Generasi Sandwich, Cuma Ada di Kehidupan yang Serba Susah!
Oleh: Faiza Kameela
LenSaMediaNews.com – Hai Bestie! Apa kabar, nih? Semoga tetap semangat, ya menjalankan aktivitas di tengah kehidupan yang semakin syulit kayak sekarang. Kirain Reyhan aja yang begitu syulit untuk dilupakan, ternyata syulit juga, ya melupakan beban hidup yang semakin mengimpit. Wkwkwk.
By the way, Kalian tahu roti sandwich enggak, sih? Itu lho, roti lapis yang isinya ada keju, sayuran atau daging. Hmm, delicioso! He .. he .. Tapi kalau istilah generasi sandwich, sudah tahu belum? Generasi sandwich atau Sanwich Generation diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981 oleh seorang Profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat bernama Dorothy A. Miller. Generasi sandwich merupakan generasi orang dewasa yang harus menanggung hidup 3 generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri dan anaknya. Nah, orang yang harus menanggung hidup orang lain ini digambarkan layaknya isi sandwich yang diimpit dua roti di atas dan bawahnya.
Bestie, fenomena generasi sandwich ini makin banyak lho saat ini, dan dialami oleh generasi milenial usia produktif. Mungkin kamu salah satunya? Dengan biaya hidup yang semakin mahal, banyak generasi sandwich yang terjebak dengan pinjaman online dan investasi palsu dengan tujuan menambah penghasilan atau terpaksa karena lagi butuh. Nah, enggak sedikit juga yang mengalami stres. Kok bisa sih? Kamu nanyeea? Ya, bisa dong. Dengan gaji standar UMK, untuk menghidupi keluarga intinya saja sudah pas-pasan, ditambah menghidupi orang tua yang sudah sepuh bahkan adik-adiknya pasti pusing, deh.
Menjadi Generasi Sandwich Beban atau Berkah?
Bestie, enggak sedikit dari generasi sandwich yang merasa hidupnya terbebani. Bahkan ada yang bilang kalau mereka sebenarnya robot yang dipelihara oleh keluarga.
Sebenarnya kenapa sih, bisa muncul generasi sandwich? Para pakar ekonomi banyak yang mengulas fenomena ini. Secara umum mereka menyimpulkan kondisi ini akibat orang tua enggak menyiapkan dana pensiun, sehingga di masa tuanya jadi beban untuk anak-anak mereka. Dilansir dari data Manulife Investor Sentiment Index (MISI) ke- 6 menunjukkan bahwa masyarakat yang sudah membuat program pensiun hanya sebesar 5,34% atau hanya sekitar 3,3 juta dari 120 juta penduduk Indonesia (Psicologi UNNES.ac.id). Sedikit banget, ya.
Pendapat pakar ini bisa aja benar. Kalau orang tua kita ASN mungkin enak ya karena punya dana pensiun. Para horang kaya juga enggak pusing, wong mereka banyak uangnya. Tapi gimana dong yang penghasilannya pas-pasan? Boro-boro mau saving dana buat hari tua, uang mereka habis untuk kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah, pakaian, rumah atau kesehatan. Benar, enggak?
Bestie, kalau kita kembalikan pada ajaran Islam yang mulia, mengurus orang tua itu bukan beban, tapi kewajiban kita sebagai anak. Ini adalah wujud bakti kita, lho. Rugi banget kalau kita enggak berbakti kepada orang tua padahal mereka masih ada.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Nabi saw. bersabda: “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga”. (HR. Muslim No. 2551 dan HR. Ahmad 2: 254, 346).
Islam memandang, menafkahi kedua orang tua yang sudah lanjut usia dan enggak produktif lagi bukan beban, lho, tapi ada nilai sedekah di hadapan Allah Swt. Nabi saw. bersabda: “Bahwa sesuatu apa pun yang engkau berikan sebagai makanan kepada dirimu, maka itu merupakan sedekah. Demikian pula yang Engkau berikan sebagai makanan kepada anakmu, istrimu, bahkan kepada budakmu, itu semua merupakan sedekah” (HR. Ahmad no. 17179),
Lebih dari itu, menafkahi orang tua juga merupakan wujud rasa syukur kita, lho. Allah Swt memerintahkan, selain harus bersyukur kepada- Nya, kita juga harus bersyukur kepada kedua orang tua. Allah Swt. berfirman: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku-lah kembalimu.” (QS. Lukman: 14).
Bestie, merebaknya tren generasi sandwich enggak terlepas dari abainya peran negara dalam mengurusi rakyatnya. Semua kebutuhan hidup dibebankan kepada rakyat, bahkan sampai pada kebutuhan yang harusnya jadi kewajiban negara untuk nyediain, kayak pendidikan dan kesehatan. Makanya, kita jangan mau berlama-lama hidup dalam sistem yang serba susah dan nyusahin kayak sekarang. Akan tiba masanya, kita akan hidup dalam naungan kehidupan yang menyejahterakan. Kamu mau dong?