Kejutan Ultah Berakhir Tragis

Kejutan Ultah Berakhir Tragis

Oleh : Zhiya Kelana, S.Kom.

(Aktivis Muslimah Aceh)

 

LenSaMediaNews.com – Kejutan ultah harus menjadi sebuah kenangan indah yang menyenangkan bagi anak sekolah, namun nyatanya saat ini menjadi sebuah trauma. Oleh karena, kejutan yang diberikan bukanlah berupa sesuatu yang menyenangkan, tapi sesuatu yang bisa membuat kesal, marah dan bahkan sangat menjijikan. Seperti menyiraminya dengan tepung lalu telur yang dipecahkan dikepalanya dan tambahan air, ada yang kemudian diikat di pohon agar tidak lari. Intinya membuat ultah itu menjadi sesuatu yang tidak ingin dirayakan lagi, karena takut hal itu akan terulang lagi. Begitu pula yang terjadi pada kasus ketua OSIS SMAN 1 Cawas yang tewas tersetrum di kolam ikan karena diceburkan oleh temannya seusai rapat. Senin (8/7/2024). Solopos.com

 

Kepala SMAN 1 Cawas, Arik Sulistyorini, mengatakan peristiwa yang menimpa ketua OSIS itu di luar kuasa sekolah. 

“Itu di luar kuasa kami. Kejadiannya semua tak terduga. Selama 20 tahun kolam itu ada di sekolah, tidak pernah terjadi apa-apa,” kata Arik saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (10/7/2024).

 

Merayakan ultah dengan kejutan menjadi tren bagi remaja, bisa jadi merupakan bentuk eksistensi diri. Padahal kejutan itu bisa saja dengan cara yang lebih baik tanpa harus menyakiti, cukup memberikan doa atau kado saja. Untuk apa melakukan sebuah tindakan yang rasanya sudah bertahun-tahun berulang terjadi di masa lalu.

 

Di sisi lain, perilaku remaja seringkali  spontan, tanpa disertai pemikiran mendalam, karena ketidak pahaman atas kaidah berpikir dan beramal, serta adanya pertanggungjawaban atas setiap perbuatan. Demikian pula abainya atas risiko yang mungkin terjadi. Jika sampai terjadi seperti kecelakaan, maka bisa dipastikan mereka akan saling menyalahkan dan ketakutan.

 

Seringkali perbuatan dilakukan sekadar bersenang-senang dan jauh dari produktif. Oleh karena, memang generasi saat ini benar-benar terlalu santai, praktis dan tidak mau berfikir yang menurut mereka merepotkan sekali. Mental mereka sangat lemah sekali, tetapi berani untuk melakukan sesuatu yang diluar logika tanpa berfikir panjang. 

 

Generasi seperti itu adalah ciptaan dari sistem yang bernama kapitalis. Tanpa disadari generasi saat ini semakin mudah dibodohi, dimanfaatkan dan dilemahkan dari segala sisi, baik fikiran dan mentalnya. Padahal mereka adalah mayoritas muslim, yang harusnya punya karakter terbaik, tapi nyatanya karakter ini tidak bisa kita dapatkan di negeri ini karena pendidikannya bukanlah pendidikan Islam, karena diemban oleh sistem yang rusak juga.

 

Islam bukan hanya berbicara perihal agama, tetapi juga sistem yang menyeluruh dalam sebuah bentuk negara yang dikenal dengan Daulah. Dari sinilah kemudian akan diatur bagaimana mendidik para generasinya untuk menjadi orang yang bertakwa, berbudi luhur dan bermanfaat bagi banyak orang. Maka untuk itu, dibutuhkan seorang pemimpin yang akan menerapkan hal ini yang disebut dengan khalifah. Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.” (HR Muttafaqun ‘Alayh dll.)

 

Imam inilah yang nantinya akan mengurusi masalah pendidikan bagi generasi secara tepat. Oleh karena itu, Islam memiliki sistem pendidikan yang mengajarkan kaidah berpikir benar, yang akan menghasilkan amal produktif yang dihasilkan dari berpikir mendalam. Sehingga berfikir sebelum berbuat. Hal ini sudah terbukti beberapa abad yang lalu. Yakni dari Islam lahirlah para tokoh, ulama, cendekiawan yang berkontribusi untuk peradaban Islam yang cemerlang. Wallahu’alam bishowwab. ***

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis