Negara Lalai, Pendidikan Makin Sempit dan Rumit

Oleh: Humairah Al-Khanza
LenSaMediaNews.com__Sangat Mengejutkan, tunjangan kinerja (tukin) yang selama ini menjadi salah satu sumber pendapatan tambahan bagi para pendidik dipastikan tidak akan cair pada tahun 2025. Hal ini diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Togar Mangihut Simatupang, dalam sebuah taklimat media yang digelar di Kemendiktisaintek.
Togar menjelaskan bahwa penyebab utama batalnya pencairan tukin dosen adalah perubahan nomenklatur yang terjadi secara berulang kali di kementerian terkait. “Tidak ada anggarannya (tunjangan kinerja dosen) di tahun 2025 ini,” kata Togar dalam acara taklimat media.
Dikatakan bahwa perubahan dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kemudian menjadi Kemendikbudristek, dan kini menjadi Kemendiktisaintek, telah mengakibatkan penyesuaian besar-besaran dalam struktur anggaran (klikpendidikan.id, 06-01-2025).
Miris, tunjangan dosen dihentikan karena alasan perubahan nomenklatur dan ketiadaan anggaran. Kebijakan ini menunjukkan minimnya perhatian negara pada pendidikan dan kerja keras pada para pendidik. Apalagi dalam sistem kapitalisme saat ini, beban kehidupan sangat berat karena minimnya peran negara dalam mengurus rakyat.
Bahkan, tidak hanya dosen yang mengalami kesulitan karena kebijakan yang tidak tepat ini. Mahasiswa juga mengalami hal yang sama. Mahasiswa yang tidak mampu dalam hal ekonomi pun, kesulitan mengakses beasiswa karena ketatnya syarat yang ditetapkan penerima KIP Kuliah 2025.
Padahal ada banyak mahasiswa yang sebenarnya membutuhkan beasiswa karena ketidakmampuan, terkendala dengan aturan-aturan yang ditetapkan.
Sejatinya, pendidik termasuk dosen mereka mengemban amanah membentuk syakhsiyah (kepribadian) Islam generasi. Mereka adalah sosok penting dalam menyiapkan generasi pembangun peradaban yang gemilang.
Maka dari itu, Islam memberikan jaminan kehidupan kepada para pendidik, dan anggarannya masuk dalam pembiayaan pendidikan Islam. Islam memberikan gaji yang sangat besar sebagai bentuk penghargaan atas besarnya tanggung jawab mereka, sebagaimana pada masa kekhilafahan gaji para pendidik mendapatkan bagian yang cukup besar.
Sejarah mencatat, gaji guru pada masa Khilafah Abbasiyyah sangat fantastis, terutama jika dibandingkan dengan zaman sekarang. Gaji para pengajar di masa itu sama dengan gaji para muazin, yakni 1.000 dinar/tahun (sekitar 83,3 dinar/bulan). Dengan nilai 1 dinar sama dengan 4,25 gram emas dan harga emas saat ini sekitar Rp1,5 juta/gram, ini berarti gaji guru pada masa itu sekitar Rp6,375 miliar/tahun atau Rp531 juta/bulan.
Sedangkan para ulama yang sibuk dengan Al-Qur’an, mengajar ilmu Al-Qur’an, dan mengurusi para penuntut ilmu diberikan gaji sekitar 2.000 dinar/tahun. Ulama dengan kemampuan khusus yang menekuni ilmu-ilmu Al-Qur’an, mengumpulkan riwayat hadis, dan ahli dalam fikih memperoleh gaji 4.000 dinar/tahun.
Pada masa Khalifah Al-Watsiq, ia memberi gaji seorang ulama yang bernama Al-Jari awalnya 100 dinar/bulan, lalu menaikannya menjadi 500 dinar/bulan. Sedangkan pada masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid, pernah diberlakukan aturan untuk kitab-kitab karya para ulama bahwa sebagai bayaran kepada mereka adalah dengan menimbang berat kitab itu dengan emas.
Seperti inilah jaminan kesejahteraan pada masa kekhilafahan. Tentu jaminan ini akan membuat para pendidik, fokus berkarya, mengembangkan keilmuannya yang bermanfaat untuk umat tanpa perlu terbebani urusan gaji yang tidak mencukupi kebutuhan hingga mencari pekerjaan sampingan lainnya.
Islam juga menyediakan layanan pendidikan berkualitas gratis pada semua warga negaranya hingga pendidikan tinggi. Negara mampu menyediakan layanan pendidikan gratis karena memiliki sumber pemasukan yang beragam dan besar. Negara yang berperan sebagai raa’in (pengurus) akan selalu melayani kebutuhan rakyat sesuai dengan tuntunan syara. Sungguh rindu hidup dalam sistem Islam yang akan mampu mensejahterakan rakyatnya. [LM/Ss]