Apakah Ada Harapan Baru Dalam Demokrasi?

Oleh : Linda Ummu Raisa 

 

Lensa Media News–Oktober tahun 2024 menjadi moment penting bagi Indonesia. Presiden ke-8 Republik Indonesia Prabowo Subianto yang diharapkan membawa angin perubahan resmi dilantik. Beliau membacakan pidato perdananya di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2024).

 

Di dalam pidatonya, Prabowo menyinggung berbagai hal. Mulai dari potensi ancaman dan tantangan ke depan bagi Indonesia, upaya memerangi korupsi, mengajak konsolidasi seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, sampai janji untuk terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina (kompas.com, 20-10-2024).

 

Pergantian pemimpin merupakan hal yang sangat dinantikan rakyat. Moment lima tahun sekali ini adalah angin segar yang didambakan. Apalagi saat ini kita menyaksikan kondisi rakyat yang semakin terpuruk. Maka bergantinya seorang pemimpin menjadi perkara yang dianggap sebagian orang sebagai harapan baru.

 

Perubahan ke arah yang lebih baik adalah harapan semua rakyat. Dalam anggapan mereka, keberhasilan ataupun perubahan itu akan didapatkan dengan terpilihnya sosok pemimpin baru. Bagi mereka perubahan sudah mampu terwujud dengan terpilihnya pemimpin baru.

 

Namun banyak orang melupakan bahwa pergantian kepemimpinan terebut masih berada dalam sistem yang sama. Yaitu dalam sistem demokrasi kapitalisme. Maka bisa dipastikan, perubahan yang diharapkan belum akan terwujud.

 

Sebabnya, Sistem demokrasi kapitalisme adalah sistem yang cacat sejak lahir. Kelahirannya berasal dari pemikiran manusia yang sudah tentu memiliki banyak kekurangan. Bayangkan jika aturan yang dibuat dari manusia ini dijadikan standar kehidupan. Maka sudah dapat dipastikan sistem yang rusak ini pun akan merusak berbagai aspek kehidupan.

 

Berbagai permasalahan di dunia yang terjadi saat ini, adalah dampak buruk penerapan sistem batil ini. Jadi ketika sistemnya masih batil, maka pemerintahan baru, rezim baru, maupun pemimpin baru tidak akan membawa pada harapan baru. Sistem yang sama (status quo) yaitu akan sangat mempengaruhi keberhasilan individu didalam memimpin dan menerapkan aturan.

 

Berbagai fakta kerusakan sistem demokrasi kapitalisme terlihat dalam bidang sosial, ekonomi, hukum, dan pendidikan. Dalam bidang ekonomi, penguasaan terhadap sumber daya alam (SDA) milik rakyat oleh segelintir orang (asing aseng), angka kemiskinan yang tinggi, angka pengangguran dan PHK yang makin meningkat, pajak yang makin besar, daya beli masyarakat yang makin menurun, dan beban pembayaran utang negara yang makin berat akan terus terjadi dalam sistem demokrasi kapitalisme. Bagi-bagi kekuasaan masih akan menjadi habit dalam bidang politik.

 

Melihat berbagai fakta kerusakan yang ada, sistem kehidupan batil ini tidak layak dipertahankan. Kebaikan hanya akan terwujud dalam naungan sistem yang sahih, yaitu Islam yang datang dari Zat Maha Sempurna, yaitu Allah Taalaa. Penerapan aturan Allah akan mendatangkan keberkahan dalam hidup yang dirasakan oleh seluruh alam. Segala kebaikan hidup akan terwujud, karena hanya Sang Pencipta yang paling mengetahui aturan yang dibutuhkan hambaNya.

 

Sosok pemimpin yang baik akan lahir dari sistem sahih ini. Karena sejak awal Islam telah menetapkan kriteria pemimpin sebuah negara. Ada tujuh syarat iniqad yang perlu dipenuhi sosok seorang pemimpin: laki-laki, muslim, merdeka, baligh, berakal, adil (bukan orang fasik) dan mampu mengemban jabatan.

 

Islam juga memerintahkan pemimpin negara untuk menerapkan aturan Islam secara kafah dan berperan sebagai raain (penanggung jawab) serta junnah (pelindung) bagi rakyatnya. Seorang penguasa harus memperhatikan setiap urusan rakyatnya dan menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi.

 

Kekuasaan diemban dengan landasan iman semata untuk menerapkan Islam kaffah dan melayani kepentingan masyarakat. Dalam mekanisme Sistem Islam inilah harapan kehidupan yang lebih baik dan juga keberkahan akan dapat diwujudkan.

 

Semua hal tersebut membutuhkan adanya perjuangan untuk mewujudkannya. Rasulullah Swt. mencontohkan bagaimana Beliau memperjuangkan sistem Islam ini hingga terwujud di Negara Islam pertama di Madinah.

 

Marilah kita bergabung dalam jamaah yang sahih, untuk bersama-sama menyadarkan umat akan pentingnya hidup dalam naungan Islam. Ketika umat sadar akan hal itu, maka umat akan terdorong melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan terus berupaya untuk menegakkan Islam.

 

Tak akan lagi ada kekecewaan. Sebab aturan sempurna dari Sang Pencipta alam semesta ini tidak pernah mengecewakan setiap makhlukNya. Manusia yang menjalankan berbagai aturan yang tidak berdasarkan tuntunan Ilahi lah yang akan terus melahirkan berbagai kekecewaan dalam hidup.

 

Harapan baru yang hakiki bagi umat bukan lah pada sosok pemimpin. Harapan baru yang sejati itu hanya akan terwujud dari penerapan Sistem yang sahih, yaitu Islam rahmatan lil aalamiin. Wallahu a’lam. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis