Selamatkan Generasi dari Darurat Seks Bebas dan LGBT
Oleh: Yayat Rohayati
Jamaah Majelis Taklim Khoirunissa Karawang
LenSa MediaNews__ “Hitam putih suatu bangsa ditentukan oleh generasinya. Apabila generasi salih, maka akan melahirkan peradaban cemerlang. Namun, jika kondisi generasi kebalikannya maka kehancuran bagi bangsa tersebut”.
Kata-kata tersebut disampaikan oleh Ustazah Indri ummu Amzar, mengawali ceramahnya dalam agenda kajian rutin bulanan Majelis Taklim Khoirunissa Karawang, ahad 25 Agustus 2024. Bertempat di Masjid Abdurrahman, Jalan Cibalongsari Kecamatan Klari.
Alhamdulilah acara yang dibuka oleh seorang bidan, Ibu Nur Endah, dihadiri kurang lebih 65 jamaah dari perwakilan beberapa Majelis Taklim di Karawang.
Ibu Eneng membacakan ayat suci Al-Quran untuk mengawali acara, supaya limpahan keberkahan menyertai para penuntut ilmu di Majelis Taklim tersebut.
Kajian bulanan kali ini mengangkat tema hangat, yaitu tentang kondisi generasi yang sedang tidak baik-baik saja. Generasi penuh kerusakan, dan jika dibiarkan maka kehancuran bagi negeri ini.
Dalam pemaparan materi dengan judul Selamatkan Generasi dari Darurat Seks Bebas dan LGBT, Ustazah Indri mengatakan bahwa generasi harus menjadi dambaan agama, keluarga, dan negara.
Lantas generasi seperti apa yang dimaksud? Yaitu, generasi yang shalih, sebab merekalah yang memiliki keimanan kepada Allah serta berkepribadian Islam.
Beriman kepada Allah saja belum bisa dikatakan pribadi salih, sebab harus diiringi dengan pola pikir dan pola sikap yang selaras dengan fitrahnya, yakni Islam.
Dengan begitu akan lahir generasi yang mampu menjaga agama, keluarga, bangsa dan negara.
Namun, mirisnya remaja dan anak-anak sebagai pemegang estafet kemajuan suatu bangsa dan pencetak peradaban tersebut, kini sedang terjangkiti satu penyakit. Penyakit yang bisa menghancurkan masa depan generasi, yaitu seks bebas dan LGBT.
Jamaah dibuat miris ketika ustazah membeberkan fakta tingkat kerusakan generasi disekitar kita. Indonesia ternyata berada pada tingkat paling atas jumlah orang dengan HIV (ODIV). Kelompok usia 25-49 tahun sebanyak 71,6℅ dan usia 20-24 tahun sebanyak 14,1℅.
HIV/AIDS merupakan salah satu dari 23 penyakit yang diakibatkan oleh perbuatan seks bebas. Seks bebas ini bukan yang dilakukan para wanita tuna susila (WTS) atau pria tuna susila (PTS) saja. Akan tetapi akibat perbuatan zina, seperti: hubungan seksual dengan pacar, selingkuhan, atau berganti-ganti pasangan.
Acara semakin gereget ketika Ustazah Herni sebagai host, bertanya penyebab dari kerusakan pada anak dan remaja hari ini.
Ada beberapa faktor penyebab maraknya seks bebas dan LGBT.
Yang pertama, tontonan yang merangsang pertumbuhan biologis anak. Konten pornografi bertebaran di mana-mana. Anak-anak dengan mudah mengaksesnya akibat kurangnya pengawasan dari orangtua. Maka berbahaya karena tontonan tersebut akan menjadi tuntunan bagi mereka.
Yang kedua, pergaulan dalam masyarakat hari ini yang bebas tanpa batasan syarak. Akhirnya banyak orangtua yang ketika anak mereka mulai dewasa diperbolehkan untuk pacaran. Mereka menganggap bahwa pacaran merupakan penjajakan menuju jenjang pernikahan.
Padahal sejatinya pacaran membuka peluang syaiton menuju perzinaan. Sebab, dalam pacaran banyak aktivitas yang dilarang dalam agama IsIam. Seperti bersentuhan dengan yang bukan mahrom, dan berkhalwat (berdua-duaan).
Yang ketiga, adanya peraturan yang seolah-olah melindungi, tapi pada faktanya malah menambah kehancuran generasi. Seperti baru-baru ini disahkan PP no. 28 tahun 2024 tentang alat kontrasepsi untuk anak-anak dan remaja.
Beginilah potret kehidupan ketika hukum Allah diganti dengan hukum buatan manusia. Maka aturan pun akan dibuat sesuai kepentingan.
Halal-haram tak lagi menjadi patokan dalam bertingkah laku. Sebab, sistem yang diterapkan di tengah umat hari ini adalah kapitalisme sekular. Di sana kepuasan materi/jasadiyah menjadi tujuan hidup, serta memisahkan agama dari kehidupan.
Oleh karena itu, dalam menjaga kesalihan generasi diperlukan adanya peran orangtua yang mampu mendidik dan membekali anaknya dengan akidah yang kuat.
Selain itu perlu juga adanya masyarakat yang beramar ma’ruf nahi munkar. Saling mengingatkan ketika kemaksiatan terjadi ditengah masyarakat.
Allah SWT berfirman:
“Hendaknya ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkarmunkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (TQS. Ali-Imran :104).
Masyarakat yang benar adalah memiliki perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama yaitu IsIam.
Terakhir, hadirnya negara yang mampu menjaga dan melindungi rakyatnya dari berbagai kerusakan. Negara memegang peran penting dalam melahirkan generasi salih. Negara yang bertanggungjawab terhadap amanahnya, tidak akan membuat kebijakan yang zalim. Karena kelak semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Rasulullah saw. bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya” (HR Bukhari Muslim). Gambaran tersebut akan didapatkan dalam negara yang menerapkan IsIam secara keseluruhan (kaffah).
Sebelum acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Ibu Siti, Ustazah Indri menutup materi dengan mengajak jamaah untuk peduli dengan sekeliling kita, jangan berdiam diri jika ada kemaksiatan terjadi. Dalam sesi tanya jawab para jamaah sangat antusias. Hal itu dikarenakan mereka bisa menyimak materi dengan khidmat tanpa iklan dari anak-anak. Karena dari MT Khoirunisa selalu menyediakan tim kids corner, yang menjaga, belajar, dan bermain. Alhamdulillah acara selesai tepat pada pukul 11.00 wib. Wallahua’alam.