Peringatan Hari Anak, Persoalan Anak kian Marak

Oleh: Sunarti

 

LenSa Media News–“Anak adalah permata hati” begitu kebanyakan orang menempatkan posisi anak di dalam benaknya. Pun Allah SWT., juga memberikan kedudukan yang demikian dalam Firman-Nya, “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (TQS al-Furqan 25: 74).

 

Sayangnya, persoalan yang menimpa anak-anak tidak kunjung usai. Semakin hari semakin banyak saja persoalan yang menimpa para buah hati, bahkan kian menyayat hati.

 

Tidak bisa dipungkiri, bagaimanapun pula anak tetaplah permata hati bagi orang tuanya. Meskipun banyak diantara orang tua justru menjadi sosok yang jahat terhadap putra-putrinya. Lantaran banyak penyebab yang memicu gelap mata orang tua ataupun orang dewasa lainnya terhadap anak-anak yang seharusnya mendapatkan perhatian, cinta dan kasih sayang dari orang dewasa, serta perlindungan dari negara. Pantas saja dalam peringatan Hari Anak Nasional yang diperingati pada tanggal 27 Juli 2024, ada 7 permasalahan yang menimpa anak-anak di Indonesia.

 

Dalam laman Mediaindonesia.com disebutkan 7 permasalahan anak tersebut diantaranya adalah pertama masalah kesehatan. Indonesia masih memiliki angka tertinggi dalam angka kematian bayi dikarenakan berat badan lahir rendah. Angka kematian anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2022 mencapai 24,9 per 1.000 kelahiran hidup.

 

Kedua, kemiskinan. Dalam catatan Badan Pusat Statistik tahun 2022 mencapai 26,16 juta jiwa atau setara dengan sekitar 9,59© dari total jumlah penduduk dan dari data tersebut sebagian besar penduduk miskin adalah anak-anak. Ketiga, kekerasan terhadap anak. Menurut saya Komite Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), pada 2022, sebanyak 17.262 kasus kekerasan terhadap anak. Kekerasan di dalamnya adalah kekerasan fisik, seksual dan psikologis.

 

Keempat pendidikan. Anak-anak Indonesia pada tahun 2022, BPS mencatat terdapat 2,5 juta anak usia 7-12 tahun yang mereka tidak sekolah. Kelima adalah pekerja anak. Karena berbagai sebab, selain sebab ekonomi, anak-anak banyak yang terpaksa harus bekerja dengan bermacam pekerjaan.

 

Keenam, pernikahan dini. Ada 1,2 juta anak, yang mereka menikah di bawah usia 18 tahun. Pernikahan muda atau pernikahan pada anak-anak bisa menyebabkan masalah kesehatan baik pada perempuan maupun calon anak-anaknya, dikarenakan resiko tinggi pada kehamilan dan persalinan. Ketujuh,  adalah anak jalanan. Perkiraan 7.500 anak tinggal di wilayah metropolitan Jakarta. Angka yang tinggi dalam sebuah wilayah metropolitan.

 

Fenomena terbaru yang belum tercatat di atas adalah anak-anak yang kecanduan judi online dan tingginya angka gagal ginjal pada anak akibat minuman dalam kemasan.

 

Sistem Sekular-Liberal Mengabaikan Kehidupan Anak

 

Peringatan Hari Anak Nasional telah diadakan berkali-kali. Dengan harapan kesejahteraan bagi anak bisa terwujud. Faktanya, nasib anak-anak semakin memburuk. Ini menunjukkan bahwa peringatan itu hanya seremonial sahaja. Bukti kebijakan pemerintah belum bisa menyentuh akar persoalan.

 

Sisi lain peran keluarga dalam mendidik anak sangat lemah. Ayah dan ibu cenderung tersibukkan dengan pekerjaan demi terpenuhi kebutuhan ekonomi. Karena sistem ekonomi dalam sistem kapitalis-sekular tidak memperhatikan nasib rakyat. Sehingga rakyat dipaksa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan meninggalkan keluarga.

 

Sementara sistem pendidikan nasional juga belum bisa memberikan kontribusi perbaikan pada generasi. Output pendidikan justru minim adab dan menghasilkan generasi yang individualistis.

 

Penyebab munculnya problematika anak adalah sistem sekular-liberal. Sistem ini tidak bisa diandalkan untuk mensejahterakan rakyat, termasuk anak-anak. Karena sistem ini menggunakan tolok ukur manfaat. Sehingga nasib anak-anak terkena imbas dari perilaku orang-orang di sekitarnya.

 

Islam Menyelesaikan Persoalan Anak

 

Islam memandang penting keberadaan anak sebagai generasi penerus peradaban. Jaminan layanan kesehatan yang memadai sejak masih dalam kandungan atau layanan kesehatan pada ibu dan anak, semua dijamin dan difasilitasi oleh negara.

 

Kesejahteraan anak termasuk dalam kategori individu, jadi kesejahteraan tetap diperhatikan negara anak per anak. Negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam untuk mewujudkan kesejahteraan.

 

Dalam penjagaan keamanan, anak mendapatkan hak yang sama dengan orang dewasa lainnya, karena dirinya juga termasuk individu yang keselamatan dan nyawanya dilindungi oleh negara.

 

Negara akan mewujudkan peran dan fungsi keluarga agar optimal dalam mendidik anak. Hal yang dilakukan negara salah satunya dengan layanan pendidikan dengan kurikulum yang mencetak generasi berkepribadian Islam. Adalah kewajiban negara dalam menjamin pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi.

 

Semua akan bisa diwujudkan dengan menerapkan sistem yang mendukung seluruh cita-cita tersebut, btuh sistem Islam yang sempurna dan paripurna. Waallahualam bissawab. [LM/ry].

 

HAN, Hari Anak Nasional, kesejahteraan, persoalan anak, judi online

Please follow and like us:

Tentang Penulis