Berdayakan Perempuan, Bidikan Sesat Kapitalisme
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
LenSa Media News.com, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil meraih penghargaan UN Women Indonesia Women’s Empowerment Principles Awards (WEPs Awards) 2024 untuk kategori Community Engagement and Partnership. Penghargaan tersebut diperoleh BRI atas upaya perseroan dalam mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Perempuan (republika.co.id, 15-11-2024).
WEPs Award diinisiasi UN Women pada 2020, dengan maksud mengakui tindakan sektor swasta yang mempromosikan kesetaraan gender di tempat kerja, pasar dan masyarakat. Penentu kemenangan adalah panel juri ahli yang dibentuk dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, badan PBB, masyarakat sipil, organisasi pendukung bisnis dan akademisi.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Arifah Fauzi mengatakan pencapaian kesetaraan gender tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan dengan kolaborasi Pentahelix yaitu melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, bisnis, media, dan masyarakat.
Pejabat perwakilan negara UN Women Indonesia, Dwi Faiz, memuji sektor swasta yang merangkul kesetaraan gender sebagai nilai-nilai yang melampaui profit. Dwi berharap semakin banyak perusahaan yang tergerak menjadi bagian dari penandatangan Prinsip Pemberdayaan Perempuan karena merupakan panggilan bagi kita semua untuk melangkah maju dan mengambil tindakan untuk dunia yang setara gender.
Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengatakan BRI terus berupaya berkontribusi dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan berkelanjutan, selaras dengan upaya global untuk menjaga lingkungan dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Salah satunya dengan program BRInita (BRI Bertani di Kota) yang dilakukan melalui aktivitas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Juga melalui keberadaan Holding Ultra Mikro yang menyediakan berbagai layanan diantaranya PNM Mekaar yang menawarkan pembiayaan dengan skema khusus diperuntukkan bagi kelompok Perempuan.
Sebanyak kurang lebih 615 perempuan telah mendapatkan pelatihan komprehensif terkait urban agriculture. Intinya, agar perempuan dapat mengambil peran untuk meningkatkan nilai, di sisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Proyek Selalu Berbuntut Pendanaan Proyek Kapitalisme
Aktivitas Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) banyak diambil oleh perusahan dan perbankan, dengan alasan bagian dari penerapan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Namun tahukah, ini sebuah langkah yang berisiko besar karena memberdayakan perempuan di sektor publik demi sebuah ekonomi berkelanjutan. Juga bukti lalainya negara mengurusi rakyat khususnya perempuan.
Memang tak ada salahnya dengan proyek farming urban, bertani di lingkungan kota dengan padat penduduk. Karena pemerintah terdahulu juga pernah menerapkan Toga ( Tanaman Obat Keluarga) yang digencarkan dalam setiap program PKK pusat maupun daerah. Namun jika kemudian dikompetisikan, dikaitkan dengan genderisasi dan pemberdayaan perempuan untuk kesejahteraan perempuan itu yang berbahaya.
Bidikan Kapitalisme tak pernah seinci pun bergeser dari tujuan utamanya yaitu memperoleh manfaat materi. Dalam pandangan Kapitalisme perempuan adalah salah satu faktor produksi yang harus menghasilkan sesuatu. Nilainya bergantung pada produktivitas ekonomi, bukan lainnya.
Hal ini jelas bertentangan dengan pandangan agama, terutama Islam karena mengharamkan perempuan terlibat dalam muamalah mengandung riba, dan bekerja untuk sebuah pengakuan gender padahal tugas utamanya adalah mendidik generasi. Dengan peran publik yang dikompetisikan, perhatian ibu akan tergeser, masa depan generasi taruhannya.
Dengan peran perempuan sebagaimana yang dimaksud UN Women, apakah akan benar-benar mengentaskan persoalan perempuan hari ini, dari mulai perdagangan manusia, buruh migran, eksploitasi buruh perempuan, KDRT, kriminal anak, pendidikan sekuler yang kemudian mencetak anak berkepribadian labil, perceraian dan lain sebagainya.
Angka mereka yang diklaim yaitu 1,5 juta perempuan sudah berhasil diberdayakan apakah cukup signifikan disebut keberhasilan yang besar? Jelas salah besar, inilah bencana, karena yang sejatinya kewajiban negara telah teralihkan dengan proyek-proyek sampah ini. Lebih ekstremnya, perempuan dijadikan alat untuk menanggung kewajiban itu. Astaghfirullah.
Islam Sejahterakan Perempuan
Pandangan Islam terhadap sosok perempuan sangatlah istimewa, nampak dari tugas dan peran yang disebutkan syariat untuk perempuan, mulai dari kewajiban menutup aurat, tidak wajib menafkahi dirinya sendiri, bekerja adalah mubah, wajib mendidik anak dan mengatur rumah tangganya, tunduk dan patuh kepada suami, shalat, puasa dan ibadah lainnya yang juga diperintahkan kepada pria. Dalam Islam tegas tidak butuh gender untuk memuliakan perempuan.
Apa yang kemudian digagas berbagai organisasi global semuanya tak pernah bisa dibuktikan keberhasilannya, angka penderitaan perempuan kian tinggi setiap tahunnya di berbagai belahan bumi ini.
Jelas kita butuh pemimpin yang sebenar-benarnya pemimpin, yang bisa mewujudkan perintah agama agar nasib perempuan lebih baik secara hakiki dan tidak parsial, sebagaimana yang Rasulullah maksud, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari). Pemimpin ini tak mungkin mungkin muncul dalam sistem kapitalisme. Melainkan melalui penerapan Islam kafah. Wallahualam bissawab. [LM/ry].