Ancaman Depopulasi di Tengah Bonus Demografi

Oleh: Ummu Maya

MIMم_Muslimah Indramayu Menulis 

 

LenSaMediaNews.com__Bonus demografi adalah kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif, yakni usia 15-65 tahun, lebih tinggi proporsinya dibandingkan usia 0-14 tahun dan di atas 65 tahun. Dan, Indonesia saat ini berada di puncak bonus demografi dengan jumlah penduduk usia produktif yang mencapai lebih dari 70% dari total populasi. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga tahun 2035.

 

Namun, di tengah puncak-puncaknya bonus demografi yang terjadi di Indonesia. Ancaman berkurangnya populasi (depopulasi) mulai menghantui masyarakat saat ini. Badan Pusat Statistika mengeluarkan data proyeksi penduduk Indonesia tahun 2015-2045 dari hasil sensus penduduk tahun 2020. Hasil tersebut menunjukkan jumlah kelahiran di Indonesia berada pada angka 4,62 juta pada tahun 2023. Apabila dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya, jumlah angka kelahiran di Indonesia menurun sebanyak 6,6 % daripada tahun 2013 dimana angka jumlah kelahiran mencapai 4,95 juta kelahiran (DATAin BPS 2023).

 

Ancaman Depopulasi, Mengapa Bisa? 

 

Di tengah kehidupan yang semakin sulit, banyak sekali perubahan dalam preferensi keluarga. Seperti kecenderungan untuk memiliki anak lebih sedikit, serta pergeseran nilai-nilai sosial yang menekankan pada kualitas hidup dan karier. Laporan terbaru dari BPS 2024 mencatat angka perkawinan di Indonesia terus menurun. Penurunan paling drastis terjadi selama tiga tahun terakhir, dari tahun 2021 hingga 2023. Di mana angka pernikahan di Indonesia menyusut sebanyak 2 juta.

 

Peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan pendidikan juga berpengaruh pada penurunan angka kelahiran. Demi meraih keduanya, tak sedikit perempuan yang menunda menikah atau membatasi diri dalam memiliki anak.

 

Ketidakstabilan ekonomi, seperti pengangguran dan inflasi, pun turut memengaruhi keputusan keluarga dalam memiliki anak. Angka Fertility Rate terus menurun tajam dan terjadi hampir di berbagai daerah. Maka beberapa dekade yang akan datang Indonesia bisa saja mengalami depopulasi.

 

Islam Menjaga Kelangsungan Jenis Manusia

 

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengatur setiap aspek kehidupan manusia. Pun Allah SWT juga menganugerahkan potensi ‘ghorizah nau’, agar manusia dapat melestarikan jenisnya hingga beranak-cucu-cicit dan seterusnya.

 

Tapi dalam pandangan kapitalisme keberlangsungan jenis manusia ini seakan tidak menjadi prioritas dan manusia akhirnya bebas mengespresikan dirinya sesuai dengan kehendaknya. Tentu ini sangat berbeda dengan pandangan Islam. Islam yang diterapkan dalam sebuah negara telah memiliki berbagai solusi untuk mengelola ancaman depopulasi ini.

 

Dalam Islam, pernikahan adalah ibadah. Di dalamnya sangat banyak memuat kebaikan. Bahkan, orang yang menikah dikatakan telah menggenapkan separuh agamanya. Dengan mindset ini, maka generasi muda akan berlomba-lomba menjalankan ibadah pernikahan, jika memang telah siap.

 

Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk melanjutkan keturunan. Sehingga generasi muda yang memandang pernikahan sebagai sebuah ibadah akan dengan senang hati dan bahagia untuk melestarikan keturunannya. Sehingga ancaman penurunan angka kelahiran bisa dicegah sedini mungkin.

 

Selain itu, negara berbasis Islam, akan menutup berbagai pintu-pintu yang dapat melahirkan berbagai kemaksiatan. Penyaluran gharizah na’u akan dipastikan sesuai koridor syariat. Kehidupan pria dan wanita dipisah kecuali dalam perkara-perkara yang memang diperbolehkan. Sanksi tegas bagi pria dan wanita yang tertangkap melakukan perzinahan dan kemaksiatan lain seperti LGBT dan sejenisnya.

 

Perempuan dikembalikan kepada fitrah penciptaannya. Dalam Islam perempuan bukanlah komoditi sehingga harus memenuhi tuntutan kapital. Perempuan didorong untuk berpendidikan tinggi bukan karena untuk mengejar karier, tapi untuk mengemban amanahnya sebagai ibu generasi dan peradaban. Meski demikian perempuan tetap boleh bekerja dan berperan dalam lingkungan publik.

 

Terkait banyaknya pengangguran, mahalnya biaya pendidikan, kesehatan dan kebutuhan lain, maka negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam. Pendidikan, kesehatan, dan keamanan, juga kebutuhan pokok berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal dipenuhi oleh negara untuk setiap individu per individu, dengan mekanisme yang sesuai syara.

 

Dan di dalam Islam makna kebahagiaan adalah dengan mendapatkan rida Allah, bukan karena terpenuhinya kesenangan duniawi. Sehingga seseorang yang telah menjadikan tujuan hidupnya semata hanya karena Allah tidak akan menjadikan materi sebagai ukuran kebahagiannya. Materi hanyalah akan dijadikan sebagai sarana untuk meraih rida Allah. Bukan sebagai tujuan utama sehingga melalaikan yang lainnya. Dengan ini semua ancaman depopulasi mampu diatasi.

Wallahualam a’lam bish-shawab. [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis