Pantai Karangsong, Akankah Tinggal Kenangan?
LenSaMediaNews.com__Pantai Karangsong di Indramayu diterjang badai. Lebih tepatnya badai PHK. Diberitakan oleh Tribunnews.com (6-10) dari puluhan karyawannya kini hanya tersisa 6 orang. Kunjungan wisatawan menurun drastis. Dulu saat weekend, ribuan orang memadati pantai ini. Sekarang, pantai Karangsong pun seakan mati suri.
Miris, sedih, prihatin. Mencari kerja di kota mangga ini sangat tidak mudah. Korban PHK kerap kali frustasi, mengingat tuntutan kebutuhan hidup harian tak kenal absen. Minimal sekali untuk biaya makan keluarga. Di titik inilah patut untuk dipikirkan bersama, mengapa kondisi hidup kian ke sini kian ke sana. Maksudnya kian jauh dari gapaian tangan manusia jelata.
Teringat firman Allah: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. al-A’raf: 96)
Jika direnungkan, cukuplah ayat tadi memberikan jawaban sekaligus petunjuk, bagi kita semua, pun bagi para korban PHK. Tak kurang-kurangnya tanah subur di Kabupaten Indramayu. Garis pantainya pun mengular sepanjang 147 kilometer, membentang di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Jadi jangan tanya sebanyak apa harta karun di dalam lautnya.
Namun, terasa menguap begitu saja. Kehidupan masih juga sempit. Keberkahan nampak menggantung tertahan. Jika kembali dikaitkan dengan ayat di atas, perlu untuk kita bermuhasabah. Merenungi kondisi diri dan tanah tempat kita berdiri ini. Sudahkah kita benar-benar beriman dan bertakwa.
Adakah penduduknya yang masih terbelenggu atau bahkan larut bersama praktik-praktik riba. Lalu mayoritas perempuannya yang muslim, apakah sudah tunduk dan patuh kepada Allah dalam menjaga aurat dan berpakaian sesuai yang Allah inginkan. Adakah anak-anak, bapak-bapak dan semua penduduknya memakmurkan masjid-masjid. Adakah geliat dakwah mekar bersama masif seruan ber-amar ma’ruf nahi munkar. Apakah pemimpin-pemimpinnya sudah memberlakukan hukum dari Allah.
Karena jika tidak, maka kemalangan demi kemalangan akan menderas, menghujani setiap insan. Badai PHK hanyalah salah satunya. Tidakkah kita berkeinginan menghempaskan itu semua. Tidakkah kita lelah dan tergerak untuk mengubah kondisi. Jangan sampai kesempitan hidup ini membawa manusia pada kesempitan paripurna di akhirat.
Semoga pekat malam lekas diterangi fajar. Supaya pantai Karangsong pun tidak berakhir menjadi sebatas kenangan.
Shafayasmin Salsabila, MIMم_Muslimah Indramayu Menulis. [LM/Ss]