#KaburAjaDulu Jangan jadi Solusi
Oleh Fatimah Nafis
Lensamedianews.com_ Kecewa boleh, bodoh jangan. Kalimat yang harus selalu dijunjung oleh manusia di zaman ini. Kemelut hidup yang semakin menghantui tak selayaknya menjadi pemicu tindakan di luar kendali. Bagaimana tidak, perkara munculnya tagar #KaburAjaDulu di media sosial X dan Instagram telah mencuri perhatian masyarakat karena disinyalir sebagai ajakan untuk tinggal di luar negeri. Hal ini disebut sebagai bentuk kekecewaan masyarakat khususnya kalangan remaja terhadap buruknya jaminan kualitas hidup akibat kebijakan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan politik negeri ini. (CNN Indonesia).
Munculnya tren #KaburAjaDulu dikatakan sebagai upaya brain drain di kalangan muda, yakni fenomena orang pintar dan berbakat yang lebih memilih berkarir di luar negeri dibanding di negeri sendiri. Fenomena ini nyatanya sudah ada sejak tahun 1960-an sebagai isu globalisasi ekonomi bahkan sudah banyak remaja yang lebih dulu melakukan brain drain sebelum munculnya tren ini dan memilih untuk tidak kembali ke Indonesia.
Akar masalah sesungguhnya dari fenomena ini adalah karena diterapkannya sistem sekuler kapitalisme. Sumber daya alam yang seharusnya wajib dikelola negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat nyatanya dibiarkan dikuasai para kapitalis. Dengan modus investasi, kesejahteraan rakyat digadaikan. Rakyat miskin semakin menderita karena dipalak dengan pajak. Kebutuhan hidup semakin tinggi sehingga fenomena brain drain dijadikan solusi. Meski begitu, lari dari masalah bukanlah solusi, justru akan membuka pintu lahirnya masalah baru. Padahal generasi muda adalah bonus demografi yang harus dijaga. Jangan sampai ketidakmampuan mengurus rakyat menjadi kerugian bagi negara.
Untuk menyelamatkan generasi muda ini, negara harus hadir sebagai penjaga dan pengurus urusan rakyat. Negara wajib memenuhi kebutuhan primer rakyat secara keseluruhan dan memastikan rakyat tercukupi kebutuhan sekunder dan tersier sesuai kadar kesanggupannya. Sebagaimana dahulu dicontohkan oleh Rasulullah dan para khalifah sesudah beliau. Pemimpin dalam negara khilafah akan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas, mengelola kekayaan alam untuk kesejahteraan rakyat, serta menjamin pendidikan gratis dan murah. Generasi muda akan dibina menjadi pribadi yang bertakwa dan cerdas dalam menghadapi masalah sehingga tercipta generasi unggul yang berguna di masa depan bukan generasi rapuh jiwa yang payah diterpa masalah.