Dua Perisai agar Ringan Bertakwa
Oleh Nadisah Khairiyah
Lensamedianews.com__ Allah ﷻ berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183)
Allah ﷻ sungguh baik kepada hamba-Nya. Agar kita mudah untuk taat, agar mudah untuk bertakwa, Allah ﷻ telah siapkan caranya, yaitu dengan puasa. Puasa adalah ibadah menahan diri dari hal-hal yang mebatalkan dengan menyertakan niat yang dimulai dari terbitnya fajar hinnga terbenamnya matahari (1). Maka Puasa disebut juga sebagai perisai. Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai perisai bagi seorang mukmin. Beliau bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
Puasa adalah perisai seperti perisai salah seorang dari kalian dalam peperangan (HR an-Nasa’i)
Puasa yang menjadi perisai bagi seorang hamba dari berbagai kemaksiatan adalah puasa yang membentuk pribadi yang bertakwa. Itulah pribadi yang menaati segala perintah Allah ﷻ meninggalkan segala larangan-Nya. Seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.
Puasa sebagai junnah (perisai) juga bisa dimaknai sebagai pelindung hamba dari siksa neraka kelak di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadis qudsi:
قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ: الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ…
Tuhan kita, Allah ‘Azza wa Jalla, telah berfirman, ”Puasa adalah perisai. Dengan perisai itu seorang hamba membentengi dirinya dari siksa api neraka…” (HR Ahmad)
Dengan berpuasa, diharapkan seorang muslim bisa menahan dirinya untuk tidak maksiat kepada Allah ﷻ. Karena sebulan penuh dilatih untuk menahan diri di siang hari, dari hal yang diperbolehkan. Perbuatan mencuri, perbuatan berkata kasar, menipu, korupsi, berzina, pacaran dan hal-hal lain yang dilarang Allah ﷻ akan dihindari karena latihan yang telah dilakukan.
Namun sayang sekali saat ini kaum muslimin belum berhasil dalam latihannya. Karena sudah bertahun-tahun diberi kesempatan berlatih, namun maksiat masih jalan terus. Apakah kira-kira yang menjadi masalah?
Jika kita memperhatikan manusia, dia adalah makhluk sosial. Makhluk yang saling mempengaruhi satu sama lain. Rasulullah ﷺ menyebutkan dalam haditsnya:
ما مِن مَوْلُودٍ إلَّا يُولَدُ علَى الفِطْرَةِ، فأبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أوْ يُنَصِّرَانِهِ، أوْ يُمَجِّسَانِهِ، كما تُنْتَجُ البَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِن جَدْعَاءَ
Seorang bayi tidak dilahirkan (ke dunia ini) melainkan ia berada dalam kesucian (fitrah). Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi -sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?
Dari hadits ini kita mendapat gambaran bahwa manusia itu dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dan yang pertama mempengaruhi adalah orangtuanya. Berikutnya ada orang dewasa sekitar, bisa keluarga besar, tetangga, teman sekolah, lingkungan terkecil sampai dunia. Inilah keterangan bahwa manusia dipengaruhi dan mempengaruhi.
Kemudian contoh berikutnya, bahwa manusia itu sangat dipengaruhi oleh aturan yang diberlakukan. Dulu saat helm tidak diwajibkan untuk digunakan para pengguna kendaraan bermotor, hanya orang yang sadar tentang keselamatan yang menggunakannya. Tapi saat pemerintah mewajibkannya, kita bisa lihat terutama di jalan besar, orang-orang menggunakan helm. Hal ini menjadi sebuah bukti jika pemerintah adalah pihak yang sangat menentukan ketaatan warga negaranya.
Apakah pemerintah saat ini sudah memfasilitasi warga negaranya untuk taat?
Saat ini ajaran Islam telah dikerdilkan hanya dalam urusan ibadah ritual semata; tidak untuk bidang lain seperti ekonomi, sosial, pidana, apalagi politik dan pemerintahan. Inilah paham sekularisme yang sudah menjadi falsafah di negeri ini. Agama dipisahkan dari kehidupan. Agama hanya dipraktikkan di tempat-tempat ibadah dan momen-momen ibadah seperti Ramadan.
Bahkan terjadi pula eksploitasi terhadap ajaran Islam. Islam dipakai saat memberikan keuntungan materi dan popularitas. Ajaran Islam yang membawa keuntungan seperti umrah, haji, zakat, infak dan sedekah digencarkan demi keuntungan penguasa.
Islam pun dieksploitasi untuk mencitrakan kesalihan para politisi dan pejabat, khususnya setiap menjelang Pemilu. Tidak lain agar umat percaya dan mau memilih mereka. Padahal sering hal itu hanyalah palsu dan pencitraan belaka.
Di sisi lain, orang-orang yang berusaha mewujudkan ketaatan total kepada Allah ﷻ dan menyerukan penerapan syariah Islam secara kâffah dilabeli sebagai kelompok radikal. Mereka dimusuhi dan diperlakukan semena-mena. Sebaliknya, orang-orang yang menyerukan sekularisme diberi panggung dan disanjung-sanjung.
Itulah sebabnya, meski setiap tahun ibadah puasa Ramadan dilakukan, latihan dilakukan berulang-ulang, seperti tak berpengaruh bagi negeri ini. Tak kunjung membuat bangsa ini makin bertakwa kepada Allah ﷻ. Puasa yang dijalankan gagal menjadi perisai yang melindungi diri dan masyarakat dari berbagai kemaksiatan. Inilah yang diperingatkan Nabi ﷺ:
رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Betapa banyak orang berpuasa, yang hasil dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga saja (HR Ahmad)
Agar manusia bisa ringan dalam menjalankan ketaatan, latihannya bisa memberikan hasil nyata, Allah ﷻ berikan perisai yang kedua. Inilah kasih sayang berikutnya dari Allah ﷻ kepada manusia. Perisai ini yang akan semakin membuat manusia ringan bertakwa. Perisai itu disebutkan oleh Rasulullaah ﷺ
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ…
Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai… (HR Muslim)
Imam, Khalifah, Sultan adalah gelar dari pemimpin di dalam Islam. Pemimpin inilah yang akan membantu kita dalam mencapai kesuksesan kita dalam berpuasa. Pemimpin inilah yang akan membuat kita ringan dalam menjalankan ketaatan.
Wahai saudaraku, tidakkah kita lelah dengan hanya satu perisai? Tidakkah kita ingin ringan dalam menjalankan ketaatan? Mari kita ikuti contoh perbuatan Rasulullaah ﷺ dalam menjalankan agama ini. Jadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup. Pedoman hidup di seluruh aspek kehidupan, termasuk mengelola negara. Pengelolaan negara berdasarkan dua kitab wasiat Rasulullaah ﷺ yang akan menyelamatkan kita, menyelamatkan negeri ini dan dunia ini dari kehancuran. Bahkan akan diberikan barokah atau banyak kebaikan, sebagaimana Janji Allah ﷻ:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al-A’raf : 96)
و الله اعلم بالصواب