Budaya Kekerasan pada Generasi, Cermin Bobroknya Sistem Kehidupan
Oleh: Ummu Hadid
Pengajar, Pemerhati Ibu dan Generasi
LensaMediaNews–Tentram, nyaman, aman, tanpa gangguan adalah hal yang diidamkan dalam kehidupan. Namun kenyataan, semua hanya angan yang sulit dirasakan. Kejahatan serta kekerasan sudah menjadi pemandangan tak terelakkan.
Baru baru ini CNNIndonesia (25/2/23) mengabarkan anak pejabat pajak Mario Dandy Satriyo diduga kuat telah melakukan penganiayaan terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina, David.
Banyak remaja juga berani melakukan kekerasan serupa seperti yang dilakukan lima pelajar SMK di Purwakarta yang mencoba melakukan pencurian dengan kekerasan dan atau penganiayaan. JurnalPolri.com (22/2/23)
Selain itu, keamanan anak mesti dikhawatirkan sebab kekerasan seksual mengintai mereka. Sebagaimana terjadi pada siswi SMP di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan yang baru berumur 14 tahun meninggal dunia usai menjadi korban pemerkosaan beberapa temannya.
Sungguh, rentetan kejahatan tersebut seakan menjadi bukti bahwa keamanan hanyalah mimpi yang tak terealisasi. Semua ini terjadi karena kesombongan manusia yang bersikukuh menjadikan akal sebagai tumpuan hingga lahirlah pemikiran untuk memisahkan agama dari kehidupan (sekulerisme). Sekularisme ini menjadikan orang yang berkedudukan bebas melakukan kekerasan.
Sistem pendidikan sekuler juga mencetak generasi yang arogan dan lupa akan tujuan serta arti dari pendidikan. Keluarga yang harusnya menjadi benteng terakhir untuk keamanan, di sistem sekuler akan terbuyarkan karena kesibukan mencari uang serta minimnya ilmu penanaman akidah. Kebobrokan kehidupan inilah yang terjadi.
Lain cerita jika Islam yang dijadikan tumpuan. Maka keamanan akan terealisasi di setiap lini kehidupan. Dalam lini pemerintah, Islam telah mewanti-wanti bahwa kekuasaan itu adalah amanah yang berat Sebagaimana sabda Rasulullah :
Dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. (HR Muslim).
Hadist ini menjadi pengingat bagi penguasa untuk menjalankan kekuasaan ini dengan baik dan benar sesuai syariat. Maka tidak ada cerita anak dari pemangku kekuasaan bertindak sewenang-wenang.
Dalam lini masyarakat, Islam mewajibkan bagi setiap masyarakat untuk beramar ma’ruf nahi mungkar. Seperti yang tertera dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 104. Sistem pendidikan Islam juga akan mencetak generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam sekaligus calon pemimpin peradaban. Kesadaran generasi yang selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasi mereka. Membuat mereka terjaga dan takut melakukan kejahatan.
Dalam keluarga, Islam telah menetapkan peran setiap anggota keluarga. Ayah yang berperan sebagai qowam, bertugas untuk memimpin dan melindungi. Ibu berperan sebagai madrasatul ula dan ummu warobatul bait. Serta anak yang berperan untuk berbakti pada orang tua. Semua peran ini sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT.
Terakhir, jika ada yang masih berbuat kekerasan, Islam akan memberlakukan sanksi tegas yang tidak bisa ditawar. Sanksi ini membuat jera para pelakunya, sekaligus mencegah yang lain melakukan tindakan yang sama.
Semua sistem keamanan yang sempurna ini akan terealisasi jika Islam dijadikan sebagai sebuah sistem kehidupan dalam suatu daulah atau negara. Hingga Islam sebagai rahmatan lil ‘alamiin akan benar-benar terjadi. Wallahu’alam