Kontroversi Ma’had Al-Zaytun, Penguasa Terkesan Abai
Kontroversi Ma’had Al-Zaytun, Penguasa Terkesan Abai
Oleh : Sartika
(Tim Pena Ideologis Maros)
LenSaMediaNews.com – Kontroversi-kontroversi ajaran di Ma’had Al-Zaytun Indramayu, Jawa Barat tengah menjadi sorotan masyarakat lantaran dinilai menyesatkan. Beberapa pihak mulai dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) hingga Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama (PWNU) sempat merespon dugaan ajaran sesat Ma’had Panji Gumilang tersebut. (Suara.com , 20/06/2023)
Selama 22 tahun terakhir, Ma’had Al-Zaytun dengan leluasa menyesatkan umat. Dilansir dari media Gelora.news (18/06/2023), Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH. Athian Ali mencatat, ada sebanyak 151 ribu masyarakat dari berbagai daerah yang pernah bergabung dengan NII (KW) 9 yang berbasis di Ma’had Al-Zaytun. Mayoritas mereka adalah buruh, karyawan dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi.
Sehingga investigasi MUI menunjukkan dengan jelas bahwa ada hubungan keterikatan antara Ma’had Al-Zaytun dan NII (KW) 9. Dengan kata lain, pemimpin Ma’had Al-Zaytun merupakan presiden NII (KW) 9. Selain itu, hasil investigasi MUI dan FUUI pada 2001 juga telah menemukan adanya penyetoran dana setiap bulan dari anggota yang mengalir ke struktural NII (KW) 9 mulai dari Rp. 800.000-Rp 2.000.000. Untuk memenuhi tuntutan itu, anggota NII (KW) 9 dihalalkan mencuri, menipu dan merampok tak terkecuali harta tersebut milik keluarga atau orangtua sendiri.
Penguasa Terkesan Abai
Tak ayal, KH. Athian Ali pun mempertanyakan sikap lamban pemerintah dalam menyelesaikan berbagai permasalahan terkait Ma’had Al-Zaytun. Pasalnya, sejak 2001, FUUI telah menyerahkan berbagai dokumen berisi temuan dan bukti-bukti penyimpangan Ma’had Al-Zaytun serta hubungan eratnya dengan NII (KW) 9 pada POLRI, TNI dan BIN. Namun menurut KH. Athian Ali, hingga saat ini tidak ada tindakan apapun terhadap Ma’had Al-Zaytun. Hal ini menunjukkan bahwa penguasa terkesan abai terhadap permasalahan penyimpangan tersebut.
Fakta yang terjadi di Ma’had Al-Zaytun seharusnya membuat daya kritis umat bekerja. Sikap apatis penguasa saat ini alias mengesankan pembiaran terhadap penyimpangan yang menyesatkan jelas menampakkan sebagai bentuk sikap memusuhi Islam. Lihat saja bagaimana sikap penguasa yang malah memonsterasikan dan melakukan kriminalitas terhadap ajaran Islam kaffah / Islam sahih sesuai hukum syarak. Selain itu, penguasa juga selalu berupaya menghadirkan berbagai persekusi serta intimidasi terhadap forum pengajian dengan dalih pemberantasan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme.
Di samping itu, upaya penguasa mengenai islamphobia bak arus yang sengaja ‘dideraskan’. Berbagai simbol Islam dinarasikan negatif dan dituding sangat intoleran. Ajaran Islam dijadikan sebagai bahan lelucon di panggung komedian seolah Islam baginya bukanlah agama yang penuh dengan kemuliaan sehingga harus ditertawakan. Sementara itu, pemikiran moderasi beragama / pluralisme justru digencarkan dalam sistem pendidikan, terutama pendidikan yang berbasis Islam dengan alasan agar Islam tampil lebih ramah. Padahal hal itu merupakan upaya yang tersistematis guna mengubur dalam-dalam makna Islam kaffah / Islam sahih sesuai hukum syarak.
Melihat realitas ini, tidak dipungkiri akan adanya permusuhan terselubung nan sistematis dari penguasa. Mereka bak musuh dalam selimut, mengaku muslim tapi memusuhi ajaran Islam kaffah, wajar saja jika mereka enggan menjaga akidah umat. Na’udzubillah tsumma Na’udzubillah….
Penguasa Wajib Menjaga Akidah Umat
Suatu kemustahilan jika menjadikan individu / perorangan sebagai benteng utama penjagaan akidah. Disebabkan setiap permasalahan yang merusak akidah jelas permasalahan tersistematis sehingga solusi yang dibutuhkan pun harus bersifat sistematis, menerapkan syariah Islam kaffah dalam setiap lini kehidupan melalui bingkai Khilafah merupakan solusi fundamental.
Sebagaimana dalam Firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 208 , “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”
Khilafah merupakan satu-satunya sistem kehidupan yang mampu berperan penuh mengenai penjagaan akidah umat, tidak ada istilah apatis dalam penguasaan Khilafah terlebih terhadap permasalahan mendasar warganya yakni perihal akidah. Mengedukasi serta memberikan pembinaan perihal hukum dan aturan Islam kepada warganya. Pendidikan yang menerapkan ajaran penyimpangan sebagaimana Ma’had Al-Zaytun yang merusak akidah umat akan ditindak tegas dengan sebuah uqubat (sanksi) oleh penguasa yang menerapkan sistem syariah Islam kaffah sebagai sistem kehidupan (Khilafah) jadi bukan hanya sekedar sebuah teguran.
Kehidupan yang berlandaskan akidah bukanlah kehidupan yang sempit layaknya kehidupan sekularisme, yakni agama hanya sebuah spiritual serta ritual yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu. Khilafah juga tidak akan mengesankan pembiaran terhadap perkembangan ide-ide sesat. Sungguh, kehidupan yang penuh berkah hanya berada di bawah naungan Khilafah.
Wallahu’alam Bisshawab.