Masyarakat ‘Sakit’, Kekerasan Kian Marak
Oleh: Isti Rahmawati, S.Hum
(Penulis)
Lensamedianews.com– Saat ini kekerasan telah menjadi masalah serius di Indonesia. Di pemberitaan pun hampir setiap hari masyarakat disuguhkan dengan berbagai kekerasan maupun aksi kriminal oleh sejumlah oknum. Korbannya pun beragam, mulai dari bayi, anak, hingga dewasa.
Karena terbawa emosi, seorang paman tega membanting keponakannya yang masih bayi hingga meregang nyawa. Kekerasan dalam rumah tangga yang berujung maut pun terjadi.
Belum lagi kekerasan yang berbasis komunal. Tawuran, keroyokan, dan pembegalan sudah sering terjadi. Bahkan sengaja mempersenjatai diri dengan senjata tajam untuk melakukan aksinya.
Hilang Akal, Nurani Binasa
Masyarakat sekarang memang lebih rentan goyah secara mental. Begitu mudahnya seseorang tersulut amarah hanya karena perkara kecil. Bahkan tak ragu untuk menghilangkan nyawa sekalipun.
Penyebabnya tentu tidak sederhana. Pertama, kehidupan sekuler saat ini membuat individu lemah iman. Pendidikan pun tidak menjamin ‘akal’ mereka lurus. Keluarga kini tak lagi menjadi ‘rumah’ bagi mereka yang haus kasih sayang.
Kehidupan sekular bak hutan rimba yang mengajarkan kerusakan. Belum lagi kesulitan ekonomi dan berbagai kebijakan negara yang semakin menggiring masyarakat pada pola hidup sekular.
Kedua, aspek agama dan moral yang lemah. Aspek agama seolah dibatasi oleh aspek kebebasan ala sekuler neoliberal. Teroris dan radikal justru seringkali dialamatkan pada orang-orang yang taat dan menyeru kebaikan.
Akhirnya, lahirlah individu yang kosong lemah jati diri. Amar makruf nahi mungkar begitu asing di tengah-tengah mereka. Padahal, dunia sekarang sangat maju dalam teknologi, tetapi aspek ruhiyah mereka nol tanpa nilai.
Ketiga, hilangnya integritas dan kewibawaan polisi, hakim, jaksa, dan penegak hukum lainnya di mata masyarakat.
Apalagi penegak hukum negeri ini beberapa kali tersandung kasus pembunuhan hingga narkoba. Akibatnya, banyak masyarakat yang menyepelekan aparat dan berani melakukan aksi kekerasan maupun kejahatan. Pejabat saja bisa melakukan kejahatan, apalagi sipil. Inilah pemikiran yang bahaya.
Islam Mengembalikan Fitrah
Kondisi masyarakat yang rusak saat ini bukanlah potret umat Islam yang sebenarnya. Sejatinya, keimanan menjadi pondasi kehidupan Islam. Perbuatan manusia akan senantiasa terikat pada halal dan haram.
Dalam Islam, negara merupakan sang penjaga. Negara akan senantiasa menjaga siapa saja yang ada di dalamnya untuk senantiasa tunduk dan patuh pada Rabb-Nya.
Lewat sistem Islam yang paripurna, negara menjadikan syariat sebagai tolak ukur kehidupan. Dengan begitu, umat Islam dan semua yang ada di dalamnya akan terjamin akal, akidah, jiwa, harta, dan kehormatannya. Dengan penjaminan itu, negara akan memastikan tidak ada stress sosial yang memicu kekerasan di tengah-tengah masyarakat.
Sederhananya, jika masyarakat terpenuhi segala kebutuhannya, terjamin kesejahteraannya, maka itu semua akan meminimalisir mental masyarakat yang ‘sakit’. Mereka akan fokus untuk mengejar keberkahan hidup dengan tunduk dan patuh pada syariat.
Selain itu, penerapan hukum Islam yang berkeadilan menjadikan mereka senantiasa melandaskan segala aktivitas karena takut pada Allah. Hukum Islam akan sungguh-sungguh memberikan keamanan dan ketentraman bagi umat.
Jika pun ada kasus kekerasan atau kejahatan, itu menjadi masalah personal. Tidak rumit seperti kekerasan yang saat ini terjadi. Habits amar maruf nahi mungkar di tengah umat Islam menjadikan mereka saling menasehati.
Dengan demikian, yang dibutuhkan umat saat ini adalah institusi Islam yang mampu menjamin keamanan bagi rakyatnya. Keamanan yang diterapkan pun akan sejalan dengan sistem Islam yang lain sehingga Islam kaffah akan terwujud. Wallahu’alam bishawwab. [LM/UD]