Sampai Kapan Penderitaan Warga Palestina Berakhir ?

 

Lensa Media News, Surat Pembaca- Warga Palestina makin merana akibat blokade di Gaza yang telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sudah 90 persen lebih zona kemanusiaan yang aman di Gaza diubah menjadi tumpukan puing puing dan abu dalam waktu sekejap saja. Penjajah Israel dengan sewenang-wenang hanya menyisakan 9,5 persen wilayah Gaza untuk zona aman warga (AntaraNews, 25/08/2024).

 

Berkurangnya zona aman yang terus menerus berlangsung itu memperburuk genosida dan krisis kemanusiaan di Gaza. Warga sipil hanya bergantung pada tempat yang lebih kecil untuk melarikan diri dari aksi kekerasan yang mengancam nyawanya.

 

Hingga kini serangan Israel telah menewaskan lebih dari 40.200 warga Palestina. Israel terus menerus melakukan serangan brutalnya di jalur Gaza sehingga menyebabkan kondisi warga di sana makin kritis. Ditambah pula dengan pernyataan Kementerian Kesehatan Gaza, sekitar 60 persen obat obatan esensial dan 80 persen pasukan medis di Gaza telah habis akibat perang yang terus berkecamuk serta penutupan perbatasan oleh Israel semakin membuat rumah sakit mengalami kekurangan obat yang sangat akut. (Antara News, 23/08/2024)

 

Di Mahkamah Internasional perundingan damai untuk menghentikan serangan-serangan ini terus dilakukan. Meski begitu, tidak ada yang membuahkan hasil. Diakui ada sejumlah hambatan karena pihak Israel yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu terus mengubah sikap. Kesepakatan damai di antara kedua belah pihak selalu gagal dilaksanakan. Sepuluh sumber yang dekat dengan negosiasi perdamaian mengatakan bahwa perundingan perdamaian masih sulit terealisasi dan tidak ada satu pun pemimpin muslim dunia yang dapat menghentikan situasi yang memprihatinkan ini.

 

Penerapan ideologi Kapitalisme telah membunuh jutaan jiwa di seluruh dunia dengan berbagai cara. Dan ini menjadi bukti sistem yang dipakai dunia hari ini adalah sistem yang jahat. Para pemimpin muslim saat ini juga tak peduli, bahkan menjadi antek musuh Islam. Ini mencerminkan rusaknya kepemimpinan dunia Islam. Genosida di Gaza adalah perang ideologi.

 

Sayangnya, ideologi Islam baru diemban oleh individu dan belum diemban oleh negara karena yang melawan hanyalah muslim Palestina dan individu yang berideologi Islam. Perang ini adalah perang melawan negara, sehingga membutuhkan tegaknya negara berideologi islam, yaitu khilafah yang akan mendorong adanya jihad. Tegaknya Khilafah membutuhkan kesadaran yang sama, di tengah umat. Urgensi keberadaan kelompok dakwah ideologis kini sangat dibutuhkan.

 

Nurma Wuriana, S.Psi

 

[LM, Hw]

Please follow and like us:

Tentang Penulis