Oleh : Ummu Rifdah

 

LenSa Media News–Di tengah kelaparan yang melanda banyak wilayah dunia, food waste masih menjadi masalah yang tak kunjung usai. Food waste yang diartikan sebagai makanan yang siap dikonsumsi namun dibuang begitu saja, makin menambah panjang masalah hidup.

 

Makanan yang menumpuk dalam TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tersebut akan menghasilkan gas karbondioksida dan metana. Kedua gas ini jika terbawa ke atmosfer berpotensi merusak lapisan ozon. Walhasil, bumi akan makin panas dan paparan sinarnya secara langsung akan membahayakan kesehatan manusia.

 

Tak hanya itu, food waste juga membawa kerugian materi bagi negara. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan bahwa Indonesia bisa mencapai kerugian sebesar Rp 551 triliun dari sisa makanan yang terbuang (suara.com, 3-7-2024).

 

Ironi Pangan dalam Food Waste

 

Food waste merupakan dampak dari tingginya tingkat konsumsi masyarakat dunia. Sayangnya, masyarakat yang membuang makanan dengan cuma-cuma ini berasal dari kalangan mampu yang tak memikirkan kondisi masyarakat miskin yang jumlahnya jauh lebih besar.

 

Sistem kapitalisme yang menciptakan suasana kehidupan individualis dalam masyarakat ditengarai menjadi penyebab kurang pedulinya individu yang satu dengan individu yang lain. Fenomena food waste di tengah kelaparan dan kemiskinan sebagian besar masyarakat sungguh telah melukai hati mereka yang telah berjuang demi mendapatkan sesuap nasi.

 

Buruknya Manajemen Distribusi Harta

 

Dalam penerapan sistem kapitalisme yang lebih berpihak kepada para kapitalis, memang bisa menimbulkan ketimpangan ekonomi yang sangat tajam. Orang yang terkaya di dunia bahkan mampu melunasi utang suatu negara. Di sisi lain, rakyat banyak yang mati kelaparan akibat kemiskinan ekstrem yang dideritanya.

 

Fenomena food waste tidak hanya menunjukkan ketidakmerataan distribusi harta melainkan juga bukti minimnya akhlak yang islami dalam mengonsumsi makanan.

 

Masyarakat dalam negeri tentu masih ingat dengan sejumlah masalah pangan yang membuat dada teriris perih. Di tengah dahsyatnya goncangan ekonomi akibat kenaikan harga kebutuhan hidup, kasus beras yang busuk di gudang bulog tidak hanya terjadi satu kali. Di tengah mahalnya harga beras, negara harus membuang beras busuk karena tak layak makan. Ini semua merupakan gambaran buruknya manajemen distribusi harta dalam sistem kapitalisme

 

Pengaturan Cermat Dari Sistem Islam

 

Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam memiliki aturan terbaik dalam mengatur dan mengendalikan konsumsi serta distribusi harta. Islam mengajarkan kepada setiap muslim untuk menghindari sikap boros, berlebihan, dan mubazir.

 

Islam juga memiliki sistem ekonomi yang akan mampu mengentaskan kemiskinan dan mewujudkan distribusi harta yang merata. Setiap masyarakat akan diberikan kemudahan dalam mencari nafkah dan mengembangkan kekayaannya berdasarkan syariat Islam.

 

Harta yang diperoleh pun tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun juga akan digunakan untuk memperbanyak amal saleh dengan infak, sedekah, dan lain sebagainya.

 

Sistem pendidikan dalam Islam juga akan membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami serta berakhlak mulia. Muslim akan berpikir mendalam sebelum melakukan sebuah perbuatan sehingga ia akan mengelola dan mengatur aktivitasnya dengan baik. Walhasil, muslim akan bijak dalam mengelola hartanya dan distribusi harta tidak hanya berputar kepada sebagian orang saja. Allah Swt. berfirman,”… (demikian) agar harta itu tak beredar di antara orang-orang kaya saja…” (TQS. Al Hasyr: 7). Wallahu a’lam bishawab. [LM/ry].

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis