Investasi Untuk Perempuan Perlukah?
Oleh : Salma
Lensa Media News–Perempuan seolah menjadi topik yang tak habis untuk dibahas. Hingga perlu adanya Hari Perempuan Internasional. Peningkatan eksistensinya pun selalu berusaha diwujudkan oleh mereka yang menuntut kesetaraan gender. Sebagai mana yang dilakukan oleh beberapa lembaga berikut ini.
Bursa Efek Indonesia Indonesia (BEI) bersama dengan Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women), International Finance Corporation (IFC), Indonesia Global Compact Network (IGCN), dan Indonesia Business Coalition for Women’s Empowerment (IBCWE) menyelenggarakan pembunyian bel untuk kesetaraan gender. Khususnya dalam meningkatkan perhatian pada peran sektor swasta dalam mendorong pencapaian kesetaraan gender.
Acara dengan tema “Berinvestasi pada Perempuan Mempercepat Kemajuan” ini menyoroti pentingnya kesetaraan gender sebagai cara terbaik untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga membangun masyarakat yang lebih sejahtera dan setara.
Direktur BEI Risa Rustam mengharapkan perusahaan-perusahaan di industri pasar modal Indonesia dapat lebih memberikan dukungan terhadap upaya pemberdayaan perempuan di angkatan kerja.
Dia juga berharap dukungan ini tidak hanya pada Hari Perempuan Internasional saja, namun juga tercermin dalam aksi nyata sehari-hari untuk memperkuat posisi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam ranah bisnis dan ekonomi berkelanjutan (Republika.co.id,14/ 3/2024).
Kenapa Perempuan, Haruskah?
Perempuan lagi-lagi menjadi pusat perhatian oleh pihak-pihak yang memperjuangkan kesetaraan gender. Hal ini mereka lakukan melihat fakta bahwasannya perempuan masih dianggap sebagai orang kedua dalam masyarakat. Perempuan masih banyak yang terkungkung dalam ranah domestik keluarga.
Fokus mereka dibatasi hanya mengurusi rumah tangga saja, tanpa punya peran di publik/ masyarakat. Secara ekonomi perempuan dianggap lemah karena hanya mengandalkan nafkah dari suami. Akibatnya para pejuang gender merasa perlu untuk menguatkan perempuan secara ekonomi.
Apalagi melihat kondisi ekonomi sekarang yang semakin sulit. Kurangnya lapangan pekerjaan bagi suami sebagai pencari nafkah. Yang sudah bekerja harus mengalami PHK karena perusahaan bankrut. Jadilah dorongan untuk perempuan bekerja agar berdaya secara ekonomi semakin besar. Dan ini disambut baik oleh para pejuang gender dan didukung oleh lembaga-lembaga yang konsern terhadap hal ini.
Padahal sulitnya ekonomi sekarang ini tidak akan selesai dengan ikut berperannya perempuan di ranah ekonomi. Justru keluarnya perempuan dari fitrahnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga akan menimbulkan masalah baru.
Seberapa pun besarnya dukungan untuk perempuan secara ekonomi tak akan mampu menyelesaikan permasalahan ekonomi, karena bukan ini akar masalahnya. Sistem ekonomi kapitalislah yang membuat perekonomian semakin sulit. Sistem ini hanya memihak para pemilik modal. Akibatnya yang kaya semakin berjaya, yang miskin semakin tak berdaya.
Solusi Islam
Islam sebagai sebuah sistem kehidupan mempunyai aturan yang lengkap dan jelas dalam mengatur umat manusia, termasuk perempuan.
Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia. Islam memberikan tugas utama kepada seorang perempuan ibu dan pengatur rumah tangga. Dia adalah guru pertama dan utama bagi anak-anaknya. Di tangannya terletak tugas besar menyiapkan generasi penerus Islam. Tugas ini harus dilaksanakan dengan maksimal jika ingin menciptakan generasi penerus berkualitas dambaan umat.
Di lain pihak, Islam menyerahkan tanggung jawab pernafkahan dan perlindungan pada laki-laki/suami atau wali. Mereka diwajibkan untuk menjamin kehidupan perempuan yang menjadi tanggungannya. Dengan demikian perempuan tak perlu susah payah berkiprah secara ekonomi. Cukup fokus dan memaksimalkan dirinya menjadi pencetak generasi.
Kuncinya, ada negara yang menjalankan fungsinya sebagai pelayan umat. Negara harus menjamin penyelenggaraan ekonomi berjalan baik: menciptakan lapangan pekerjaan yang luas bagi suami atau pria yang memiliki tanggungan menafkahi. Negara juga melindungi perempuan dengan seperangkat aturan dan kebijakan yang akan bisa menjaga kemuliaannya dan memastikan perempuan bisa melaksanakan tugasnya sebagai ibu pencetak generasi dengan maksimal.
Demikianlah Islam menjaga kehidupan laki-laki dan perempuan dengan seperangkat aturan yang adil. Islam memperlakukan laki-laki dan perempuan dengan aturan yang sama sesuai fitrah mereka masing-masing: laki-laki sebagai pemimpin dan pencari nafkah, perempuan sebagai ibu dan pencetak generasi. Keduanya sama-sama mulia. Tak ada yang dirugikan ataupun merugikan satu sama lain. Sehingga takkan ada tuntutan-tuntutan absurd semacam kesetaraan gender dan lainnya.
Sekuler kapitalislah yang membuat perempuan teraniaya, membuat laki-laki tak bisa maksimal menjalankan tugasnya. Sudah saatnya mengganti sistem rusak ini dengan sistem Islam yang memuliakan umat manusia. Sistem Islam yang menerapkan syariah kaffah. Wallahua’lam bishshowab. [LM/ry].