Nasib Tragis Orang tua dalam Bingkai Kapitalis
LenSa Media News–Fenomena kasus anak durhaka kini makin jelas terlihat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Seperti kasus anak yang menggugat harta orangtua, anak yang mencoba mempolisikan ibunya, bahkan yang paling ekstrim anak yang mencoba merudapaksa ibunya karena kesal dimarahi. Kini, durhaka bertransformasi menjadi gaya baru seolah itu sebuah kewajaran.
Muncul pertanyaan, apa sebenarnya yang melatarbelakangi fenomena anak durhaka kian menjulang tinggi di era modern ini? Ini tidak lain disebabkan karena tatanan kehidupan yang berbalut sekuler kapitalis. Pemisahan agama dalam lingkup kehidupan, yang akan terus memproduksi anak-anak yang durhaka.
Anak kini tidak memahami begitu berharganya orang tua dalam hidupanya. Ibu yang melahirkannya dan ayah yang menghidupinya tidak layak mendapat perlakuan buruk dari seorang anak.
Kapitalisme akan mematika fitrah anak, untuk memuliakan orang tua. Kapitalisme sumber utama malapetaka dalam keluarga. Sistem ini menghilangkan pemahaman tentang kewajiban dan hak antara anggota keluarga karena nilai-nilai Islam telah ditinggalkan dalam ranah keluarga.
Pendidikan sekuler mengedukasi nilai-nilai liberal pada generasi. Nilai HAM menjadikan setiap anggota keluarga individualis, tidak mau mendengar nasihat sesama termasuk orang tua.
Hanya dengan Islam mampu mencetak generasi berbakti, dan menghapuskan kedurhakaan. Karena mereka memahami dengan baik, bahwa orang tua ialah pintu tengah surga yang paling indah. Seperti Rasul SAW sampaikan, “Orang tua merupakan pintu surga yang paling pertengahan, jika engkau mampu, jagalah pintu tersebut” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban). Putri Rahmi DE, SST. [LM/EH/ry].