Kiprah Politik Perempuan, Bercermin kepada Para Shahabiyah
Oleh: Trisnawaty A.
(Revowriter Makassar)
LensaMediaNews- Syeikh Abdul Qadim Zallum dalam bukunya Pemikiran Politik Islam, mendefinisikan politik (siyasah) adalah mengatur urusan umat baik di dalam maupun di luar negeri, dilaksanakan oleh negara maupun umat. Negara mengurus kepentingan umat dan umat melakukan koreksi terhadap pemerintah. Pemikiran politik adalah pemikiran yang berhubungan dengan urusan umat manusia dan dunia dari sudut pandang tertentu, bagi seorang muslim sudut pandang itu adalah akidah Islam. Akidah Islam memancarkan hukum-hukum dan pemikiran yang memperhatikan semua urusan kehidupan, mengatur urusan baik dalam aspek pemerintahan, ekonomi, kebijakan dalam negeri, hubungan antara penguasa dan rakyatnya serta hubungan negara dengan negara dan bangsa lainnya. Karenanya ia adalah akidah ruhiyah sekaligus akidah siyasiah.
Sayangnya, tatkala Khilafah dilenyapkan, akidah Islam hanya dipahami sebagai akidah ruhiyah. Akidah Islam yang memancarkan hukum-hukum dan pemikiran lenyap. Digantikan dengan aturan yang bersumber dari buatan manusia dan imprealisme Barat yang memberikan pemahaman pragmatis tentang politik dan menyebarluaskannya. Akibatnya umat Islam mengalami kemunduran.
Kiprah Politik untuk Kebangkitan Umat
Untuk dapat bangkit, umat Islam harus menjadikan akidah Islam sebagai asas bagi kehidupannya. Menegakkan pemerintahan dan kekuasaan berdasarkan pondasi tersebut, inilah kebangkitan yang hakiki. Kebangkitan dari penyembahan kepada manusia menuju penyembahan kepada pencipta manusia yaitu Al-Khaliq. Mewujudkannya dengan melakukan pembinaan di tengah-tengah umat dengan tsaqafah politik ideologis. Kewajiban ini harus diemban muslim dan muslimah. Karenanya politik dalam Islam adalah sesuatu yang fardu termasuk bagi muslimah. Bahkan berpolitik disebut Allah SWT sebagai aktivitas sebaik-baik umat.
Suatu hal yang alami jika Islam sangat mendorong perempuan untuk peka terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam artian memiliki kesadaran politik. Sebab meskipun umat Islam hari ini hidup dalam penindasan para penguasa tiran, tapi tidak boleh hanya berpikir tentang dirinya. Harus memiliki peran dalam perubahan umat dan bangsa yaitu dengan melakukan aktivitas politik, yaitu memikirkan umat dan dunia. Hal ini pernah dicontohkan oleh para shahabiyah di masa Rasulullah Saw.
Kiprah Politik Para Shahabiyah
Kiprah politik para shahabiyah r.a sangat besar pengaruhnya dalam mengubah masyarakat jahiliyah yang penuh dengan kerusakan menjadi masyarakat agung, sejahtera, dan digdaya. Sosok yang tercatat dengan tinta emas, ibunda Khadijah r.a, wanita pertama yang mengimani Rasulullah Saw. Selain sebagai istri dan ibu, beliau adalah partner terbaik sekaligus pendukung utama dakwah Rasulullah Saw.
Selanjutnya Sumayyah r.a, wanita pertama yang syahid dalam Islam. Sosok pribadi yang tegar, istri dan ibu yang rela menjadi martir dakwah sekaligus menjadi teladan terbaik dalam keteguhan memperjuangkan kebenaran. Asma binti Abu Bakar r.a dengan julukan yang melekat padanya dzatun nithaqain (pemilik dua ikat pinggang) seorang muhajirah cerdas dan pemberani. Mengorbankan harta bahkan jiwa raganya hanya untuk Islam dan berperan penting bagi keberhasilan hijrah nabi Saw. Ummu Imaroh dan Ummu Mani’, saksi kunci dalam peristiwa Baiat Aqobah II. Mereka berani dalam perjuangan Islam demi meraih rida Allah semata, bukan mencari harta dan kesenangan dunia.
Saatnya perempuan mengambil peran untuk membangkitkan umat dengan aktivitas politik sesuai dengan Islam, sebab itulah sebaik-baik aktivitas. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Kamu adalah umat yang terbaik dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah” (TQS Ali Imran[3]:110).
Wallahu ‘alam.
[LS/Nr]