Penista Agama Terus Berulang, Mengapa?
Menganggap aturan-aturan Islam itu dibuat Rasulullah Muhammad saw. sesuai dengan kepentingan adalah bentuk penistaan terhadap Islam dan umat Islam. Bagaimana bisa Alquran ‘kalamullah‘ dibilang sampah atau dibandingkan dengan sesuatu yang merupakan buatan manusia? Padahal ahli syair yang paling “jago” di masa turunnya Alquran dahulu pun mengakui kemukjizatan Alquran.
Bahkan jika seluruh penduduk bumi bekerja sama untuk membuat seperti Alquran. Tantangan ini tertulis di dalam Alquran dan dijawab langsung oleh Allah sendiri, pencipta manusia yang Maha Tahu akan hamba-Nya.
Sungguh miris, di negeri yang mayoritas penduduknya muslim, justru berulang kali terjadi kasus penistaan dan penodaan agama. Berulangnya kasus penodaan agama ini, membuktikan bahwa negara gagal menjamin dan melindungi agama.
Undang-undang yang ada tentang Penodaan Agama, tidak efektif menghentikan semua itu. Ditambah lagi penegakan hukumnya sering kali tidak memenuhi rasa keadilan. Sering kita dapati pelakunya bahkan lepas dari jeratan hukum hanya karena meminta maaf. Ini yang membuat orang tidak jera menista agama, justru malah menambah daftar nama penista agama.
Di negeri yang menganut sistem demokrasi kapitalis seperti negeri kita ini, atas nama HAM seseorang bisa bebas bertindak sesuai dengan keinginannya. Selama tidak ada yang terganggu, dianggap sah-sah saja, termasuk kasus ini.
Jika Muslimin di Indonesia diam saja terkait kasus Ahok kala itu, atau kasus yang saat ini terjadi, maka mereka akan aman. Hal ini wajar, karena sistem demokrasi kapitalis menjadikan manfaat sebagai asas dalam kehidupan dan dalam implementasinya, sistem demokrasi kapitalis melahirkan liberalisme atau kebebasan.
Liberalisme dalam sistem demokrasi kapitalis mengajarkan empat kebebasan yang sangat destruktif, yaitu kebebasan beragama, berpendapat, kepemilikan, dan berperilaku.
Empat kebebasan inilah yang saat ini mencengkeram kuat negeri ini, yang menjadi biang keladi munculnya berbagai macam pemikiran dan tingkah laku yang menyimpang.
Kebebasan berpendapat telah melahirkan orang-orang yang berani menyimpangkan kebenaran Islam, menghina dan menghujat ajaran Islam yang sudah pasti kebenarannya.
Mereka bebas melontarkan pemikiran atau pendapatnya sesuai hawa nafsunya, tanpa berpikir apakah pemikiran atau pendapatnya itu benar atau tidak, menyakitkan orang banyak atau tidak, apakah pemikirannya itu sesat atau menyesatkan orang lain atau tidak, memberikan dampak buruk di tengah-tengah masyarakat atau tidak.
Selama tidak mengganggu kebebasan orang lain, sah-sah saja. Inilah yang sesungguhnya membahayakan umat Islam.
Mariyam Sundari,
(Sahabat Muslimah)
[hw/LM]