Ancaman Kekeringan Mengintai

Lensa Media News-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia akan mengalami kekeringan panjang akibat fenomena La Nina yang kemungkinan terjadi Juli hingga akhir 2023 (katadata.co.id, 11/06/23).

 

Dampak La Nina mengakibatkan rendahnya curah hujan. Bahkan di daerah Yogyakarta, ada sembilan kecamatan yang sudah 21 hari tidak turun hujan. Begitupun di sebagian daerah Sulawesi Selatan yang merupakan daerah lumbung pangan, ancaman terhadap ketahanan pangan dan gagal panen di sektor pertanian. Di Sumatera Selatan dan Sumatera utara, bermunculan titik panas yang rawan mengakibatkan kebakaran hutan.

 

Pihak BMKG telah menghimbau masyarakat untuk menghemat penggunaan air dan memaksimalkan cadangan air. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Sulawesi Selatan telah menyiapkan sejumlah program dan sedang berjalan, diantaranya pemetaan zona rawan kekeringan, manajemen air, pengaturan pola tanam, persiapan benih unggul dan subtitusi kepada petani jika terjadi gagal panen (m.antaranews.com, 10/06/23).

 

Selain itu, Presiden Jokowi mengambil kebijakan impor 2 juta ton beras untuk menjaga cadangan beras guna mengantisipasi terjadinya kemarau panjang (m.kbr.id, 06/04/23).

 

Indonesia beriklim tropis, dimana hanya memiliki dua musim, yakni musim hujan dan kemarau. Sayangnya, dua musim yang berlangsung dari tahun ke tahun belum dibarengi dengan ketahanan pangan sesuai harapan. Padahal, potensi swasembada pangan (mengingat hanya dua musim) sangatlah besar. Bukan malah banjir ketika hujan, kekeringan ketika kemarau panjang.

 

Maka diperlukan pengkajian ulang terhadap sistem tata kelola negara yang berhaluan kapitalisme liberalisme saat ini. Mari beralih pada sistem alternatif Islam. Sistem Khilafah Islamiyah yang mengatur air, api dan padang gembala benar-benar menjadi milik masyarakat. Dan bukan dikuasai asing. Sistem yang apabila hujan datang berlimpah keberkahan, bila kemarau panjang dijadikan waktu pas untuk mengeringkan bibit tanaman. Wallahu’alam. Sri Ratna Puri, Pegiat Opini Islam. [LM/ry]

Please follow and like us:

Tentang Penulis