Perekonomian Hebat dengan Penerapan Syariat
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
LenSaMediaNews.com__Perekonomian menjadi satu kunci penting perkembangan suatu negara. Tanpa ekonomi yang baik, umumnya keadaan suatu negeri tidak akan baik-baik saja. Pengendalian keadaan perekonomian pun sangat dipengaruhi kebijakan penguasa.
Gerakan Ekonomi dalam Sistem Destruksi
Selama libur lebaran, perekonomian meningkat signifikan. Salah satunya di bidang pariwisata. Perputaran ekonomi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif diperkirakan akan mencapai Rp276 triliun pada saat libur panjang lebaran 2024 (katadata.com, 12/4/2024). Angka tersebut meningkat berkisar 15 persen dibandingkan libur lebaran tahun lalu. Perputaran ekonomi yang cepat tersebut berkaitan dengan mobilitas masyarakat yang tinggi pada saat libur hari raya.
Fakta senada juga disampaikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat menjadi pembicara kunci dalam FGD Mudik Ceria Penuh Makna, 5 April 2024 lalu. Mudik memberikan pergerakan ekonomi yang positif ke wilayah. Demikian ungkap Budi (dephub.go.id, 5/4/2024).
Tidak hanya itu, momen lebaran pun diprediksi sebagai momen dengan tingkat mobilitas tinggi. Berdasarkan survei yang dilakukan Kemenhub, perjalanan tersebut banyak didominasi oleh perjalanan mudik sebanyak 52 persen untuk berlebaran di kampung halaman, kemudian 35,2 persen melakukan tradisi silaturahmi ke tempat kerabat di kampung, dan 10,6 persen dimanfaatkan sebagai waktu liburan panjang Lebaran untuk berkunjung ke tempat wisata (antaranews.com, 14/4/2024). Merujuk pada survey tersebut, lebaran menjadi momen pendongkrak yang mampu menggerakkan roda ekonomi dengan cepat karena pertumbuhannya yang pesat. Dan fenomena tersebut selalu tampak signifikan dari tahun ke tahun.
Tingginya perputaran ekonomi pada momen Ramadhan dan lebaran membawa keberkahan pada ekonomi regional dan global. Saat ekonomi tidak dalam keadaan ideal, momen lebaran menjadi penggerak yang mampu memberikan dampak positif dalam suhu ekonomi negara.
Namun sayang, ekonomi yang positif tersebut hanya terjadi pada momen-momen tertentu saja. Selebihnya ekonomi kembali lesu dan loyo. Dan semua hanya terjadi parsial. Padahal semestinya, negara mampu mendongkrak sektor ekonomi melalui berbagai strategi kebijakannya. Inilah ciri ekonomi yang dikendalikan sistem ekonomi kapitalistik liberal. Semua kebijakannya dikendalikan penguasa sesuai kepentingannya. Keuntungan materi menjadi satu-satunya orientasi.
Padahal semestinya, rakyat memiliki kesempatan dan andil dalam menggerakkan roda ekonomi, dan tetap tergantung pada kebijakan negara yang senantiasa mengutamakan kepentingan rakyatnya. Sayangnya, konsep tersebut tidak mampu diadopsi oleh sistem rusak yang kini diterapkan. Alhasil, ekonomi rakyat terus terjebak dalam pengaturan yang penuh mudharat.
Islam dan Pengaturan Ekonomi
Islam mendorong setiap individu untuk saling berbagi dan membahagiakan sesama, baik kerabat maupun golongan yang tidak mampu. Dengan konsep saling berbagi, menjadi salah satu konsep yang mampu menggerakkan ekonomi secara tidak langsung. Positifnya konsep ini pun tampak pada bulan Ramadhan dan lebaran.
Konsep Islam pun akan semakin memberikan keberkahan bagi seluruh umat jika diterapkan secara menyeluruh di setiap sektor kehidupan. Di setiap waktu dan setiap wilayah secara utuh. Dan semua konsep ini hanya mampu diwujudkan dalam sistem Islam berinstitusikan khilafah. Dalam khilafah, sistem Islam dijadikan panduan dan standar kebijakan. Dan menjadikan setiap kepentingan rakyat sebagai satu-satunya tujuan utama. Sehingga setiap kebijakan yang ditetapkan senantiasa diaruskan untuk penjagaan rakyat.
Dalam Islam, pemimpin adalah penanggung jawab setiap urusan rakyatnya, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW.,
“Imam (khalifah) adalah penggembala dan ia bertanggung jawab atas setiap rakyatnya.”
(HR. Bukhori)
Konsep Baitul Maal mengatur setiap kepentingan rakyat dengan pengaturan yang amanah. Pos-posnya jelas, baik sumbernya maupun pemanfaatannya. Setiap penguasa menjalankan setiap wewenangnya atas dasar ketundukan pada syariat Allah SWT.
Sempurnanya kehidupan yang diatur dalam pengaturan syariat Islam yang adil dan amanah. Rahmat tercurah dan kehidupan pun penuh berkah. Inilah yang dijanjikan Allah SWT., saat aturan-Nya dijadikan panduan kehidupan secara utuh.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim).”
(QS. An-Nahl: 89)
Wallahu a’lam bishshowab. [LM/Ss]