Demokrasi dalam Perspektif Islam

Oleh Hj. Lia Fakhriyah, S.P

 

 

LenSa MediaNews__ 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian (TQS Al-Baqarah [2]: 208).

 

Gambaran apa yang ada dalam benak kita saat membaca ayat ini? Apakah tergambar bahwa Islam mengatur seluruh aspek kehidupan dari mulai aktivitas bangun tidur, ibadah, dan mengatur negeri dan dunia ini? Harapannya adalah ya.

Maka Al-Qur’an dan As-Sunnah akan dijalankan di seluruh aspek kehidupan.

فَاحْكُم بَيْنَهُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ

Hendaklah kamu (Muhammad saw.) memutuskan perkara di antara mereka menurut wahyu yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka untuk meninggalkan kebenaran yang telah datang kepada dirimu (TQS Al-Maidah [5]: 48)

 

Apakah tergambar dalam benak kita bahwa ayat ini memerintahkan agar kita, umat Islam, menjadikan wahyu Allah ﷻ sebagai pedoman dalam memutuskan segala urusan dan tidak mengikuti hawa nafsu atau keinginan pribadi? Harapannya adalah ya.

 

Maka kaum muslim akan meninggalkan sistem demokrasi. Karena di sistem ini kita akan menyerahkan urusan kepada aturan manusia. Karena dalam sistem demokrasi, aturan berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Apakah Ini artinya sama dengan mengikuti hawa nafsu? Berarti kita sudah keluar dari ketaatan kepada Allah ﷻ.

 

Baginda Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan untuk selalu terikat dengan syariah Islam. Beliau ﷺ antara lain, bersabda:
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Berpegang teguhlah kalian pada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang terbimbing. Gigitlah Sunnah itu dengan gigi geraham kalian (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

 

Dari hadits ini apakah tergambar bahwa kita diminta untuk memeriksa setiap perbuatan kita, apakah sudah sesuai dengan apa yang Beliau bawa? Semoga tergambar. Dengan demikian seluruh kaum muslimin akan belajar Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dan dengan cermat akan memperhatikan setiap tingkah lakunya apakah sesuai atau tidak dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

ترَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Aku telah mewariskan untuk kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat selama berpegang teguh pada keduanya, yakni: Kitab Allah (al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya (HR Malik dan al-Hakim)

 

Apakah tergambar dalam benak kaum muslimin bahwa jalan menuju keselamatan di dunia dan akhirat adalah berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah? Apakah tergambar pesan terakhir manusia mulia yang sangat mencintai umatnya, adalah kalimat yang tidak mungkin mencelakai mereka? Apakah tergambar bahwa pesan terakhir ini harus diperhatikan dengan seksama?

 

Maka tidak mungkin akan kita ambil pendapat bahwa manusia bebas berpendapat,  manusia bebas memiliki apa pun, manusia bebas bebas beragama, dan manusia bebas bertingkah laku. Karena pesan Rasulullaah ﷺ terakhir itu adalah untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.  Pendapat kita, bagaimana cara kita menguasai benda, apa yang boleh manusia miliki dan agama apa yang harus dipilih manusia, semua ada aturannya dalam 2 perkara yang diwasiatkan Rasulullaah ﷺ tersebut.

كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
Bani Isra’il, kehidupan mereka selalu didampingi oleh para Nabi, bila satu Nabi meninggal dunia, akan dibangkitkan Nabi setelahnya. Dan sungguh tidak ada Nabi sepeninggal aku. Yang ada adalah para khalifah yang banyak jumlahnya”. Para shahabat bertanya; “Apa yang baginda perintahkan kepada kami?”. Beliau menjawab: “Penuhilah bai’at kepada khalifah yang pertama (lebih dahulu diangkat), berikanlah hak mereka karena Allah akan bertanya kepada mereka tentang pemerintahan mereka”. (HR Muslim)

 

Apakah tergambar bagaimana Rasulullaah ﷺ dalam hadits di atas menjelaskan tentang arti politik? Yaitu aktifitas para Nabi dalam mendampingi manusia mengarungi kehidupan dengan tuntunan aturan dari Allah ﷻ. Apakah tergambar bahwa aktivitas politik para Nabi, selesai sepeninggal Rasulullaah ﷺ, dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah selanjutnya?

 

Jika ini tergambar pada para kontestan yang sedang bertarung untuk memperoleh kekuasaan, mereka akan belajar kepada aktifitas Rasulullaah ﷺ dalam meraih kekuasaan. Dan juga akan belajar bagaimana Nabi ﷺ menggunakan kekuasaan itu untuk menerapkan aturan Allah ﷻ. Semuanya akan berkolaborasi untuk mewujudkan rahmat di seluruh alam. Bukan seperti yang kita saksikan saat ini.

Please follow and like us:

Tentang Penulis