Puasa Ular VS Ulat
Oleh: Choirin Fitri
LenSa Media News – Mana yang lebih menakutkan, bertemu ular atau ulat? Heeemmm, survei abal-abal membuktikan bahwa bertemu ular tentu lebih menakutkan daripada si imut ulat. Kok si imut? Ya, secara besar tubuh, ulat jauh lebih kecil ‘kan?
Bukan seberapa menakutkan atau besar kecil ukuran dua hewan ini yang jadi fokus bahasan kita. Namun, dari dua hewan ini kita bisa belajar tentang sesuatu. Apa itu? Yuk, lanjut baca!
Ulat adalah binatang berbulu yang bikin geli dan jijay bingits. Ini sih kata yang enggak suka ulat lho. Bagi penyuka si imut ini tentu mereka enggak bakal terima kalau binatang yang satu ini dimasukkan dalam jajaran binatang menakutkan. Iya, enggak?
Secara umum orang enggak suka dengan yang namanya ulat. Petani menggolongkannya dalam jenis hama tanaman. Keberadaannya enggak diinginkan. Bahkan, diberantas dengan pemberantas hama.
Kerennya si imut ini enggak terus-menerus menjadi hewan yang menggelikan. Ada satu masa dia masuk fase kepompong, enggak makan minum dalam beberapa waktu. Setelah, itu tetiba hewan berbulu ini jadi bermetamorfosis jadi hewan cantik. Yup, dialah si kupu-kupu.
Sayap yang terkepak berwarna-warni membentuk motif yang unik. Bentuk sayapnya pun bermacam-macam. Indah dan sedap dipandang mata. Dari binatang menjijikan, ia berubah menjadi binatang yang disanjung-sanjung.
Nah, puasa ulat inilah ibarat ciri mukmin sejati. Kok bisa? Yuk, cek firman Allah yang terkenal di bulan Ramadan, surah Al-Baqarah ayat 183.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Pahami ayat ini! Allah menyeru orang-orang yang beriman untuk berpuasa. Tujuannya jelas bin gamblang agar jadi orang bertakwa. Orang yang mampu menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya tanpa tapi, tanpa nanti.
Enggak cukup kita ngaku iman alias yakin akan keberadaan Allah. Kita kudu taat pada-Nya tanpa pamrih. Itulah takwa.
Sayangnya, pasca ditempa sebulan puasa di bulan mulia, enggak semua mukmin jadi muttaqin. Ada banyak yang tetap, enggak berubah. Ia hanya saleh musim puasa saja. Di luar Ramadan kembali seperti semula. Astaghfirullah.
Nah, orang semacam ini ibarat ular. Kok bisa? Ular juga punya fase perubahan kulit seperti ulat. Hanya saja meski berubah tampilan, ular enggak berubah wujudnya. Ia tetaplah ular. Raganya tak ada perubahan jadi makhluk baru.
Masak iya kita mau menirukan perubahan wujud ular ini? Rasanya enggak tepat deh jika sebagai seseorang yang beriman kita menirukan gaya puasa ular ini. Kita bakal rugi dong jika puasa yang selama ini kita lakukan hanya dapat lapar dan dahaga saja.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dan Ibnu Majah dalam Sunannya, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak—ia berkata: “Hadis ini sahih sesuai syarat kesahihan hadis menurut standar Imam Al-Bukhari”. Hadis ini diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw. bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلَّا السَّهَرُ
“Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan hausnya saja. Berapa banyak orang yang bangun malam, tidak mendapat pahala kecuali hanya bangun malamnya saja.”
Astaghfirullah, ngeri banget lho kalau sampai amalan kita sia-sia semacam ini. Iya, enggak?
So, gimana dong? Enggak gimana-gimana juga. Kita musti bersemangat untuk istikamah dalam taat. Jika sebulan Ramadan kita udah taat, pertahankan bahkan tambah terus ketaatan pasca bulan Ramadan berlalu. Jangan biarkan kita tersibukkan kembali dengan kemaksiatan pasca Ramadan pergi!
Ingat pula nasihat para ulama tentang tanda diterimanya ibadah puasa Ramadan kita oleh Allah yakni ketika kita makin baik pasca Ramadan. So, yuk buktikan kalau emang benar puasa kita diterima oleh Allah, kita bisa lebih takwa daripada sebelum Ramadan. Sepakat?
(LM/SN)