Kemiskinan Struktural, Butuh Solusi Fundamental
Oleh : Farida Zahri
Lensa Media News – Dalam kehidupan di dunia ini setiap orang tidak menginginkan hidup dalam kubangan kemiskinan, pada dasarnya manusia mendambakan kesejahteraan minimal tercukupi kebutuhan dasar hidupnya.
Tetapi semua itu masih jauh bagaikan panggang jauh dari api, seperti apa yang dirilis Badan Pusat Statistik dengan data penduduk miskin ekstrim berada di sektor pertanian sebanyak 47,99 persen dari total jumlah penduduk miskin berada disektor pertanian.
Semua itu diungkapkan oleh Amalia Kepala BPS dalam konferensi pers di menara Danareksa, Jakarta pusat. (Tirto.id. 22-11-2024).
Masih banyak penduduk ekstrim yang belum terdata oleh sensus penduduk karena selalu berpindah-pindah tempat tinggal,data tunggal ini dapat dijadikan pedoman oleh pemerintah untuk menentukan penduduk miskin yang nantinya menerima bantuan.
Miris memang, kondisi sekarang baik secara domestik maupun global kemiskinan akut sudah terjadi hampir di seluruh wilayah tidak hanya di sektor para petani saja.
Berdasarkan pada program pembangunan PBB, sekitar 27,9 persen anak berusia dibawah 18 tahun mengalami kemiskinan ekstrim dua kali lipat kemiskinan orang dewasa yang berjumlah 13,5 persen.
Meski telah diupayakan pengentasan kemiskinan dengan mengajak masyarakat untuk bersama – sama menyuarakan pentingnya menghapus kemiskinan secara global, tetapi sayang semua ini hanya seremonial belaka.
Karena akar permasalahan tidak berfokus bagaimana cara menanggulangi kemiskinan terebut, tidak heran jika kondisi kemiskinan tidak kunjung teratasi.
Disisi lain sebuah ketimpangan yang cukup besar jika dicermati angka kemiskinan dalam kondisi akut, pada saat yang sama orang yang kaya dengan memiliki harta kekayaan yang luar biasa sangat banyak. Satu persen Terkaya di Negeri ini menguasai 30,16 persen dari seluruh aset rumah tangga, sementara yang 50 persen terbawah hanya memiliki 4,5 persen dari total aset rumah tangga.
Realita yang ada dengan ketimpangan ekonomi menunjukan kemiskinan sebagai korban yang struktural yakni kemiskinan yang diderita masyarakat karena struktur masyarakat yang tidak bisa menikmati suatu pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka.
Semua itu karena imbas karena naungan kehidupan dibawah sistem Kapitalisme sekuler, buruknya pendistribusian maupun konsep pengolahan dan pengembangan harta.
Kemiskinan sistem tidak mencukupkan hanya dengan solusi pragmatis tetapi akar permasalahan yang harus diatasi.
Dala sistem Islam yang memiliki seperangkat aturannya yang Khas dan paripurna Ketika diterapkan dalam semua aspek kehidupan, saat ini kita membutuhkan solusi fundamental yang akan menyelesaikan permasalah manusia terkait dengan kemiskinan.
Islam dengan peraturannya yang khas, menerapkan bagaimana seorang penguasa itu sebagai Rain yang akan meriayah rakyat dengan bersandar pada keimanan dan ketaqwaan pada Al Khalik Al Mudabbir.
Dalam sistem pemerintahan Islam dengan sistem ekonomi Islam untuk keberlangsungan ekonomi berdasarkan pada syariat yang penerapan didasari ketakwaan dan dilaksanakan oleh negara dengan mekanisme pengaturan ditetapkan oleh syara.
Sedangkan dalam persoalan pendistribusian kekayaan agar harta itu bisa dimiliki setiap individu dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, sehingga kepemilikan harta tidak menumpuk pada orang tertentu saja.
Tolak ukur ekonomi yang sejahtera menurut kacamata Islam mengenai pemenuhan kebutuhan per individu dengan memperoleh harta wajib terikat dengan hukum syara.
Oleh karena itu, perlunya membangun kesadaran bahwa solusi kemiskinan bukan dengan hal yang pragmatis, melainkan harus ada kebangkitan pemikiran yang menyadari pentingnya solusi fundamental dengan sistem pemerintahan Islam yang ditetapkan secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan.
Wallahu a’lam bishawab.
[LM/nr]