Wacana Penundaan Pemilu, untuk Siapa?
Oleh: Yuke Octavianty
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Lensa Media News – Kabar tentang penundaan Pemilu 2024 masih hangat diperbincangkan publik. Dilansir dari republika.co.id (27/02/2022), Agus Harimurti Yudhoyono menegaskan bahwa penundaan Pemilu merupakan sesuatu yang melanggar konstitusi. Ia juga mengungkapkan ada beberapa pihak yang takut kehilangan kekuasaan.
Kalangan yang setuju dengan penundaan pemilu didominasi oleh partai-partai pro pemerintah. Alasannya agar tak terjadi stagnasi perbaikan ekonomi setelah 2 tahun negeri ini dihantam badai pandemi. Pakar Hukum dan Tata Negara Universitas Andalas, Feri Amsari, partai – partai pendukung usulan itu, sudah terlanjur nyaman atas pembagian kekuasaan selama pemerintahan Jokowi (26/02/2022). Alasan lain pun diungkapkan oleh Wahyudi Al Maroky, Direktur Pamong Institute. Wahyudi mengatakan dengan ditundanya Pemilu 2024, para politisi akan meraup untung besar karena tak perlu repot-repot berebut kursi kekuasaan (mediaumat.id, 01/03/2024). Di sisi ekonomi, para politisi pun tak perlu keluar banyak uang (lagi) untuk melewati pesta demokrasi yang menelan biaya hingga Rp 180 – 190 trilliun.
Fantastis. Jelaslah, bahwa upaya “memundurkan” pemilu bukan untuk maslahat umat. Inilah topeng demokrasi kapitalis yang menyengsarakan. Aturannya yang luar biasa hasilkan kebangkrutan bagi nasib umat. Prosesnya pun menyusahkan. Ditambah lagi hasilnya, yaitu para elite politik yang sangat mengecewakan. Penuh dengan intrik, siasat, dan segala usaha kecurangan demi mempertahankan “status quo-nya” sebagai pejabat. Yang disinyalir selalu berlimpah harta dan kekuasaan. Demi memperjuangkan kepentingan pribadi dan oligarkinya. Tanpa peduli amanah yang sesungguhnya. Melupakan urusan setiap rakyatnya. Melupakan setiap janji-janjinya. Padahal Rasulullah saw. dalam sabdanya telah menyampaikan bahwa surga haram bagi pemimpin yang mati dalam keadaan sedang menipu rakyatnya.
Cacatnya sistem ini sudah tak dapat ditoleransi lagi. Bobroknya sangat tampak. Dan umat pun mulai muak dengan segala aturan dan tingkah penguasa. Lantas, masihkah kita rela bertahan dengan sistem ini? Tentu saja, tak mau. Karena yang kita inginkan kesejahteraan dan ketentraman dalam kehidupan.
Sistem Islam-lah satu-satunya harapan. Harapan untuk meraih sejahteranya kehidupan dunia dan akhirat. Dalam sistem Islam yang berwadahkan Khilafah manhaj an-nubuwwah, pemilu yang murah dan menghasilkan pemimpin yang amanah dapat diraih. Demikian ungkap Direktur Siyasah Institute, Iwan Januar (mediaumat.id, 01/03/2022). Karena pengaturan segala sumber daya dan pengalokasiannya amanah dan sesuai syariah. Sehingga kas negara pun akan berlimpah. Seluruhnya digunakan untuk seluas-luasnya kebutuhan umat. Termasuk kebutuhan pemilu, juga kebutuhan umat untuk mendapatkan pemimpin yang amanah, bijak, dan penuh iman-takwa.
Wallahu a’lam bishshawab.
[LM]