Pahami Al-Qur’an, Bentengi dari Sekulerisasi

Oleh: Hj. Lia Fakhriyah, S.P

 

LenSa MediaNews__

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS Al Baqarah: 208)

 

Allah telah memerintahkan kita kaum muslimin untuk melaksanakan seluruh aturan yang ada dalam Islam. Sebagai konsekuensinya adalah  kita perlu ketahui dan pahami aturan Islam secara keseluruhan. Problem yang dihadapi kaum muslimin adalah Al-Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab. Maka untuk memahami Al-Qur’an kita perlu menguasai Bahasa Arab. Dan muncul problem berikutnya, di sekolah umum kurikulum tidak memfasilitasi anak untuk menguasai Bahasa Arab.

 

Kisah Ibu Kartini menemukan keindahan memahami Al-Qur’an, dapat kita baca dari buku kumpulan surat menyurat beliau dengan teman-teman Belandanya. Awalnya beliau kesal dengan kebiasaan boleh membaca tapi tidak boleh memahami Al-Qur’an, yang diungkapkan dalam surat yang dikirimkan kepada sahabat Belandanya. “Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?” https://kmp.im/app6. Sampai suatu saat beliau bertemu dengan Kiai Shaleh Darat, yang kemudian terinspirasi dari keingintahuan yang besar dari R.A. Kartini untuk memaham Al-Qur’an, dengan berupaya menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam Bahasa Jawa. Hasil dari proses memahami Al-Qur’an oleh Ibu R.A. Kartini, beliau  menyampaikan kepada teman korespondensinya:
“Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai,” tulis Kartini dalam surat tertanggal 21 Juli 1902.”

 

Hal ini menunjukkan bahwa memahami Al-Qur’an sungguh suatu jalan keselamatan. Salah satunya terlihat dari sepenggal  perjalanan hidup Ibu R.A. Kartini. Beliau adalah sosok yang memperlihatkan realitas yang Allah sampaikan dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 1,

الر ۚ كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

 

Pemahaman yang kuat tentang Al-Qur’an misalnya tentang kewajiban menutup aurat dalam surat An-Nuur ayat 31 dan surat Al-Ahzab ayat 33 tentang tatacara berpakaian seorang muslimah, akan menjaga muslimah untuk istiqamah menutup aurat dan menggunakan jilbabnya. Dan juga akan mencegah para pembuat kebijakan untuk mengeluarkan aturan yang bertentangan dengan perintah Allah.

 

Saat Allah ﷻ  berfirman,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagi kalian dan telah Aku ridai Islam menjadi agama bagi kalian (TQS al-Maidah [5]: 3)

 

Maka dengan memahami ayat ini, kita yakin bahwa Allah ﷻ telah memilih agama Islam sebagai pedoman hidup manusia. Bukan untuk disombongkan oleh kaum muslimin, namun untuk menjadi jalan munculnya rahmat, kebahagiaan yang tersebar di muka bumi ini. Sebagaimana firman-Nya,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (TQS Al-Anbiya: 107)

 

Maka tugas kaum muslimin adalah menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk memunculkan ketentraman hakiki di dunia. Amanah yang muncul saat mengambil agama yang diridai Allah, sebagai agamanya, yaitu memunculkan keteraturan yang akan membawa kebahagiaan bukan saja untuk manusia tapi untuk seluruh makhluk.

 

Dari sini kita melihat bahwa pemahaman terhadap Al-Qur’an adalah benteng bagi muslim khususnya dan manusia pada umumnya untuk melindungi dari sekulerisasi.

 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia se·ku·la·ris·me /sékularisme/ adalah paham atau pandangan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama. Negara atau masyarakat yang berdiri di atas paham sekularisme akan menolak campur tangan agama dalam kehidupan, kecuali dalam urusan ibadah.

 

Kehidupan sekuler yang dipaksakan untuk diterapkan kepada manusia saat ini, sungguh suatu kehidupan yang membahayakan, menyengsarakan seperti yang kita rasakan saat ini.  Pemahaman yang kuat terhadap Al-Qur’an akan mencegah munculnya problema yang dimunculkan sekularisme. Islam  sanggup menjelaskan berbagai persoalan kekinian seperti penggunaan uang elektronik, jual-beli online, bayi tabung, kloning manusia, pembuatan senjata nuklir atau PLTN, dsb.

 

Al-Qur’an yang dipahami juga memiliki kekuatan  pencegahan atas ragam kezaliman baik oleh individu maupun oleh penguasa. Sebabnya, unsur takwa dalam diri setiap muslim akan mencegah dirinya dari berbuat zalim. Selain itu ada kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar atas kaum muslim yang berperan mencegah kezaliman. Standar moral dalam Islam pun jelas, yakni halal dan haram, bukan asas manfaat yang melahirkan penguasa yang pragmatis atau otoriter.

 

Sejarah telah membuktikan Islam mampu membawa manusia dalam keadilan di berbagai bidang, menghilangkan diskriminasi antar manusia, termasuk rasialisme, bahkan menjamin keamanan untuk segenap umat manusia. Seperti halnya janji Allah dalam surat al Anbiya ayat 107 di atas.

Please follow and like us:

Tentang Penulis