Keniscayaan Kapitalisme, Kesehatan Mahal

Oleh: Nina Marlina, A.Md. 

(Aktivis Muslimah) 

 

LenSaMediaNews.com__Kesehatan termasuk kebutuhan mendasar bagi setiap orang. Namun, apa jadinya ketika biaya kesehatan itu mahal. Tentu menjadi sulit bagi orang sakit untuk berobat dan sehat kembali. Hal ini terbukti dengan naiknya biaya tarif Rumah Sakit (RS) di beberapa daerah. Salah satunya di RSUD Sumedang.

 

Sebagaimana diberitakan Radar Sumedang.id (20/06/2024), Plt Direktur RSUD Sumedang, dr. Enceng, S.pB menyampaikan bahwa RSUD Sumedang telah memberlakukan tarif baru untuk setiap jenis pelayanan bagi pasien dengan kategori ‘pasien umum non BPJS Kesehatan’. Menurutnya, pemberlakuan tarif baru dibuat setelah mempertimbangkan tarif lama yang dipandang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 56 tahun 2017 tentang Tarif Pelayanan Pada RSUD Kabupaten Sumedang.

 

Selain itu, kebijakan ini juga dilatarbelakangi oleh perubahan aturan mengenai pajak daerah dan retribusi daerah. Disebutkan bahwa jasa pelayanan Kesehatan di RSUD menjadi bagian dari retribusi daerah dengan berlaku mulai tanggal 4 Januari 2024.

 

Dr. Enceng pun memaparkan bahwa RSUD Sumedang mengalami peningkatan biaya operasional yang tinggi pasca penanganan Covid-19, melonjaknya tingkat inflasi hingga 5,51% di tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021 (1,87%) dan 2020 (1,68%), meningkatnya UMR Kabupaten Sumedang sebesar 141% sejak tahun 2017, meningkatnya tarif BBM sebesar 147% dan tarif daya listrik sejak tahun 2017.

 

Tarif RSUD merupakan aspek yang diperhatikan oleh pemerintah, dan diatur berdasarkan Permenkes, Perda serta turunannya. Kenaikan tarif juga bertujuan untuk membantu subsidi silang terhadap coverage kelas di bawahnya. Meski kebijakan tersebut masih dikaji ulang oleh DPRD, namun tak hanya di Sumedang, dikabarkan sejumlah RS di berbagai daerah akan menaikkan tarif biaya mereka.

 

Mahalnya Biaya Kesehatan dalam Kapitalisme 

Kesehatan sudah menjadi barang mahal saat ini. Bahkan ada ungkapan ‘orang miskin dilarang sakit’. Hal ini menunjukkan begitu mahalnya biaya pengobatan, sehingga jika tak memiliki uang sangat sulit untuk bisa berobat. Jika pun memakai BPJS, sudah diketahui bersama pelayanannya minim dan prosesnya ribet. Tidak sedikit korban yang tidak tertolong karena terlambat ditangani akibat keterbatasan biaya berobat.

 

Adapun penyebab mahalnya kesehatan saat ini karena tingginya biaya obat-obatan dan alat kesehatan. Ditambah lagi negara berlepas tangan dari mengurus layanan kesehatan. Sektor kesehatan telah dikapitalisasi dan dikomersialisasikan menjadi ladang bisnis. Alhasil RS akan memasang tarif mahal sehingga tidak semua orang dapat menikmati pelayanan RS apalagi yang berkualitas.

 

Terlebih dengan sistem pembayaran pasien BPJS yang menggunakan tarif INACBGS. Maka pembayaran perusahaan BPJS kepada RS menggunakan tarif per PAKET. Tidak memperhatikan klaim RS, sehingga pihak RS seringkali mengalami kerugian. Hal ini pula yang menjadi dilema bagi para tenaga kesehatan saat harus menolong pasien namun tertekan dengan aturan biaya BPJS yang terkadang tidak meng-cover seluruh biaya pengobatannya.

 

Kesehatan dalam Pandangan Islam

Dalam pandangan Islam, kesehatan merupakan salah satu kebutuhan primer yang harus dicukupi negara seperti halnya kebutuhan pangan. Kesehatan pun tak akan dikomersialisasi demi meraih materi. Akan tetapi, negara bertanggung jawab penuh dalam menjamin kebutuhan dasar tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, “imam (Khalifah) laksana penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya.”

 

Hal ini pula yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. Beliau menyediakan dokter umum untuk masyarakat, saat beliau mendapatkan hadiah seorang dokter dari Muqauqis, Raja Mesir.

 

Untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan ini, negara harus memiliki dana yang besar agar dapat memberikan pelayanan maksimal dalam sektor kesehatan. Untuk mendapatkan dana yang besar ini, negara dapat memperolehnya dari pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah. Dana tersebut dapat digunakan untuk membangun Rumah Sakit di kota maupun di desa dengan fasilitas lengkap. Seperti alat kesehatan dengan teknologi yang canggih, menyediakan berbagai jenis obat-obatan, menggaji tenaga kesehatan dan para dokter dengan gaji yang memadai, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas.

 

Selain itu, harus ada upaya preventif (pencegahan) dari negara agar masyarakat menjaga kesehatannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menjamin terpenuhinya pangan masyarakat dengan gizi seimbang, sehingga mereka dapat memiliki tubuh yang sehat dan terhindar dari berbagai jenis penyakit.

 

Demikianlah semestinya negara mengatur aspek kesehatan rakyatnya. Sehingga biaya kesehatan dapat dijangkau oleh setiap orang. Namun, hanya negara yang berasaskan Islam yang mampu merealisasikannya. Bukan negara yang berasaskan kapitalisme seperti saat ini.

Wallahu a’lam bish-shawab. [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis