Pandemi Belum Usai?
Oleh: Aisyah Rahma, S.Pd
(Tenaga Pendidik)
Lensa Media News – Kebijakan dibuat silih berganti, Tapi pandemi belum juga usai. Nasib Rakyat semakin sempit, sampai kapan ini terus terjadi? Pandemi belum usai. Itu yang senantiasa terbersit di benak kita saat mendengar kasus omicron yang kian hari semakin memuncak. Sudah hampir genap dua tahun, Pandemi melanda negeri ini. Awalnya tidak sampai ke Indonesia. Namun karena kebijakan ceroboh yang diambil pemerintah, dengan membolehkan turis datang ke Indonesia dengan dalih yang tak masuk akal yakni berupa keuntungan dari sektor pariwisata yang akan diterima negara mengakibatkan virus covid 19 menyebar di indonesia. Bahkan saat ini sudah sampai varian ketiga yaitu omicron.
WHO menyatakan varian Omicron sebagai jenis virus yang harus diwaspadai karena tingkat penularannya yang tinggi. Perkembangan kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1.529) di Indonesia telah mencapai 6.505 kasus per Selasa, 22 Februari 2022. Varian Omicron di Indonesia ini memiliki selisih 248 kasus dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, kasus di Indonesia ini tumbuh 7,34 persen. Kenaikan kasus ini juga terjadi di sekolah-sekolah pasca pembelajaran tatap muka (PTM) kembali dilaksanakan oleh pemerintah. Klaster sekolah setiap harinya terus bermunculan, bahkan di Jakarta 190 sekolah kembali tutup merujuk kembali naiknya kasus Covid-19. (Kompas.com)
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes) Kasus Omicron di Indonesia juga sudah menjadi transmi lokal dan menyebar di 24 provinsi, naik dari jumlah sebelumnya hanya 18 provinsi. (Detik Health). Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin sebelumnya juga mengungkapkan nyaris 100 persen hasil pemeriksaan deteksi strain baru mutasi virus corona menggunakan metode Whole Genome Sequences (WGS) di Pulau Jawa adalah varian Omicron.
Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas jelas dapat dikatakan bahkan sampai sekarang, pandemi belum juga usai. Terlihat dengan jelas penanganan-penanganan dan juga peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah semuanya bukan untuk kepentingan rakyat tapi untuk kepentingan sekelompok orang saja. Bahkan hal ini sudah terlihat jelas sejak awal. Saat Negara lain sudah mulai menerapkan penguncian wilayah (lock down) di Indonesia turis bahkan dipersilahkan untuk datang, karena alasan perekonomian. Meski belum sepenuhnya usai semuanya kembali di normalkan. Swab antigen bahkan dibisniskan. Vaksinasi pun tidak berjalan merata. Bahkan rakyat seperti di paksa karena ketiadaan sosialisasi di awal, serta tanpa perlindungan total jaminan keselamatan untuk setiap vaksinasi yang diberikan.
Hal ini sungguh sangat jauh dengan sistem Islam yang selalu mengedepankan kepentingan rakyat di atas segala kepentingan yang ada. Bahkan kepentingan khalifah sekalipun jika tidak berkenaan dengan umat hal ini akan lebih dikesampingkan. Karena kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang mengurus segala kepentingan masyarakat.
Pemerintahan melalui pemimpinnya memiliki tanggung jawab penuh untuk menjamin maslahat umum. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya, “Imam/pemimpin adalah pengurus rakyat dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang diurusnya”. Oleh karena itu, dalam sistem Islam, setiap kebijakan-kebijakan yang diambil oleh penguasa adalah untuk kemaslahatan dan kebaikan seluruh rakyat tak terkecuali yang muslim maupun yang bukan.
Jika terjadi wabah penyakit seperti saat ini, dalam sistem Islam hal yang akan dilakukan sejak awal adalah melakukan pemutusan kesempatan para turis dan yang lainnya untuk datang ke Indonesia. Dalam naungan Islam hal yang akan dilakukan pemerintah sejak awal adalah dengan melakukan lock down total dan Daulah yang akan memberikan kebutuhan pokok untuk masyarakat. Dalam Islam bahkan perkara penanganan wabah penyakit telah dicontohkan oleh Nabi. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya, tetapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada maka jangan tinggalkan tempat itu” (HR Bukhari).
Tidak ada satu aspek pun dalam kehidupan yang tidak ada aturannya di dalam sistem Islam. Sebagai suatu sistem kehidupan yang sempurna yang diturunkan oleh Allah, sang Pencipta yang Maha Mengetahui atas segala hal yang dibutuhkan oleh manusia. Jika saja negeri ini mau mengadopsi sistem Islam sebagai perangkat aturan kehidupan, serta mau menerapkan apa yang telah Rasulullah sabdakan. Tentu sejak awal semestinya pandemi ini tidak akan terjadi, jika dalam proses penanganannya mengedepankan rakyat sebagai pihak yang ingin dilindungi.
Wallahua’lam.
[if/LM]