus dan tonggak penegak peradaban. Raga muda yang kuat dan energik serta pemikiran yang kritis, inovatif dan solutif adalah bahan bakar laju perjuangannya. Bagaikan benih yang akan dituai sesuai jerih payah petani, baik buruknya kualitas hasil panen tergantung kualitas pupuk dan perawatan yang di berikan. Begitu pula dengan pemuda yang kualitasnya di bentuk dari apa dan bagaimana informasi dan pendidikan yang diberikan baik dari lingkungan keluarga atau lingkungan sosial.
Begitu penting memperhatikan dan memilah informasi yang kita dapatkan sebab informasi adalah bagian dari komponen berfikir untuk menetapkan keputusan yang akan di realisasikan dengan perbuatan. Dengan perbuatan manusia dapat merealisasikan tujuan, dengan perbuatan manusia akan membuat perubahan, dengan perbuatan manusia dapat meraih cita- cita dan dengan perbuatan pula kaum muslimin dapat mencapai kemenangan. Maka, kemenangan di awali dari pemikiran.
Inilah yang ditakuti oleh para penguasa oligarki, sebab saat kemenangan kembali ke tangan kaum muslimin, tahta, kuasa dan segala kepentingan mereka diluluh lantakkan oleh penguasa muslim. Sadar betul bahwa kemenangan Islam adalah ancaman bagi mereka maka fikir licik mereka menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kuasa. Tahu bahwa kaum muslim tak bisa dikalahkan secara fisik, sebab Islam memiliki konsep jihad dan misi mujahid yang menggetarkan hati setiap musuh-musuhnya.
Maka dari itu para musuh islam mengambil jalan perang pemikiran (ghazwul fikr) sebab mereka tahu bahwa pemikiran memanglah awal dari kemenangan namun pemikiran juga menjadi awal bagi kekalahan. Penguasaan sumber informasi menjadi uslub untuk dijadikan alat dalam merusak pemikiran pemuda muslim . Salah satu contoh dari penyusupan pemikiran ialah sosialisasi moderasi beragama di salah satu madrasah di IKN kota Balikpapan Rabu 11 September 2024 lalu oleh ibu Iriana Jokowi sumber laman berita detik.com
Moderasi beragama adalah cara pandang dalam beragama yang bersifat tidak ekstrem dan radikal termasuk didalamnya mengusungkan paham pluralisme, liberalisme dan prinsip kebangsaan dengan asas sekulerisme. Tujuan dari sosialisasi paham moderasi di kalangan pelajar ini adalah untuk menanamkan pemikiran moderat sejak dini dalam rangka menormalisasikan gaya beragama moderat sehingga pemuda khususnya pemuda muslim tidak ekstrem, radikal atau berlebihab dalam beragama.
Penerapan faham moderat ini justru menyebabkan dekadensi moral para pemuda dan pelajar sebab faham ini menjauhkan pemuda dari agama yang mengajarkan nilai moral dan norma-norma kehidupan. Pemahaman semacam ini rusak sebab asasnya yang bathil, moderasi tidak bisa menjadi jalan tengah atau win-win solution untuk membangun integrasi antar keragaman etnis bangsa . Islam juga sudah mengatur bagaimana hidup dalam lingkungan sosial dengan keberagaman etnis dan budaya karena islam agama yang sempurna. Islam memiliki konsep toleransi dalam bermuamalah dan prinsip yang teguh dalam aqidah dalam lingkup aturan hablumminannas. Aturan ini bukan kekangan atau ketidak seimbangan agama dalam mengatur kehidupan melainkan bentuk penjagaan wibawa dan kehormatan atas prinsip yang telah ditetapkan.
Pembahasan ini mengerucut pada satu kesimpulan bahwa sosialisasi faham moderasi beragama ini bukanlah alih untuk solusi kerusakan moral para pelajar muda dan disintegrasi bangsa saat ini, melainkan dalih untuk melancarkan penjajahan struktural demi mempertahankan kepentingan dan kedudukan dari ancaman kemenangan islam. Maka solusi untuk para pelajar dan seluruh masyarakat saat ini adalah tetap menjadikan islam sebagai tolak ukur perbuatan dan solusi berbagai permasalahan.
(LM/SN)