Demokrasi yang Bobrok Kenapa Khilafah yang Kena Getah?
Oleh: Kunthi Mandasari
(Penulis, Member AMK)
LenSaMediaNews– Pertarungan dalam pemilu kali ini berjalan alot. Berbagai kecurangan yang tersistematis mulai terkuak di ranah publik. Menimbulkan berbagai spekulasi. Di sisi lain tarik ulur klaim kemenangan terus berlangsung. Tak ingin boroknya tersingkap berbagai cara ditempuh untuk menutup setiap celah. Sayangnya bau busuknya telah tercium di mana-mana. Alih-alih menunjukkan sikap seorang negarawan, yang dilakukan justru mencari pembenaran serta kambing hitam.
Sebagaimana dilontarkan Menteri Koordinator Publik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto yang menyebutkan sejumlah ancaman mengganggu kesatuan dan persatuan bangsa. Salah satu diantaranya kelompok khilafah yang masih membonceng dalam perhelatan pemilu.
“Yang baru kemarin kita bubarkan, kita akan dijadikan negeri khilafah, ada. Tidak akui nasionalisme, tidak akui Pancasila, NKRI kita bubarkan. Tapi sekarang masih bonceng lagi dalam keruwetan pemilu kita, ada.” (viva.co.id, 16/05/2019).
Selain itu fitnah keji masih disebar dengan mengatakan adanya bayang-bayang kemungkinan terjadinya konflik sosial. Seperti pihak yang mendengung-dengungkan melakukan people power. Serta sindiran terhadap kubu pasangan nomor urut 02, jika kalah tak percaya hasil pemilu.
Tentu pernyataan semacam ini semakin membuat warga semakin gerah. Kecurangan yang terkuak tidak segera diselidiki secara transparan untuk meredam isu yang tengah bergejolak. Namun justru membuat tuduhan tanpa dasar, menyasar mereka yang menyuarakan kebenaran.
Apa pun dalih yang digunakan, melontarkan pernyataan tanpa ada bukti merupakan kesalahan yang fatal. Dan tidak semestinya dilakukan oleh aparatur negara. Seharusnya setiap kata yang dikeluarkan berpijak pada data bukan prasangka apalagi hanya menuruti nafsu untuk berkuasa. Tanpa klarifikasi hanya menjustifikasi.
Terlebih yang disudutkan adalah khilafah yang merupakan ajaran Islam. Menjadikannya sebagai biang dari keruwetan Pemilu. Tentu tidak nyambung. Karena dalam sistem khilafah cara mengangkat seorang khalifah hanya bisa dilakukan melalui baiat. Bukan jalan pemilu yang merupakan produk demokrasi. Sehingga menjadikan khilafah sebagai kambing hitam benar-benar membuat umat muslim geram. Karena yang sebenarnya menjadi biang keruwetan ya pemilu itu sendiri yang merupakan produk sekuler. Yang memberi ruang bagi kecurangan.
Data serta bukti telah banyak beredar namun masih saja enggan untuk mengakui. Berbagai perangkat justru digunakan untuk menguatkan kekuasaan. Tak peduli cara yang ditempuh. Upaya menyuarakan kebenaran juga dicitrakan sebagai makar. Lalu dimana letak kebebasan berpendapat yang disuarakan demokrasi?
Masihkah ingin bertahan dengan sistem demokrasi? Sistem yang telah jelas-jelas memberi jalan bagi berbagai kecurangan. Serta memberi ruang pemimpin yang terbukti ingkar janji untuk melanggengkan kekuasaan. Hanya orang-orang yang tidak berakal yang ingin terjatuh berkali-kali untuk memperjuangkan sistem rusak ini. Karena seekor keledai saja tidak mau terjatuh pada lubang yang sama.
Wallahu’alam bishowab.
[Fa]