Solusi Islam Atasi Krisis Air
Oleh Hanif Eka Meiana
Aktifis Muslimah Soloraya
LenSa Media News _ Opini_ Memasuki musim kemarau banyak wilayah di sekitar Soloraya yang mengalami kekeringan dan krisis air, mulai dari Klaten, Solo, Sukoharjo dan sekitarnya. Seperti yang terjadi di Sukoharjo, sebanyak 60 keluarga di Dusun Tugusari, Desa Kamal, Kecamatan Bulu, Sukoharjo, menerima bantuan air bersih. Selama ini, mereka kesulitan mendapatkan air bersih lantaran sumber air mengering saat musim kemarau (Soloraya.solopos.com, 1/8/2024).
Pemkab Sukoharjo bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Sukoharjo menyalurkan tiga mobil tangki air bersih ke Dusun Tanjungsari, Desa Kamal, Kecamatan Bulu. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Aryanto Mulyatmojo mengatakan masyarakat tak perlu khawatir lantaran pemerintah bakal menyalurkan bantuan air bersih secara berkala.
Apa yang dilakukan oleh Pemkab Sukoharjo memang sudah semestinya dilakukan. Persoalan krisis air bersih seringkali terulang dan terjadi di berbagai daerah tidak hanya di Soloraya saja. Ironi memang, disaat kita disebut sebagai negara agraris, nyatanya banyak masyarakat yang kesulitan memperoleh air bersih. Mengutip dari tulisan Mahya Nurrohmah, “Potensi paparan masyarakat terhadap kekeringan dan pencemaran sumber air menjadi indikasi ketidakmampuan pemerintah dalam memenuhi hak rakyat atas air.”
Disaat yang sama, ada pihak-pihak yang dengan mudahnya mendapatkan izin untuk mengeksploitasi sumber daya air dalam rangka untuk memperoleh keuntungan. Liberalisasi sumber daya air menjadikan swasta mendominasi dalam pengelolaan air dan menjadikan masyarakat harus membayar mahal untuk sekedar mendapatkan air bersih. Sedangkan pemimpin yang ada malah memberikan keleluasaan bagi pihak swasta untuk mengambil air secara cuma-cuma. Tak tanggung-tanggung, jumlah debit air yang dieksploitasi pun terbilang cukup banyak bahkan sebagian membawa dampak bagi masyarakat sekitar daerah yang dieksploitasi.
Pemerintah dan negara hanya memandang berdasarkan ukuran manfaat dan kepentingan, sehingga mudah dalam mengambil kebijakan yang itu memberikan keuntungan bagi pengusaha maupun oligarki. Sementara rakyat sering kali dianaktirikan. Pandangan kapitalisme inilah yang masih kita adopsi hingga detik ini. Berlandaskan pada paham sekulerisme yakni pemisahan antara agama dengan kehidupan, kehidupan manusia tengah di ambang kerusakan.
Bagaimana tidak, sistem yang menihilkan peran Tuhan dalam mengatur kehidupan dan menjadikan manusia sebagai pihak yang berwenang membuat hukum justru menjerumuskan manusia pada berbagai problem kehidupan yang tak tuntas akibat keterbatasan akal manusia. Akibat keserakahan manusia, banyak kawasan hutan yang gundul, sampah menumpuk, polusi udara, efek rumah kaca, limbah pabrik dan lain sebagainya mempengaruhi cuaca dan kualitas air bersih.
Bila berkaca pada Islam, kita akan temukan bahwa Islam punya solusi atas berbagai problem kehidupan, salah satunya soal krisis air. Sistem yang menjadikan agama sebagai aturan kehidupan ini mampu mewujudkan lingkungan yang sehat dan asri, individu dan masyarakat yang bertakwa, serta kesejahteraan umat yang tidak pernah didapatkan dari sistem lainnya.
Penerapan sistem Islam secara kaffah mampu membentuk individu-individu menjadi muslim yang bertakwa. Ia akan sadar secara penuh bahwa alam semesta yang Allah hadirkan menuntut untuk dijaga dan dilindungi kelestariannya. Masyarakat dalam sistem Islam pun satu dengan yang lain saling nasehat menasehati serta melakukan amar ma’ruf nahi munkar mencegah dari perbuatan yang merusak lingkungan.
Sementara negara yang dipimpin oleh seorang khalifah akan menegakkan hukum-hukum Islam dalam setiap aspek kehidupan. Menindak siapa saja yang mencemari lingkungan, melarang pihak swasta maupun individu untuk menguasai dan mengeksploitasi sumber daya alam terutama terkait air. Negara akan menerapkan sanksi bagi siapa saja yang melanggar. Negara juga akan sigap manakala terjadi masalah kekeringan dan krisis air bersih yang melanda di beberapa daerah. Khalifah akan lebih mengutamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan pribadinya.
Bila perlu negara akan membiayai riset, pengembangan teknologi dan implementasinya untuk menyelesaikan masalah krisis air ini.Tanggung jawab ini sepenuhnya diemban oleh negara bukan pihak swasta. Dengan berpijak pada prinsip ekonomi Islam bahwa air merupakan harta milik umat maka sepenuhnya harus dikelola oleh negara dengan tujuan pelayanan dan bukan bisnis. Insyaallah potensi air yang melimpah dapat dimanfaatkan dengan baik serta dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Oleh karenanya, masalah krisis air tak cukup hanya dengan solusi sementara yakni distribusi air, melainkan harus merubah mindset masyarakat, serta mengganti sistem kapitalisme yang telah jelas merusak dengan sistem Islam yang sempurna dan telah nyata mensejahterakan rakyat.
Waullahu’alam
(LM/SN)