Nasib Generasi Dalam Kubangan Moderasi Beragama

Oleh : Aprilya Umi Rizkyi

 Komunitas Setajam Pena

 

LenSa Media News–Moderasi beragama makin hari makin masif pertumbuhan dan perkembangannya di negeri kita tercinta ini. Iriana Joko Widodo, Ibu Wury Ma’ruf Amin dan sejumlah istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) menggaungkan Moderasi Beragama kepada ratusan pelajar lintas agama di berbagai kota seperti Balikpapan, Kalimantan Timur. Hal ini bertujuan untuk menanamkan nilai moderasi beragama sejak dini.

 

Ada sekitar 500 pelajar di Balikpapan berkontribusi dalam kegiatan bertajuk ‘Sosialisasi Moderat Sejak Dini’ yang mengangkat tema “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia”.  Kegiatan ini juga dihadiri oleh para istri menteri yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era.

 

Ratusan pelajar  ini berasal dari sekolah madrasah aliyah dan SMA se-Kota Balikpapan yang bernaung di bawah Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kegiatan ini sengaja menyasar kalangan pelajar sebagai upaya menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejakdini, ungkap Eny Retno Yaqut istri dari seorang menteri agama Yaqut Cholil Qoumas. Kegiatan ini dilakukan ketiga kalinya setelah Bali dan Jogja (detik.com,  11-10-2024).

 

Ada 4 sikap moderasi beragama yang perlu disosialisasikan kepada para pelajar, yaitu komitmen kebangsaan, antikekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal. Dengan harapan bahwa pelajar yang mengikuti acara ini menjadi duta moderasi di sekolah masing-masing.

 

Namun di tengah karut-marut dunia remaja, pemerintah justru menderaskan program moderasi beragama dari pusat hingga daerah beserta stigmatisasi terhadap ajaran Islam kafah. Juga kriminalisasi terhadap ulama yang lantang menyuarakan kebenaran, membubarkan ormas yang mengajarkan Islam kafah, bahkan represif pada semua pihak yang bersuara kritis di media sosial.

 

Ternyata yang menjadi kekhawatiran negara bukanlah kerusakan moral remaja dan kehilangan generasi penerus bangsa, melainkan ancaman kebangkitan Islam yang dapat mengancam kepentingan kekuasaan. Penguasa tidak benar-benar peduli pada nasib generasi yang kian hari moralnya kian bobrok. Terlihat penguasa hanya menjalankan perannya sebagai penjaga sistem (kapitalisme) sesuai arahan tuannya. Mereka melakukan segala daya dan upaya untuk menjaga eksistensi ideologi kapitalisme produk Barat.

 

Hendaknya para pelajar menjadi duta Islam dengan mengambil Islam secara murni dan tidak bercampur dengan pemikiran asing. Dengan memahami Islam secara sempurna, mereka akan mengetahui bahwa tujuan hidup di dunia adalah beribadah kepada Allah Swt. Sehingga amal perbuatan mereka akan senantiasa terikat dengan aturan Allah.

 

Dengan adanya iman dan takwa, para pelajar akan terhindar dari kenakalan remaja. Mereka akan mengisi hari-harinya dengan belajar dan beramal salih. Saat dewasa, mereka akan berkontribusi untuk umat. Mereka akan loyalitas berdakwah menyampaikan Islam ke tengah-tengah umat.

 

Dari sinilah akan terlahir duta Islam seperti Mush’ab bin Umair ra. yang Rasulullah saw. utus untuk berdakwah di Madinah. Tidak ada satu pun rumah di Madinah yang tidak membicarakan Islam. Masya Allah, inilah sebaik-baik manusia sebagaimana firman Allah Taala dalam ayat,“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan kebajikan, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?’ (TQS Fussilat 41: 33).

 

Mereka tekun belajar demi menjadi manusia yang bermanfaat. Berbekal akidah Islam, generasi muslim akan tangguh, tidak mudah putus asa, alih-alih memiliki kesehatan mental yang rendah seperti yang marak terjadi pada generasi sekuler saat ini. Sebaliknya, mereka adalah orang-orang yang gigih memerangi ideologi kapitalisme dan berbagai pemikiran sekuler turunannya.

 

Oleh karena itu generasi yang demikian hanya akan mampu dicetak oleh negara Islam, dalam bingkai Khilafah. Khilafah memiliki sistem pendukung terbaik dalam mewujudkannya. Khilafah akan senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas remaja dengan ideologi Islam melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam.

 

Media yang hari ini menjadi “pembunuh” generasi, dalam Islam akan menjadi alat untuk menjaga suasana keimanan masyarakat. Dan mengondisikan generasi muda yang memiliki energi besar untuk terus menghidupkan aktivitas dakwah menuju Islam sebagai Rahmatan lil Alamin.

 

Demikianlah keagungan sistem Islam dalam mencetak dan melahirkan generasi yang siap membangun peradaban. Ideologi kapitalisme telah menjadi pangkal kerusakan persoalan remaja. Sedangkan moderasi beragama adalah proyek politik untuk menghadang kebangkitan Islam, dan semata demi menjaga eksistensi ideologi kapitalisme.

 

Membuang ideologi kapitalisme beserta seluruh turunannya, dan menggantinya dengan sistem Islam adalah perjuangan hakiki. Dalam naungan khilafah, terwujudlah generasi penjaga Islam yang tepercaya dan bertakwa. Wallahualam bissawab. [ LM/ry ].

Please follow and like us:

Tentang Penulis