Potret Kelam Sistem Pendidikan Sekuler


Oleh: Yuli Yana Nurhasanah

 

 

LenSa MediaNews__ Dunia pendidikan masih belum baik-baik saja. Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa, yang terjadi di lingkungan kampus Kota Semarang. Hal ini sudah pasti menambah daftar catatan buruk bagi dunia pendidikan.

 

Beragam alasan yang menjadi penyebab terjadinya bunuh diri di lingkungan kampus Kota Semarang; mulai dari persoalan utang, pinjol, depresi, tekanan dalam proses studi hingga persoalan asmara. Cara mereka mengakhiri hidup pun beragam; ada yang gantung diri, terjun dari gedung, hingga menyuntikkan obat bius. (radarsemarang.id, 15-8-2024)

 

Banyaknya kasus bunuh diri pada mahasiswa dan berbagai persoalan yang menimpa mereka, menggambarkan kompleksnya persoalan yang dihadapi. Semua erat kaitannya dengan sistem hidup yang dijalankan hari ini termasuk sistem pendidikan sekuler. Sistem ini gagal melahirkan generasi yang berkepribadian Islam, padahal generasi akan menjadi penerus dan pembangun peradaban.

 

Inilah buah dari sistem yang diadopsi oleh negara, yaitu sistem kehidupan Barat (kapitalisme), yang menjadikan pola pikir dan pola sikap mengikuti Barat. Sistem pendidikan yang berlandaskan sekularisme membentuk kepribadian generasi yang jauh dari agama. Akibatnya, mereka menilai kebahagiaan itu hanya masalah kesenangan dunia, seperti uang, gadget, musik, makan-makan, hingga percintaan. Semua ingin serba instan, membuat mereka terlena, manja dan menjadi generasi stroberi yang terlihat bagus dari luar padahal di dalam lembek.

 

Di saat keinginan mereka tidak terpenuhi mereka menganggap dunia tidak adil, kejam dan berpikiran pendek mencari jalan keluar yang salah dan akhirnya memilih bunuh diri untuk mengakhiri segala persoalan kehidupan yang mereka hadapi. Mereka tidak paham kalau kematian bukan akhir dari segala masalah kehidupan, tetapi awal dari segala pertanggungjawaban di hadapan Tuhan.

 

Ada apa dengan generasi negeri ini, kenapa bunuh diri dijadikan solusi? Faktor utamanya adalah penerapan sistem sekuler kapitalisme, yang mengeliminasi peran tiga pilar hingga gagal membentuk generasi tangguh dan kuat.

 

Peran tiga pilar yaitu :

Pertama, keluarga. Mereka tidak merasakan peran kehadiran orang tua baik secara fisik ataupun psikis, menyebabkan mereka memiliki mental rapuh karena berjauhan dari orang tua, keluarga broken home, motherless, atau fatherless. Bahkan Indonesia ketiga terbanyak sebagai negara fatherless.

Kedua, masyarakat dan dunia pendidikan. Pendidikan saat ini berlaku kurikulum sekuler yang menjauhkan manusia dari agama (aturan Allah Ta’ala) dan akhirnya terbentuk masyarakat individualis kapitalistik. Mereka berperilaku tidak terkendali dalam standar halal-haram. Bagi mereka standar kebahagiaan adalah kesenangan duniawi dan meraih materi sebanyak-banyaknya.

Ketiga, peran negara. Dalam hal kebijakan untuk rakyat, negara tidak memberi solusi dengan mahalnya biaya hidup dalam segala aspek, khususnya yang menyangkut mahasiswa. Seperti mahalnya biaya kuliah karena kebijakan pemerintah menaikan UKT, kurikulum perguruan tinggi yang menuntut mahasiswa cakap dalam bekerja, tugas yang menumpuk, SKS yang padat menyebabkan mahasiswa stres. Banyak oknum mahasiswa bunuh diri yang stres akibat skripsi dan stres membayangkan kehidupan setelah wisuda.

 

Sedangkan dalam sistem Islam, keluarga adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya dengan cara menanamkan akidah Islam, memahamkan bahwa manusia adalah hamba Allah yang wajib taat akan segala aturan dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan pendidikan dan pola asuh berlandaskan Islam, generasi akan tumbuh dengan kepribadian Islam, mencegah berbuat maksiat jadi pribadi yang taat. Dengan iman dan takwa akan kuat menghadapi segala masalah dan paham apapun yang terjadi adalah ketetapan Allah.

 

Negara dalam sistem Islam berperan memastikan sistem sosial berlangsung dengan baik mengedukasi masyarakat agar tidak stres, menciptakan kondisi sosial yang sehat. Memastikan kebutuhan rakyat terpenuhi dengan ekonomi Islam didalamnya, berupa pengelolaan keuangan yang diserahkan kepada baitulmal, adanya kas negara dari jizyah, kharaj, ganimah, fai hingga pengelolaan SDA. Kas itulah yang akan dipakai nantinya untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat dalam naungan daulah untuk semua aspek kebutuhan hidup.

 

Hanya dengan penerapan Islam secara utuh solusi hakiki problematika umat, terbukti 13 abad sejarah penerapannya, karena semua berlandaskan aturan Allah, Islam adalah satu-satunya agama yang tidak hanya mengatur aspek ruhiah atau ritual saja, namun mengatur seluruh kehidupan.
Wallahu ‘alam bishshawab

Please follow and like us:

Tentang Penulis