Kapitalisme Membutakan Mata Hati Manusia
Oleh: Hanif Eka Meiana
(Kontributor Lensamedia)
LenSaMediaNews.com__Duka menyelimuti keluarga Serlina (22), warga Dlangin Lor, Desa Lemahabang, Kecamatan Jumapolo, Karanganyar. Korban ditemukan meninggal, dibunuh dengan cara dijerat leher menggunakan sabuk karate. Terungkap fakta bahwa salah satu pelaku, S, ikut berkerumun di lokasi penemuan jasad korban, seolah tak punya rasa bersalah. (Soloraya.solopos.com, 16-04-2024).
Jasad Serlina ditemukan terbungkus plastik di pinggir jalan Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo pada Minggu (14/4/2024). Ayah korban, Sarno (55), mengungkapkan bahwa putrinya diduga dihabisi dengan cara dijerat lehernya dengan sabuk karate, terlihat dari kondisi leher korban saat ditemukan.
Miris mendengar berita di atas. Kejadian ini tak hanya satu atau dua kali terjadi. Kasus-kasus serupa hampir sering kita temui di kanal-kanal media. Apa yang terjadi pada Serlina merupakan dampak dari rusaknya cara berpikir masyarakat dewasa ini. Bagaimana tidak, motif pelaku membunuh, tidak hanya sekedar membunuh melainkan juga mengambil barang-barang milik korban dan salah satu pelaku ikut berkerumun di lokasi penemuan jasad korban.
Hal ini menandakan bahwa perilaku keji itu di luar akal sehat manusia. Telah hilang kewarasan, kepedulian dan hati nurani dari para pelaku. Umat sedang dalam kondisi yang kritis. Mereka diserang oleh berbagai pemikiran sesat dan budaya-budaya kufur yang bertentangan dengan Islam. Hal ini dimulai kala Islam tidak dijadikan sebagai pedoman kehidupan. Hingga muncul krisis akidah, krisis ilmu, krisis kepribadian muslim, serta kerusakan pada sendi-sendi kehidupan manusia.
Paham kebebasan berekspresi dan berperilaku yang masuk dalam tubuh kaum muslim, menjadikan sebagian besar umat saat ini hidup dalam sistem sekuler. Yakni sistem yang memisahkan antara agama dengan kehidupan, sehingga didapati budaya bebas dan perilaku yang menyimpang dari syariat tentanam kuat dalam benak tiap individu. Kekerasan menjadi sebuah kewajaran dalam sistem ini. Bahkan difasilitasi dengan banyaknya tontonan, tuntutan, dan contoh kekerasan disekitar kita.
Alhasil, budaya normalisasi atau menganggap biasa dan lumrah pada tindakan kekerasan ini menjadi jalan bagi pelaku untuk bertindak keji terhadap para korbannya. Lihat saja disekitar kita, banyak aksi-aksi tawuran, bullying, pelecehan seksual, maupun tindak kekerasan lainnya. Semuanya didukung dengan penegakan aturan yang minim efek jera. Akibatnya kasus serupa akan terus terjadi dan muncul disekeliling umat.
Demi gengsi, harta maupun eksistensi diri, para pelaku dapat bertindak keji. Di sisi lain masyarakat sekitar terkadang kurang awas juga minim kepeduliannya pada generasi. Bahkan didapati bahwa masyarakat saat ini pun menderita sakit yang sama. Lemahnya amar makruf nahi mungkar juga menjadi sebab kejahatan terus berkembang. Begitu pula halnya pemerintah yang abai meriayah masyarakat dan hanya peduli pada kekuasaan dan jabatan yang dimiliki.
Apa yang terjadi kini, sangat jauh berbeda dengan masa peradaban Islam dahulu. Kesempurnaan aturan dan kokohnya mabda (ideologi) mampu membawa umat pada kegemilangan. Terbukti selama 13 abad lamanya Islam mampu membawa umat menuju peradaban yang mulia dan gemilang. Para generasi muda dididik dengan aqidah Islamiyah dan terbentuk di dalam dirinya syakhsiyyah Islamiyah atau kepribadian Islam yang tangguh.
Penerapan Islam secara kaffah (menyeluruh) dalam kehidupan mampu menyelesaikan setiap problem manusia. Hasilnya tak akan ditemukan individu yang galau, kesulitan ekonomi, eksistensi diri yang tak terpenuhi, gaya hidup bebas, hingga kejahatan atau kasus kriminal yang beragam. Sepanjang masa kekhilafahan Islam, hanya sedikit sekali kasus-kasus kriminal yang tercatat dalam sejarah. Hal ini dikarenakan adanya keadilan dalam sistem pidana Islam. Penerapan sanksi dalam Islam mampu menimbulkan efek jera dan penebusan dosa bagi pelakunya.
Penerapan sistem pendidikan Islam mampu menguatkan akidah dan keimanan pada setiap individu. Individu, masyarakat hingga negara bersama-sama saling berlomba dalam ketaatan untuk meraih rida-Nya. Umat sadar betul bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan ada hisabnya kelak di akhirat, sehingga mereka akan senantiasa berhati-hati dalam mengambil langkah. Oleh karenanya hal ini mampu menjaga umat dari tindak keji dan tumpulnya hati nurani.
Sistem kapitalisme tak mampu mendidik umat dengan baik. Pemikiran kaum muslim dirusak, dibiarkan menuruti hawa nafsunya, juga sedikitnya kesadaran untuk melaksanakan hukum-hukum Allah. Akibatnya kerusakan nampak dalam setiap lapis kehidupan. Sudah seharusnya umat sadar, mau berpikir mendalam bahwa hanya Islam yang mampu memuliakan manusia dan membawa umat pada kebahagiaan hakiki. Jauh dari kasus-kasus kejahatan maupun tindakan keji lainnya.
Harus ada individu-individu yang beriman, masyarakat yang melakukan amar makruf nahi mungkar, dan negara yang menerapkan aturan Islam dalam kehidupan. Insya Allah keberkahan dan kebahagiaan akan mudah diraih oleh umat terbaik.
Wallahu a’lam. [LM/Ss]