Teknologi Semakin Canggih, Waspada Iman Generasi Terkuras Habis
Oleh: Irsad Syamsul Ainun
LenSaMediaNews.com__Dalam kitab ‘Peraturan Hidup Dalam Islam’ yang ditulis oleh Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dimulai dengan sebuah kalimat, “Perubahan sikap seseorang diawali dengan pola pikir yang benar. Apabila pola pikirnya salah, maka perbuatannya pun juga salah.”
Kalimat di atas tak dapat dipungkiri sedang terjadi dan melanda hampir semua umat saat ini. Terlebih lagi kepada kaum muda yang dilabeli gen Z. Kemajuan teknologi saat ini tak dapat dihalau oleh kekuatan manusia yang notabene sejak dari kandungan sudah dibiasakan dengan berbagai fasilitas yang membuat anteng. Apakah ini salah teknologi?
Lagi dan lagi, teknologi tak salah, namun manusialah yang harus berpikir kritis tentang gelombang aktivitas juga kebersamaannya dengan teknologi. Apakah dengan adanya teknologi ia semakin taat kepada Pencipta atau malah sebaliknya. Hal ini dapat dilihat bagaimana seluruh aktivitas anak muda saat ini yang justru semakin memadamkan gemuruh takwa di dalam dirinya. Sejumlah situs yang membawa pada maksiat, game judi online, maraknya kasus bullying, pembunuhan, dan lain sebagainya semua dapat dilakukan bukan hanya secara terang-terangan namun berbasis online.
Seperti yang dikutip dari Katadata.com, 12-04-2024 bahwa Komisi Perlindungan Anak Indonesia mendesak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk memblokir game online yang mengandung kekerasan dan seksualitas. Namun sayangnya, respon Budi Arie Setiadi selaku Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) akan siap memblokir jika hal tersebut terbukti mengandung unsur kekerasan dan juga pornografi.
Sungguh miris bukan? Apakah memang pemerintah selaku pemegang kekuasaan saat ini tidak pernah membuka juga memperhatikan bagaimana perkembangan teknologi saat ini yang banyak mengandung unsur kekerasan? Bahkan hampir setiap hari semua bentuk kekerasan yang terjadi dapat dikatakan -ketika seseorang dimintai keterangan terkait kekerasan yang ia lakukan terhadap orang lain-, semua bermula daripada kecanggihan teknologi yang tak dapat dikontrol.
Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa teknologi tidak bisa disalahkan atas apa yang terjadi kepada setiap individu. Akan tetapi individu inilah yang perlu dan harus melakukan penyaringan juga pengontrolan diri terhadap aktivitas yang dilakukan. Selain itu, masyarakat dan juga negara perlu terlibat dalam hal mewujudkan manusia yang memiliki pemikiran paripurna tentang konsep kehidupan setiap individu.
Jika negara abai terhadap semua itu, maka hasilnya seperti saat ini. Teknologi semakin canggih, akan tetapi manusianya mengalami kemunduran berpikir. Hal ini didukung pula oleh keberadaan sekularisme yang mana kehidupan dijauhkan daripada aturan agama. Akibatnya, banyak individu dan juga masyarakat yang memiliki perilaku ngawur serta tidak lagi memanusiakan manusia.
Selain itu, eksistensi sekularisme juga didukung penuh oleh sistem kapitalis. Di mana setiap individu terkungkung oleh materi. Sehingga, apapun yang dilakukan selama itu menghasilkan materi maka tidak ada lagi landasan halal haram. Yang ada hanyalah materi belaka.
Inilah akibat abainya sebuah negara dan juga pemimpin terhadap apa yang diamanahkan di pundak mereka. Kekuasaan dijadikan propaganda untuk meluaskan manfaat individu, bukan untuk menjalankan perintah Allah sebagai Al Khaliq sekaligus Al Mudabbir. Aturan-aturan yang dibuat oleh manusia saat ini lebih tumbuh subur daripada aturan Allah Swt. Dan ini telah menggerogoti hampir seluruh lini kehidupan manusia.
Kehadiran agama dianggap sebagai penantang kebebasan dalam sistem sekuler-kapitalis hari ini. Sehingga wajar apabila keberadaan berbagai situs yang membahayakan generasi tidak begitu diperhatikan oleh penguasa. Ini sungguh jauh berbeda dengan penerapan sistem Islam Kaffah. Yang mana setiap kelompok masyarakat dijaga agar terlahir individu yang bertakwa.
Salah satu bentuk penjagaan yang dilakukan adalah dengan memberikan akses pelayanan pendidikan yang berlandaskan pada ketakwaan. Akses ini juga diberikan secara gratis tanpa membedakan antara si kaya dan si miskin. Karena setiap warga negara dalam Daulah Islam memiliki hak-hak yang sama.
Selain itu, informasi yang diberikan pun juga tidak asal-asalan apalagi sampai merusak mental dan aqidah generasi. Hal ini dilakukan tidak lain semata-mata untuk meraih kemuliaan yang Allah janjikan. Allah Swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil) kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Allah memiliki karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal[8]: 29)
Terbukti dengan penerapan sistem Islam, telah melahirkan banyak generasi Rabbani. Bukan generasi dengan mental kerupuk dan juga generasi yang rapuh seperti saat ini. Generasi yang menghiasi kehidupannya dengan maksiat. Maka umat harus segera bangkit untuk menerapkan sistem Islam secara Kaffah.
Wallahu a’lam bissawab. [LM/Ss]