Kajian Muslimah Kota Probolinggo “Ramadan bulan Perjuangan”
Reporter: Dewi Istiharoh
Probolinggo– Kajian Muslimah Kota Probolinggo kembali menggelar kajian bulanan dengan tema ‘Ramadan Bulan Perjuangan’, Ahad (19 Mei 2019). Acara yang dilaksanakan di Rumah Inspirasi Perubahan Kota Probolinggo ini dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai kalangan, baik pelajar, praktisi pendidikan hingga ibu rumah tangga dari kota Probolinggo dan sekitarnya. Acara dibuka dengan sapaan hangat Mbak Dewi Istiharoh, AMd. Kom selaku pembawa acara lalu dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran oleh ananda Nisrina dan ananda Khanza.
Pembawa acara mengingatkan kepada peserta bahwa saat ini telah datang bulan yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslim. Bulan yang di dalamnya terdapat banyak keistimewaan, sehingga banyak sekali yang dilakukan dalam menyambut kedatangannya. Selanjutnya acara masuk pada acara inti yakni materi yang disampaikan oleh Ustadzah Rini Darwati, SP. Beliau membuka dengan mengungkapkan rasa suka citanya saat memasuki bulan Ramadan karena Allah akan memberikan pahala kepada siapa saja yang ketika mendapati Ramadan dia merasa senang dan menyambutnya dengan suka cita.
Kemudian pemateri menjelaskan bahwa bulan Ramadan yang dinanti ini adalah bulan yang terdapat banyak keistimewaan yang tidak didapatkan di bulan lainnya. Diantaranya adalah penuh barokah, penuh ampunan, dilipatgandakan pahala, terdapat lailatul qadar, serta bulan kemenangan dan bulan perjuangan.
Beliau juga memaparkan fakta yang terjadi di bulan Ramadan dimana ada sebagian orang menikmati bulan Ramadan dengan meningkatkan ibadah yang bersifat ruhiah seperti salat tarawih, membaca alquran, sedekah, berzikir, dan lain sebagainya. Tapi ada sebagian lain yang hanya bingung memikirkan dan mempersiapkan hari rayanya dengan berbelanja dan mengganti perabotan rumah tangga yang baru meskipun hanya mengecat rumah. Bahkan ada juga yang menodai Ramadan dengan melakukan kemaksiatan, terbukti di bulan suci ini masih ada laki-laki dan perempuan bukan suami istri melakukan hubungan layaknya suami istri di sebuah hotel pada siang hari.
Ramadan tidak hanya menuntut kita menjadi ahli ibadah untuk diri sendiri, tapi ia adalah momentum terbaik untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan, baik ketaqwaan individu, masyarakat dan negara.
Namun semua itu belum bisa terjadi karena masih banyak kaum muslim lain yang tidak seberuntung kita dalam merasakan indahnya beribadah di bulan Ramadan. Misal saudara-saudara di Gaza, Palestina, mereka hidup dalam ketidakamanan. Setiap hari mereka dihujani dengan bom dan nuklir dari Yahudi Israel. Negeri-negeri kafir berani mengusir dan membunuh kaum muslim karena mereka yakin tidak akan ada satu negara pun yang akan menolongnya. PBB hanya mengecam, tidak mengirimkan pasukan untuk membebaskannya.
Jelas semua itu terjadi karena tidak adanya satu komando di tubuh kaum muslim. Komando dari seorang pemimpin muslim yang adil, yang hanya takut kepada Allah. Maka meningkatkan ibadah yang bersifat ruhiah tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, namun harus ditambah dengan aktivitas dakwah untuk memberikan pemahaman Islam yang benar kepada masyarakat dan mengusahakan agar aturan Allah bisa diterapkan secara totalitas.
Suasana Ramadan pada masa Rasulullah saw dipenuhi dengan suasana ibadah, perjuangan dan taqarrub kepada Allah SWT. Nabi saw, mendorong kaum muslim untuk meningkatkan ibadah dan mengisi bulan Ramadan dengan memperbanyak amal kebajikan.
Rasulullah saw, juga mengisi Ramadan dengan aktivitas jihad untuk memerangi orang-orang kafir. Misal, Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun ke-2 H. Persiapan Perang Khandaq (menggali parit) pun dilakukan pada bulan Ramadan tahun ke-5 H, dan banyak perang lain yang terjadi di bulan Ramadan. Di akhir pemaparannya, Ustadzah Rini Darwati mengajak para peserta untuk mengambil langkah dan posisi untuk ikut serta dalam perjuangan mengembalikan kehidupan Islam. Beliau juga berharap Ramadan tahun ini adalah Ramadan terakhir tanpa kepemimpin Islam dan semoga hanya ajal yang memisahkan kita dengan perjuangan ini.
Setelah itu acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Tampak antusiasme peserta untuk bertanya. Selanjutnya pembawa acara mengajak semua peserta berikrar dan berkomitmen bersama. Tidak sedikit yang larut dan meneteskan air mata saat mengucap ikrar. Terakhir acara ditutup dengan doa oleh Ustadzah Mita serta pembagian doorprize dan foto bersama.
[LNR]