Musim Hujan, Rakyat Selalu Khawatir
Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd
Lensa Media News–Hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak sepekan terakhir mengakibatkan sejumlah daerah mengalami kebanjiran. Ada yang cepat surut tetapi juga ada yang harus menunggu berhari-hari. Dari ujung Barat ke Timur, dari Utara ke Selatan, pasti ada wilayah Indonesia yang terdampak banjir.
Berdasarkan data BNPB yang telah dirilis selama periode 29 Februari – 7 Maret 2024, setidaknya ada 40 kejadian bencana alam yang dampaknya signifikan dan tersebar di 17 provinsi. Dari bencana yang didata, banjir menduduki peringkat pertama (dataindonesia.id, 12/3/2024).
Bukan hanya kota besar, kampung kecil pun ikut terdampak banjir. Misal saja kampung-kampung di Kabupaten Buleleng-Bali, pada Sabtu (9/3) lalu hujan deras dan angin kencang melanda sebagian besar wilayah Buleleng hingga membuat porak poranda. Rumah hancur, listrik padam, pohon tumbang, hingga banjir bandang (detik.com, 10/3/2024).
Padahal sebulan sebelumnya tepatnya 11 Februari 2024 lalu, desa Banyupoh-Buleleng mengalami banjir bandang yang merusak rumah waarga, menghanyutkan beberapa ternak, dan merusak areal persawahan akibat terbawa arus banjir (detik.com, 12/2/2024).
BBMKG juga memprediksi potensi gelombang laut dengan ketinggian mencapai 2 meter atau lebih di selat Bali, Selat Lombok, dan Samudra Hindia Selatan Bali. Dengan begitu, maka Kabupaten Jembrana dan Karangasem ikut terkena imbasnya karena harus menampung kendaraan yang tidak boleh menyeberang.
Banjir memang merupakan sebuah musibah, namun musibah ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan mengoptimalkan upaya pencegahannya. Namun ternyata Bali dengan predikatnya sebagai destinasi Internasional mengharuskan ia membuat proyek infrastruktur demi melancarkan kegiatan internasionalnya, tetapi justru berdampak pada kerusakan lingkungan.
Di wilayah Buleleng yang saat ini sering dilanda banjir nyatanya memang tempat mega proyek, seperti pembangunan shortcut Singaraja-Mengwitani, Bendungan Dhanu Kerthi, Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali, Pasar Banyuasri yang disebut pasar termegah di Bali, pembangunan Taman Bung Karno, dan sejumlah bangunan lain yang dianggap dapat membantu kelancaran usaha, kesejahteraan, dan kemakmuran masyarakat (balipost.com, 22/5/2023).
Inilah beberapa penyebab yang diakibatkan ulah manusia. Kerusakan lahan yang tidak dikelola dengan baik, tutupan kawasan hutan lindung yang diambil, kawasan pemukiman yang dijadikan kawasan industri, pembongkaran hutan demi mega proyek yang super mahal, dan lain sebagainya. Meski sudah demikian rusaknya, perusahaan swasta justru tetap diberi wewenang menguasai lahan.
Tetapi tak perlu heran, karena kondisi ini bisa terjadi sebab konsekuensi dari penerapan sistem kapitalisme yakni kepemimpinan yang berorientasi pada keuntungan materi semata. Prinsip kebebasan kepemilikan membuat para pemilik modal bisa menjadi penguasa sesungguhnya. Sementara Negara hanya sebagai regulator kebijakan yang abai terhadap urusan rakyatnya.
Sangat berbeda dengan manajemen tata kelola wilayah dan lahan di dalam negara yang menerapkan Islam kaffah yakni Daulah Khilafah. Prinsip keberadaan negara Khilafah untuk umat adalah sebagai pelayan, pengurus, dan pengatur.
Prinsip ini jelas tertuang dalam hadis Rasulullah, “Seorang Imam adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya” (HR. Bukhari Muslim).
Terwujudnya jaminan keamanan dan terhindarnya masyarakat dari bahaya adalah salah satu di antara sekian banyak tupoksi negara dalam Islam. Maka terkait bencana banjir negara akan memperhatikan betul agar hal demikian bisa dihindari. Penyebab umum dari bencana banjir biasanya adalah curah hujan tinggi, drainase yang tidak baik, dataran rendah, air pasang, berkurangnya lahan hijau, membuang sampah sembarangan di sungai dan sebagainya.
Penyebab-penyebab tersebut sebenarnya bisa dihindari dengan melakukan mitigasi agar tidak sampai terjadi banjir. Sekalipun banjir juga bisa disebabkan faktor alam seperti curah hujan tinggi namun jika tata kota serta sistem drainase bagus, banjir dapat dihindari seperti yang terjadi di wilayah Andalusia pada saat itu.
Ketika Khilafah menguasai wilayah ini, dibangun sedemikian rupa mulai dari infrastruktur jalan dibuat sesuai kontur alam, tata rumah berdasarkan sistem blok, dibuat sistem drainase terbaik sehingga tidak mengganggu aliran air. Alhasil masyarakat yang hidup di dalamnya mendapat kenyamanan ruang hidup yang layak dan terhindar dari bencana alam akibat perbuatan manusia.
Adapun terkait banjir di sebagian besar wilayah Indonesia, penyebabnya adalah kerusakan lahan. Secara nalar saja jika daerah hulu dalam kondisi baik maka daerah hilir juga akan aman.
Maka yang dilakukan negara agar banjir tidak terulang bahkan tidak terjadi banjir di daerah hilir adalah memastikan keamanan lahan di daerah hulu. Hanya Islam yang mampu mewujudkan rancangan ini, bukan kapitalisme. Wallahualam bissawab. [LM/ry].