Stop Gonta Ganti Kurikulum

Oleh : Hermiatin, S. Pd.

Praktisi Pendidik

 

LenSa Media News.com, Di Indonesia saat pergantian rezim baru,  seringkali  akan berimbas pada pergantian menteri dan jajaran kabinetnya,   kemudian diikuti pergantian kebijakan. Sebagaimana, pergantian Menteri Pendidikan dan Kurikulum dari Nadiem Makarim kepada Abdul Mu’ti, yang  diharapkan menjadi harapan baru dalam dunia pendidikan.

 

Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia, Cecep Darmawan, berpendapat, kurikulum merdeka lebih baik diubah total karena banyak hal yang perlu diperbaiki, seperti implementasi program guru penggerak yang tidak efisien dan banyaknya aplikasi yang menjadi beban bagi para guru maupun tenaga pendidik (kompasTV, 24-10-2024).

 

Komisi X DPR RI menggelar rapat kerja dengan kementerian dasar dan menengah, Kementerian pendidikan tinggi, sains, teknologi, serta kementerian kebudayaan beserta jajarannya. DPR mengingatkan bahwa mendikdasmen Abdul Mu’ti, jangan tiap pergantian menteri gonti-ganti kurikulum.

 

Anggota komisi X mengingatkan pemerintah agar tidak gonta ganti kurikulum pendidikan karena menurutnya butuh banyak upaya yang harus dilakukan bila setiap ganti menteri lantas kurikulum sekolah juga ikut dirombak (kompasTV, 06/?-11-2024).

 

Pergantian kurikulum berdampak terhadap infrastruktur layanan pendidikan terutama dari sisi SDM bagi guru-guru di seluruh tanah air. Bila menengok fasilitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, banyak bangunan sekolah yang rusak di beberapa wilayah.

 

Kerusakan bangunan sekolah juga terjadi,  ada sejumlah 96 bangunan SDN yang rusak parah (suarasatu.com, 09-08-2004). Jika bangunan rusak berakibat proses kegiatan belajar mengajar terganggu. Banyaknya sekolah yang rusak menunjukkan minimnya perhatian negara terhadap pendidikan untuk memenuhi hak pendidikan bagi bangsa Indonesia.

 

Kondisi ini terus terjadi karena sistem pendidikan dilandasi oleh sistem kapitalis yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dan materi daripada memberikan fasilitas sarana dan prasarana pendidikan sebagai tanggungjawab penuh negara.

 

Berbeda dalam sistem pendidikan Islam, seluruh fasilitas pelaksanaan  ditanggung oleh negara dengan sarana dan prasarana yang menunjang dan memadai. Jika kita menggunakan tolok ukur Islam keberhasilan peserta didik sudah terbukti cemerlang dan tangguh, dengan memiliki beberapa keunggulan:

 

Pertama, memiliki kepribadian Islam yang nampak pada cara berfikir dan berperilaku berdasarkan Islam. Kedua, memiliki dan memahami tsaqafah Islam yakni menguasai ilmu-ilmu fiqih, memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an. Ketiga, menguasai ilmu kehidupan sains dan teknologi.

 

Sementara jika dibandingkan pendidikan di negeri hari ini masih jauh dari harapan banyak pihak, di mana perilaku generasinya jauh dari nilai-nilai Islam dan ajaran Islam, seperti banyak pergaulan bebas, bullying, kekerasan, tawuran, malas belajar, miras, belum menutup aurat secara syar’i bagi remaja putri yang sudah baligh, kurangnya adab dan banyak pelaku kriminal yang masih berstatus pelajar.

 

Sejatinya pendidikan tidak hanya didapat dari sekolah melainkan juga dari rumah yakni orang tua yang berperan memberikan teladan untuk bisa menjadikan anak-anaknya beriman dan bertakwa, karena anak sebagai penerus generasi harapan bangsa.

 

Maka penting untuk mengingatkan kepada generasi bahwa sesungguhnya hidup tidak hanya di dunia tetapi masih ada kehidupan yang kekal yakni kehidupan di akhirat kelak, maka persiapkanlah perbekalan dengan sebaik-baik ilmu dan amal ibadah. Wallahu’alam bishshawab. [ LM/ry ].

Please follow and like us:

Tentang Penulis