Menyiapkan Generasi Harapan Menuju Perubahan Hakiki

Oleh: Sunarti
LenSa MediaNews.Com, Persoalan generasi seolah tak pernah henti. Terutama yang menimpa generasi penerus peradaban, yakni Gen Z atau Generasi Z, Mid life crisis atau krisis paruh baya yang lebih awal dari seharusnya.
Gen Z yang lahir antara tahun 1997 – 2012 kerap menjadi sorotan, karena rentan terhadap masalah. Pasalnya, usia mereka yang tahun ini memasuki kisaran dua puluh delapan tahun hingga tiga belas tahun, telah banyak mengalami persoalan. Usia yang belum matang secara mental, telah mengalami perubahan yang banyak terkait teknologi, informasi dan hal lain.
Mediaindonesia.com, 10 Oktober 2024, memberitakan bahwa BTPN, banyak penelitian dan survei menunjukkan bahwa Gen Z mengalami tingkat stres, kecemasan, dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Survei tahun 2022 oleh Harmony Healthcare IT menunjukkan bahwa 42 persen dari generasi Z telah didiagnosa mengalami masalah kesehatan mental.
Dalam laman yang sama juga menyebut laporan lain dari American Psychological Association (APA) juga memaparkan bahwa hampir 90 persen dari Gen Z di Amerika Serikat setidaknya mengalami satu gejala stres, seperti merasa kewalahan atau cemas berlebihan (Mediaindonesia.com, 10 – 10 – 2024).
Studi itu juga mengungkap bahwa sebanyak 38 persen dari paruh baya akibat tekanan finansial yang luar biasa. Sisi lain Gen Z banyak bertemu persoalan hidup yang berasal dari sosial media, teknologi, tekanan karier, akademis dan faktor eksternal lain. Seperti tidak ada stabilitas dalam persoalan ekonomi dan politik, perubahan kultural dan sosial; serta kurangnya layanan kesehatan mental oleh pemerintah.
Mereka harus dibangun kesadarannya akan kewajiban menerapkan aturan Allah secara kafah. Gen Z juga harus disadarkan akan kemuliaan orang-orang yang berjuang menerapkan kewajiban tersebut sehingga terdorong ikut menjadi bagian barisan pejuang Islam.
Support dari lingkungan juga mempengaruhi pola pikir dan pola sikap Gen Z. Negara memberikan dukungan keberhasilan terwujudnya generasi yang berkualitas dengan penerapan sistem Islam. Sehingga masyarakat kondusif dengan cara didik dan pembentukan pemahaman generasi yang ditetapkan oleh negara. Kontrol masyarakat terhadap ketaatan kepada Allah akan terus berjalan. Dan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab atas seluruh warga negara, termasuk di dalamnya Gen Z, akan mencetak generasi yang taat kepada Allah SWT. melalui kurikulum pendidikan.
Negara yang memiliki kewenangan terhadap keluar masuknya jejaring sosial media, wajib memberi perlindungan (proteksi) terhadap situs-situs yang merusak akhlak, pikiran dan perilaku. Dengan demikian, Gen Z bisa memilih fokus pada perbaikan aklak, perilaku dan pemikiran. Situs-situs toksik akan dihalangi oleh negara.
Demikian pula dari sisi perekonomian, negara menerapkan sistem ekonomi Islam. Sehingga kebutuhan dasar masyarakat seperti sekolah, rumah sakit, beserta fasilitas penunjang akan disediakan oleh negara. Termasuk fasilitas umum seperti jalan raya dan tempat ibadah.
Dengan sistem ekonomi Islam, negara mampu melindungi kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian para orang tua akan fokus mendidik anak dengan nilai-nilai Islam sejak dini. Serta Gen Z tidak terjebak dalam dunia kapitalisme yang melupakan bekal di akhirat.
Dan pada akhirnya Gen Z wajib didorong untuk terus berjuang survive dalam situasi hari ini dengan landasan keimanan, dan dimotivasi agar berperan dalam menyelesaikan persoalan umat dengan menegakkan aturan Allah secara kafah melalui tegaknya Khilafah. Mereka juga perlu dipahamkan pentingnya generasi muda melek politik agar dapat memimpin umat menuju perubahan hakiki sesuai tuntunan Nabi, mengambil peluang menjadi pejuang kemuliaan Islam.Waallahu alam bisawab. [LM/ry].