Kerukunan Umat Beragama Masih Bermasalah?

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban

 

LenSa Media News–Berganti pemerintahan nyatanya tak merubah kebijakan, berputar pada masalah yang sama, pertanyaannya, benarkah masalah yang dipermasalahkan memang bermasalah atau pemerintah saja yang kurang fokus pada masalah hakikinya?

 

Dalam upaya menggoalkan cita-cita Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Setjen Kemenag RI Go Internasional, yaitu memperkuat kerukunan antar umat beragama, sengaja melibatkan sejumlah selebritis dan aktivis sosial. Pilihan kali ini jatuh pada artis Dude Herlino, dan Dude pun menyanggupinya. Selain itu ada Ustazah Oki Setiana Dewi dan Habib Ja’far.

 

Menurut Kepala PKUB Adib Abdushomad tugas Dude Herlino adalah kampanye soal kerukunan umat serta mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya toleransi dan saling menghormati (magentatoday.id, 9-11-2024).

 

Doktor alumni Flinders University Australia ini pun berharap Dude bisa mengajak teman-teman selebritis untuk turut serta dalam kampanye ini. Sehingga pesan kerukunan dan toleransi dapat menjangkau lebih banyak orang, khususnya Gen-Z dan Gen Alpha

 

Mengapa Toleransi dan Kerukunan Beragama Terus Dibahas?

 

Seolah menjadi masalah besar yang tak pernah ada solusinya, toleransi dan kerukunan beragama terus dibahas. Seolah pula  hanya kedua hal inilah yang membuat rakyat tidak sejahtera dan terus menerus ditimpa kemalangan.

 

Padahal, jika merujuk pada makna toleransi dan kerukunan beragama yang dimaksud Kemenag, hingga kemudian dibuatkan lembaga khusus sangatlah bertentangan dengan Islam itu sendiri. Ada penyelewengan makna yang semakin membuat Islam buruk di hadapan pemeluknya sendiri.

 

Menurut Kemenag, kerukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dengan saling tenggang rasa, saling menghargai, toleransi antar umat beragama, tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu, melaksanakan ibadah sesuai agamanya, mematuhi peraturan keagamaan baik dalam Agamanya maupun peraturan negara atau pemerintah (kemenag.co.id).

 

Pembentukan sendiri PKUB didasarkan pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dengan Menteri Agama masing-masing No. 8 Tahun 2006 dan Nomor 9 Tahun 2006. Dimana keanggotaannya terdiri dari para pemuka agama setempat.

 

Namun fakta di lapangan, sama sekali tidak menunjukkan penerapan poin-poin yang dikampanyekan, semisal menghargai ajaran agama lain dan sekaligus tidak memaksakan agama kepada agama lain. Praktiknya sangat kebablasan, hingga setiap Natal gereja dijaga muslim, sementara kajian muslim dibubarkan muslim sendiri.

 

Beribadah bisa dimana saja, termasuk muslim bisa beribadah di gereja atau di candi, lebih parahnya, muslim diminta menghargai upacara agama lain, tapi azan boleh diganti dengan running teks atau azan tidak boleh diperdengarkan lewat speaker masjid.

 

Muslim diminta menghormati simbol-simbol agama lain, namun agama lain boleh membakar, menginjak bahkan melecehkan isinya tak ada pembelaan sekalipun dari negara, dan lain sebagainya. Islam dimonsterisasi, seolah jika menjadi mayoritas bakal menindas yang minoritas.

 

Sejatinya kampanye ini sejalan dengan program barat dengan badan Tink tanknya, “Run Corporation”, yang melabeli Islam dengan berbagai sebutan seperti radikal, teroris, fundamentalis dan sebagainya agar Islam tak lagi berjaya dan pemeluknya kian menjauh dari agamanya sendiri. Dengan kultur Indonesia yang terbuka dan ramah, ide toleransi sangat cocok untuk mengatasi keberagaman yang dianggap bermasalah itu.

 

Barat sangat paham, jika Islam dan kaum muslim bersinergi dalam pemahaman yang sama, mereka akan kehilangan lahan penjajahan dan hegemoni. Cara terbaiknya adalah dengan memecah belah, membingkai Islam dengan cara pandang mereka yang sekular. Hingga harapannya, hancurlah Islam sebelum bangkit lagi sebagaimana janji Allah swt.

 

Islam Agama Sempurna

 

Sungguh! Kita seharusnya waspada dan tak mudah tergoda dengan program apapun yang mengatasnamakan toleransi dan kerukunan beragama. Allah swt. berfirman yang artinya, “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab, kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (TQS Ali ‘Imran 3: 19).

 

Artinya Islam sudah sempurna, dan ia agama yang benar sedang selainnya tidak. Maka, mengapa harus dipusingkan dengan toleransi dan kerukunan beragama? Satu saja yang harus diperjuangkan hari ini, yaitu Islam diterapkan di seluruh lini kehidupan. Terlebih amal ini akan dimintai pertanggungjawaban Allah.

 

Hanya Islam yang mampu perbaiki keadaan, mengapa memperjuangkan yang lain? Allah swt.berfirman yang artinya, ” Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang ada dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada-Nya-lah mereka dikembalikan ?” (TQS Ali ‘Imran 3: 83). Tidakkah ini menjadi pelajaran? Wallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis