Kasih Ibu: Sepanjang Masa VS Berujung Petaka

Oleh: Inas Amira

Aktivis Muslimah Muda

 

LenSaMediaNews.com__“Hanya memberi, tak harap kembali”. Lirik ini tak menggambarkan kasih Ibu di Sumenep, Jawa Timur. Bu inisial E (41) tega menyerahkan sang anak yang berusia 13 tahun untuk diperkosa selingkuhannya J (41), seorang kepala sekolah demi Vespa. (surabaya.kompas.com, 09-01-24)

 

Fakta ini menunjukkan jebakan konsumerisme menjangkiti kalangan ibu-ibu. Gaya hidup konsumerisme adalah pemenuhan keinginan yang lebih besar dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan. Gaya hidup ini meletakkan kebahagian pada kepuasaan diri (materialis). Kepuasaan diri tak pernah ada habisnya sedangkan kemampuannya terbatas maka segala hal akan dilakukan. Standar perbuatan bukan benar atau salah, bahkan fitrah sebagai ibu berupa naluri kasih sayang kepada anaknya tak nampak.

 

Cara pandang ini hadir bukan tanpa tanda-tanda. Dimulai dari keimanan seseorang yang lemah. Ketidaksadaran bahwa anak adalah anugrah dari Allah dan amanah untuk menjadikannya sebagai anak shalih. Keimanan yang lemah berdampak pada ketidakpedulian terhadap agama dalam kehidupannya termasuk anaknya. Inilah yang disebut dengan sekuler, cara pandang menjauhkan agama dari kehidupan. Standar sekuler dalam sistem kapitalisme, perempuan akan dianggap berharga ketika dia memiliki materi sebanyak-banyak.

 

Kondisi ini diperparah dengan sistem pergaulan yang rusak, terbukti dengan maraknya kasus perselingkuhan. Sistem pergaulan yang bebas dilegalisasi dengan kebebasan berperilaku. Kebebasan perilaku diajarkan dalam sistem pendidikan sekuler.

 

Produk rusaknya sistem ini yakni seorang kepala sekolah sebagai figur contoh bagi murid-muridnya justru bertindak amoral. Kurikulum pendidikan yang jam pelajaran agamanya sangat minimalis. Seandainya pun diajarkan agama, nyatanya masih sulit menjadi pribadi yang bermoral. Belum lagi kebiasaan masyarakat untuk mendorong seseorang untuk berpacaran, pandangan aneh bila tak nongkrong dengan lawan jenis. Di sisi lain apatisnya masyarakat bila ada tindakan asusila.

 

Tak adanya ketegasan negara atas penyimpangan yang dilakukan oleh individu, diamini oleh masyarakat. Terbukti tak ada sanksi bila keduanya sama-sama “consent“. Fenomena seperti ini akan terus terjadi selama sistem sekuler kapitalistik masih terus dijalankan. Sejatinya fenomena yang nampak ini harus segera diubah dengan sesuatu yang amat sangat dekat dengan manusia.

 

Keterbatasan manusia menyadarkan akan kebutuhan keberadaan Illah yang menciptakan dan mengatur ciptakan seluruh semesta ini. Illah telah memberikan Islam sebagai agama yang sempurna. Islam mengatur fungsi negara untuk menjaga fitrah Ibu.

 

Islam menetapkan peran dan fungsi perempuan sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Perempuan muslimah yang cerdas, pandai dan terampil terlahir dari sistem pendidikan Islam. Muslimah bertakwa kepada Allah Ta’ala sebagaimana dicontohkan oleh Rasul.

 

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.” (QS Al-Hasyr [59]: 7)

 

Dari Ibu shalihah yang sehat jiwa dan raganya inilah, akan lahir anak-anak berkualitas. Generasi yang akan membangun masyarakat menuju kebaikan dan keberkahan sehingga terbentuklah fondasi bangunan masyarakat muslim. Islam juga menyediakan adanya supporting system di tempat kerja. Sehingga keluarnya kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan hanya dalam rangka melaksanakan kewajiban dan ketaatan kepada Allah.

 

Penjagaan ini dilengkapi dengan sistem sanksi yang mampu menjaga setiap individu dalam kebailkan, ketaatan dan keberkahan Allah. Seluruh sistem ini hanya dapat dipenuhi dengan sebuah negara yang paham bahwa posisi seorang ibu di dalam Islam merupakan kehormatan yang harus dijaga.

 

Negara berperan sebagai junnah (perisai) yang melindungi ibu dan anak dari pelecehan, kekerasan hingga hilangnya fitrah ibu. Negara yang menggunakan sistem Ploemerintah Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh). [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis