Gak Hidup Materialistik, Gak Asyik?
Oleh: Zhiya Kelana, S.Kom.
(Aktivis Muslimah Aceh)
LensaMediaNews.com, Opini —Viralnya boneka Labubu yang dipamerkan Lisa BlackPink menjadi sebuah fenomena di kalangan para pemuda. Seolah menjadi sebuah trend yang harus diikuti, tak hanya Gen Z dan Milenial tapi juga Gen Alpha. Ada apa dengan generasi hari ini?
Boleh sih ikut trend tapi lihatlah dulu apa dan gimana efeknya jangan sampai karena trend akhirnya menjadikan kita bodoh dan hilang harga diri seperti yang dilansir media online Kompas.com. “Kalau kemudian, untuk mengejar perhatian dia menggunakan segala cara yang termasuk menggadaikan kehormatan. Itu menjadi masalah,” ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, belum lama ini. (Kompas.com, 21-09-2024).
Belum lagi untuk gaya-gayaan itu menghabiskan banyak uang, yang akhirnya mereka terjebak pinjol. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), generasi milenial dan Gen Z memang menjadi penyumbang utama kredit macet pinjaman online (pinjol). Pada Juli 2024, tingkat kredit macet lebih dari 90 hari atau tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) di perusahaan pinjol atau peer to peer (P2P) lending mencapai sebesar 2,53 persen. Adapun untuk porsi Gen Z dan Milenial dalam kategori di usia 19 tahun sampai 34 tahun yang menjadi penyebab utama TWP90 pada Juli 2024, mencapai 37,17 persen. (Kompas.com, 11-10-2024).
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. FOMO mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Akar munculnya gaya hidup FOMO adalah sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem rusak ini mengakibatkan Gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik, dan konsumerisme. Semua kesenangan dunia sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama. Tanpa berfikir apa akibatnya, apakah bagus untuk hidupnya ataukah tidak.
Akibatnya terjadi pengabaian potensi Gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apalagi Regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen Z, namun justru menjerumuskan Gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.
Sebuah hadis dari Rasulullah untuk para pemuda agar tak menyiakan hidupnya untuk hal yang tidak berguna dan akan menyebabkan penyesalan pada akhirnya, inilah bentuk cinta dari Rasulullah. “Dari Ibn Abbās ra, bahwa Nabi saw. pernah memberi nasehat kepada seseorang untuk menggunakan secara maksimal lima hal sebelum datang yang lima pula; masa mudamu sebelum datang masa tua, masa sehatmu sebelum masa sakit, masa kayamu (ketika berkecukupan) sebelum masa fakir (membutuhkan, tidak punya apa-apa), waktu luang, kesempatanmu sebelum masa sibuk, dan masa hidupmu sebelum datang kematian.” (Al-Hakim Al-Naisaburi).
Islam memandang pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam. Para pemuda ini adalah harapan bangsa, karena itu Islam sangat menjaga kewarasan para pemudanya. Agar tak melalaikan dirinya pada sesuatu hal yang tak berguna.
Islam memiliki Sistem terbaik untuk melejitkan potensi Gen Z, mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi ini dibutuhkan untuk membangun kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiah. Wallahu a’lam. [LM/Ah]