Syuhada Palestina, Syahid Satu Tumbuh Seribu
Nunik Umma Fayha
LenSa Media News–Lebih setahun lalu dunia dikejutkan aksi personil Al Qassam yang menembus perbatasan Israel menggunakan alat tak biasa. Ribuan roket yang ditembakkan beruntun ke wilayah Israel sekitar pk. 03.30 di 7 Oktober 2023 lalu dijadikan kamuflase bagi infiltrasi pasukan menggunakan parasut bertenaga motor, kapal motor, motor bahkan buldoser untuk menembus perbatasan Israel – Gaza (rmol.id, 08-10-2023).
Operasi ini dalam rangka pembebasan Al Aqsha dan menyeru pasukan perlawanan di Tepi Barat bergabung dalam serangan ini. Melalui juru bicaranya Hamas menyeru dunia internasional untuk menghentikan kekejaman di Gaza serta membebaskan Al Aqsha.
Yahya Sinwar, arsitek Al Aqsha Flood, berkeyakinan kuat bahwa solusi Palestina bukanlah melalui negosiasi damai tapi dengan kekuatan fisik. Kecerdasannya membuat pemikirannya jauh ke depan dan sangat detil.
Bisa kita lihat bagaimana serangan mendadak pada 7 Oktober 2023 itu membuat Israel kocar kacir di banyak front pertempuran yang disulut pasukan Al Qassam di dekat Gaza. Mereka murka hingga membumihanguskan Gaza dan menyebabkan syahidnya 42.400an warga Gaza selama setahun agresi yang sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Israel meski didukung penuh sekutu beratnya Amerika dan genk, tak juga mampu melumpuhkan Gaza yang tersudut tanpa bantuan dari luar. Sekitar 1.9juta warga kini tinggal di pengungsian dan harus bersiap setiap saat menjadi sasaran bom dan roket Zionis-Israel.
Setahun berlalu Zionis-Israel tak kunjung mampu menundukkan Gaza yang secara hitungan manusia sangat lemah posisinya. Gaza adalah pengecualian. Semangat mempertahankan negeri tertanam kuat sejak kecil. Tidak ada yang mereka takuti. Setiap pertempuran bagi mereka layaknya taman surga yang memberikan pilihan hidup untuk terus berjuang atau gugur sebagai syuhada.
Keberanian, kekukuhan tekad dan kekuatan Gaza laksana pembuktian dari ayat-ayat dalam QS Ali Imran 196-197 yang artinya, “Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kegiatan orang-orang kafir (yang bergerak) di seluruh negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahanam. (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat tinggal.”
Gaza tidak pernah takut dan terpedaya karena mereka sangat yakin akan janji Allah bahwa kelak negerinya adalah pusat kejayaan islam masa depan yang harus dipertahankan sekuat kemampuan. Pun ketika pemimpin baru mereka, Yahya Sinwar, syahid dengan segala kebesaran dan keberaniannya di Gaza, jauh dari tuduhan bahwa para petinggi Hamas hidup enak di luar negeri.
Warga Gaza seperti juga para prajurit Al Qassam memilih menjadi ‘rabuk’ (pupuk, jawa.pen) bagi tanah yang mereka cinta sepenuh jiwa. Mereka bangga menjadi penjaga tanah kharajiyah yang harus dipertahankan meski nyawa taruhannya.
Meski hidup semakin berat dengan berbagai blokade baik oleh Zionis-Israel maupun negeri tetangga yang tidak membuka perbatasan untuk mengirim bantuan, tak terbetik untuk keluar dari bumi para Nabi. Syahidnya Yahya Sinwar Sang Arsitek Badai Al Aqsha, dianggap kemenangan oleh Israel, Amerika dan antek-anteknya, dengan menyebutnya sebagai kematian teroris, tapi umat tahu bahwa Sinwar Sang Singa Gaza adalah syuhada yang mengharumkan tanah yang dijanjikan yaang terus memberi semangat bagi penerus perjuangan kemerdekaan Palestina.
Teruslah bertahan saudaraku, karena kekuatan iman dan kesabaranmu menjadi pembuka pintu hidayah para calon pembela agama di seantero negeri-negeri Barat. Hingga seruan tegaknya khilafah, pemersatu umat, yang akan perintahkan komando jihad fi sabillillah menggema di setiap sudut hati kaum muslimin terkhusus para pemimpin yang muhklis dan takut akan azab Allah.
Semoga Allah lembutkan hati umat untuk bergerak bersama menjemput kemenangan dengan kemerdekaan Palestina di bawah Khilafah. Darah para syuhada yang harum menjadi pemersatu Umat. Wallahu musta’an. [ LM/ry ].