Membentuk Generasi Tangguh di Tengah Maraknya Bullying
Oleh: Nining Sarimanah
LenSaMediaNews__Majelis Taklim Nurul Qur’an kembali menyelenggarakan kajian bulanan, pada 3 November 2023. Kali ini, tema yang diangkat adalah “Membentuk Generasi Tangguh, di Tengah Maraknya Bullying”. Puluhan muslimah antusias menghadiri kajian tersebut di Masjid Al-Islam di kawasan Cijerah, Kota Cimahi.
Para peserta mulai memasuki masjid dan duduk bershaf. Para peserta sudah siap mendapat kucuran ilmu dari pemateri. Tepat pukul 09.00 WIB acara dibuka oleh Teh Citra sebagai moderator. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ibu Pinarti.
Sampailah pada acara inti, yaitu pemaparan materi oleh Ustazah Finitita, S.S, beliau mengawalinya dengan membacakan surah Al-Kahfi ayat 13 dengan tafsir Ibnu katsir sebagai rujukannya. Dalam tafsir tersebut bahwa Allah SWT menyampaikan dalam wahyu-Nya, kisah para pemuda di gua kepada Nabi Muhammad saw.
Di saat masyarakat tak terkecuali orang tua mereka tenggelam dalam kebatilan, kesesatan serta tetap berpegang teguh pada agamanya, ternyata ada segolongan pemuda yang menyambut baik seruan Allah dan Rasul-Nya dengan menerima perkara yang hak dan mendapat mendapat petujuk ke jalan yang lurus.
Ya, pada saat itu, hanya dari golongan pemuda yang mau menerima kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya. Namun, hal ini bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi saat ini. Di mana anak-anak sebagai cikal bakal pemuda, mereka justru terlibat dalam berbagai persoalan salah satunya aksi bullying atau perundungan. Kasus perundungan makin hari bertambah marak dan merebak di sejumlah lembaga pendidikan. Ada apa ini? Padahal, mereka itu adalah aset penting dalam tonggak peradaban dan agen perubahan.
Ustazah memaparkan lebih detil lagi bahwa akar dari makin menjamurnya perundungan pada anak-anak, tak terlepas dari sistem sekularisme yang diterapkan negara selama ini. Sistem ini, meniadakan peran agama sebagai solusi terhadap seluruh persoalan umat termasuk kasus perundungan. Akibatnya, ranah keluarga tidak lagi menjadikan agama sebagai pondisi penting dalam mendidik anak, karena sibuknya orang tua dalam mencari materi serta minimnya pemahaman agama. Tak hanya itu, keluarga tidak harmonis dan bertengkaran yang sering terjadi menjadikan anak-anak kehilangan sosok panutan. Alhasil, mereka mencari role model di luar dalam pembentukan kepribadiannya.
Lemahnya pengawasan di sekolah turut memberi peluang, anak-anak melakukan perundungan terhadap temannya sendiri. Pun demikian, kurikulum pendidikan yang hanya fokus pada tercapainya materi tanpa memedulikan agama dan akhlak akan membuat anak didik sulit untuk dikendalikan.
Faktor lainnya adalah peran media yang menyajikan tontonan tak layak seperti game online, kartun, dan anime yang sarat dengan kekerasan. Tontonan ini, secara tidak langsung memengaruhi pola pikir dan sikap anak untuk melakukan perilaku yang sama dengan tokoh yang dilihatnya.
Sebagai seorang muslim, tentu berharap keadaan yang menimpa generasi muda saat ini jangan sampai bertambah buruk dan makin merajela. Karena itu, perlu ada perubahan sistemis dengan menyingkirkan sistem buatan manusia yaitu sekularisme. Tersebab, sistem ini telah gagal dalam mengatasi seluruh persoalan bangsa termasuk mengatasi kasus perundungan.
Penerapan Islam secara kaffah dalam institusi negara mampu menyelesaikan persoalan perundungan sampai ke akarnya. Mulai dari individu, keluarga, masyarakat, hingga negara memiliki kontribusi untuk membentuk generasi yang bertakwa dan tangguh. Selain itu, negara akan menjamin setiap kebutuhan rakyat seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Sistem sanksi yang tegas akan membuat pelaku kejahatan tak terkecuali pelaku perundungan akan jera.
Jika akidah Islam dijadikan asas negara, maka bukan tak mungkin akan lahir sosok pemuda yang gemilang seperti Usamah bin Zaid (18 tahun) yang menjadi panglima pasukan perang dalam menghadapi musuh Allah. Mu’adz bin Amr bin Jamuh (13 tahun) dan Mu’awwidz bin ‘Afra (14 tahun) telah membunuh Abu Jahal, jenderal kaum musyrikin, pada perang Badar. Juga sederet pemuda lainnya yang mengukir sejarah kejayaan Islam.
Itulah sejumlah materi yang disampaikan ustazah dalam kajian muslimah. Semoga penjelasan ini, menjadikan para peserta makin tercerahkan. Sebelum ditutup, acara dilanjutkan dengan tanya jawab serta pemberian hadiah kepada perserta majelis. Wallahu a’alam bishawab