Modifikasi PPDB, Pendidikan Generasi Lebih Baik?
Oleh : Hikmah, S.Pd
(Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Generasi)
Lensamedianews.com__ Menurut yang diberitakan Pemerintah Indonesia telah resmi mengganti dari sistem Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ke Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) pada 2025. (antaranews.com, 30-01-2025)
Pengamat Pendidikan menilai tidak terjadi perubahan SPMB dengan PPDB. Karena sistem zonasi banyak menyisakan masalah, terutama banyak yang memalsukan data untuk bisa masuk ke sekolah yang diinginkan. (tirto.id, 01-02-2025)
Kalau hanya sekadar merubah nama tidak ada artinya jika tanpa ada upaya nyata untuk mewujudkan pemerataan kualitas serta sarana dan prasarana pendidikan. Apalagi dalam sistem kapitalisme hari ini, kecurangan dan akal-akalan serta kerja sama dalam keburukan mudah dilakukan.
Perubahan sistem penerimaan siswa baru sesungguhnya tidaklah berdampak pada kualitas dan pemerataan pendidikan. Mengapa ada sekolah yang menjadi rebutan dan ada pula sekolah yang sangat sedikit peminatnya? Hal itu disebabkan karena tidak adanya pemerataan kualitas dan sarana prasarananya.
Begitu banyak masalah yang terjadi di negeri ini sebenarnya berpangkal pada satu akar masalah dalam dunia pendidikan yang tak kunjung tuntas. Dengan bergonta-gantinya kurikulum dan sistem penerimaan siswa baru itu menunjukkan sistem pendidikan di negeri ini belum bisa memberikan layanan yang terbaik untuk kebutuhan pendidikan bagi rakyatnya. Rakyat membutuhkan solusi tuntas bukan solusi yang tambal sulam.
Solusi yang diberikan hari ini belum mampu menuntaskan permasalahan. Karena solusi itu muncul pasti berasal dari sebuah pemikiran atau pemahaman. Siapa yang memiliki pemikiran tentunya adalah manusia. Penguasa atau pemerintah beserta jajarannya adalah kumpulan manusia yang memiliki pemahaman. Manusia-manusia yang memiliki pemahaman yang benar akan menemukan akar yang sesungguhnya dari permasalahan yang terjadi, dari pemahaman yang benar dan ditemukannya akar masalah yang tepat akan melahirkan sebuah solusi yang tepat pula.
Negara seharusnya bisa berfokus ke strategi akar masalah buruknya layanan pendidikan pada semua aspeknya yaitu pemerataan pendidikan. Sebab sistem pendidikan saling berkaitan dengan aspek ekonomi, karena pemerataan kualitas dan sarana prasarananya memerlukan pembiayaan yang besar. Sehingga sistem pendidikan dan sistem ekonomi harus bersumber pada asas yang sama yakni yang berasal dari sang Pencipta manusia yaitu Allah SWT.
Dia telah menurunkan Islam yang bukan hanya sekadar agama juga sebagai aturan kehidupan yang sempurna. Ketika sistem Islam diterapkan dalam sebuah negara telah terbukti selama kurang lebih tiga belas abad mampu menjadikan sebuah peradaban menjadi mercusuar dunia dan memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Islam memandang bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, baik kaya maupun miskin, pintar atau tidak. Karena pendidikan adalah layanan publik yang menjadi tanggung jawab negara. Layanan pendidikan harus gratis dan terbaik kualitasnya. Dari sisi kurikulum tentu harus berasas akidah Islam, yang bertujuan membentuk kepribadian Islam.
Negara Islam memiliki pos-pos pemasukan sumber dana yang besar dan beragam, sehingga mampu mewujudkan layanan terbaik, gratis dan dapat diakses setiap individu rakyat.
Namun saat ini dunia dikuasai oleh sistem buatan manusia yaitu kapitalisme sekuler yang membuat manusia dan alam ini sengsara. Apakah kita masih berharap pada kapitalisme untuk mengubah kehidupan ini termasuk pendidikan menjadi lebih baik padahal penyebab kesengsaraan itu adalah sistem tersebut.
Tentunya kita harus berharap pada sistem buatan dari sang pencipta manusia yang pasti mengetahui yang terbaik bagi ciptaan-Nya.
Oleh karena itu kita harus memperjuangkan untuk tegaknya kembali sistem Islam yang mengatur kehidupan kita dengan mencontoh perjuangan Rasulullah Muhammad saw.