Rafah, All Eyes on You
Oleh: Faiza Kameela
LenSa MediaNews__Guys, sedang ramai, nih di media sosial tagar All Eyes on Rafah. Sebuah gambar buatan AI yang menampakkan tenda pengungsian Palestina dan tulisan All Eyes on Rafah menjadi viral dan dibagikan lebih dari 47 juta kali, lho oleh pengguna instagram. Bahkan para selebritas pun ikut menyebarkan.
By the way, kamu tahu enggak, siapa pelopor tercetusnya slogan All Eyes on Rafah? Pas banget ya menggambarkan kondisi Rafah saat ini. Fyi, kalimat ini tercetus dari lisan Richard Peeperkom, yaitu seorang perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di wilayah Palestina yang diduduki Isrsel. Ketika pasukan Israel memasuki kota Rafah dan membombardir kota tersebut, Richard Peeperkom mengatakan kepada wartawan, “saat ini semua mata tertuju pada Rafah” (Detik.com, 31-5-2024).
Slogan All Eyes On Rafah memang tepat banget untuk menggambarkan semua mata sedang tertuju kepada Kota Rafah. Kota paling ujung dari Palestina yang saat ini enggak baik-baik saja, guys. Padahal Rafah adalah kota tujuan terakhir bagi penduduk Gaza untuk mengungsi, setelah kotanya dihancurkan oleh zionis Israel.
Zionis Makin Sadis
Kebrutalan zionis Israel memang sudah di luar nalar dan di luar batas kemanusiaan deh, guys. Bayangkan, malam hari di saat para pengungsi terlelap, zionis melesatkan misilnya di kawasan pengungsian. Akibatnya penduduk Pelestina yang sebagian besar adalah anak-anak syahid dalam kondisi terbakar.
Keadaan ini dilaporkan juga oleh Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) yang mengatakan banyak orang di dalam tenda yang “dibakar hidup-hidup” (Sindonews.com, 31-5-2024)
Bukan zionis namanya kalau enggak pandai berkelit. Pemerintah Israel mengatakan, aksi penyerangan ke Rafah adalah misi untuk menangkap dan menghabisi petinggi Hamas yang dianggap bertanggung jawab pada serangan 7 Oktober di Tel Aviv. Mulai, deh playing victim. Shame on you!
Hello, World!
Aksi kekejian Israel ini memantik sejumlah aksi demonstrasi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa, lho, guys! Para mahasiswa universitas elite di Amerika bahkan memulai aksi mengutuk genosida di Palestina di saat momen wisuda. Tanpa takut, mereka membawa bendera ataupun atribut Palestina saat naik ke mimbar wisuda. It’s so awesome!
Aksi inipun diikuti oleh negara lain dengan melakukan long march ke jalan-jalan sambil mengecam kebrutalan Israel. Slogan “from the river to the sea, Palestine will be free” terus diteriakkan. Tapi, berbanding terbalik dengan para pemimpin negeri muslim. Mereka malah diam seribu bahasa. Hanya ucapan basi bernada kecaman tanpa ada aksi. Padahal, negeri-negeri muslim memiliki militer yang tangguh, lho. Sayang banget kalau mereka hanya dijadikan sebagai pajangan. Iya enggak?
Sekat nasionalisme akhirnya menjadikan para pemimpin negeri muslim terbelenggu dengan kekuasaannya. Padahal, mereka pasti tahu, dong kondisi rakyat Palestina seperti apa? Mereka juga pasti tahu, hadis Nabi saw. yang berbunyi: Dari An-Nu’man bin Bisyir dia berkata, bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: ‘Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No 4685)
All Eyes on Khilafah
Guys, permasalahan Palestina adalah masalah seluruh umat Islam di seluruh dunia. Palestina termasuk tanah kharajiah yang statusnya tidak akan berubah sampai hari kiamat nanti. Al-Quds pernah ditaklukkan dua kali, yaitu di masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab dan oleh Salahuddin al- Ayubi. Jadi enggak mungkin Palestina kita biarkan berjuang sendirian. So, Al-Quds harus ditaklukkan kembali oleh para pemuda muslim saat ini.
Seyogianya para pemimpin negeri-negeri muslim bersatu dan mengerahkan tentaranya untuk membantu saudara kita di Rafah di bawah satu komando. Dinaungi oleh bendera ar-raya sebagai panji-panji perang kaum muslim, dan bendera al-liwa sebagai bendera institusi persatuan umat Islam seluruh dunia.
Membebaskan Palestina memang hanya melalui jihad dan khilafah, guys. Bukan diserahkan kepada PBB yang notabene adalah kaki tangan Amerika Serikat untuk menguatkan cengkeramannya. Bukan juga solusi dua negara seperti yang diserukan oleh AS dan diamini oleh negeri-negeri muslim lainnya. Palestina will be free hanya dengan dikerahkannya tentara-tentara muslim di bawah komando satu bendera, guys.
Entah kapan Allah akan menurunkan pertolongannya untuk Palestina. Saat ini mereka masih diminta untuk bersabar. Bagaimana dengan kita? Kita baru bisa mendoakan mereka sambil terus menunjukkan keberpihakan kita kepada Palestina. Buat kamu yang masih setia memboikot produk-produk zionis, lanjutkan, guys. Paling enggak kita masih berupaya semampunya. With khilafah, Palestine will be free.[]