Kriminalitas Pemuda Marak, Indonesia Emas Terkoyak 

Oleh: Rini Rahayu

 pemerhati masalah sosial

 

LenSa Media News–Maraknya tawuran di kalangan pemuda bukan semata karena jiwa muda mereka yang menyala-nyala. Meskipun fisik mereka tampak sudah dewasa, tetapi nyatanya mereka masih kekanak-kanakan, karena mereka tidak tahu atau belum paham atas konsekuensi dari tindakannya mereka sendiri. Mereka hanya sekadar ikut-ikutan dan ingin menunjukkan eksistensi dirinya.

 

Seperti yang baru-baru ini terjadi di Semarang, sejumlah pemuda yang sering disebut gangster (kelompok berandalan) terlibat tawuran dengan menggunakan senjata tajam. Bahkan tawuran antar gangster ini pun menyebabkan Tirza Nugroho Hermawan (21) mahaiswa Udinus, meninggal akibat salah sasaran. Salah satu pelaku tawuran, Rico Sandova (23) warga Bulu Lor Semarang Utara, mengatakan tawuran itu berawal dari saling tantang di medsos (detik Jateng.com, 20-9-2024).

 

Mirisnya, banyak remaja yang terlibat tawuran dan melakukan tindak kriminal ini masih di bawah umur dan dibawah pengaruh miras. Mereka tidak paham bahwa melukai orang lain, apalagi sampai membunuhnya, adalah perbuatan dosa yang harus dipertanggungjawabkannya di hadapan Allah Ta’ala. Lantas, apa akar masalah sebenarnya?

 

Tingkah polah pemuda yang tanpa arah dan tujuan ini adalah akibat dari diterapkannya sistem sekularisme. Sistem ini lah yang sudah merusak pola pikir pemuda saat ini. Dimana pemuda sudah kehilangan visi misi dalam hidupnya.

 

Mereka tidak paham dengan konsep halal haram serta pahala dan dosa. Ini lah hasil dari propaganda sekularisme yang menjauhkan agama dari kehidupan. Mereka dicekoki slogan liberalisme yang penting bahagia, sehingga mereka bebas melakukan apapun walau harus menghilangkan nyawa orang lain.

 

Semua ini bisa terjadi di negara yang menganut sistem kapitalisme. Karena dalam sistem ini, pendidikan hanya difokuskan pada pencapaian nilai akademik saja dan sekolah dijadikan sarana untuk mendapatkan keuntungan.

 

Jadi wajar saja apabila pembinaan akhlak diabaikan. Padahal Akhlakul Karimah (akhlak yang baik) yang dimiliki pemudanya, adalah kunci sukses nya suatu peradaban suatu bangsa.Jadi mungkinkah Indonesia Emas akan tercapai apabila kriminalitas pemuda semakin bertambah, bahkan jauh dari Akhlakul Karimah?

 

Islam memiliki konsep yang jelas dan tegas, Islam akan memberikan lingkungan yang kondusif dalam keluarga dan masyarakat. Kebijakan yang dikeluarkan oleh negara akan menumbuh suburkan ketakwaan kepada Allah SWT dan mendorong pemuda berakhlak mulia.

 

Dengan dukungan ini, maka akan lahir generasi hebat, yang produktif, berpotensi dan senantiasa berkarya dalam kebaikan. Mereka akan mengkaji Islam dan Ilmu pengetahuan lainnya berdasarkan Al-Qur’an dan As-sunah kemudian mendakwahkannya dan terlibat langsung dalam perjuangan Islam.

 

Negara akan menyiapkan kurikulum Pendidikan yang sesuai dengan Al-qur’an dan As-sunah sehingga akidah akan menjadi landasan utama dalam sistem pendidikan. Mereka akan paham konsep halal haram dan pahala dosa. Sehingga mereka akan menyandarkan segala perbuatannya hanya untuk mendapatkan Ridho Allah SWT.

 

Selain sistem pendidikan, Islam juga memiliki sistem sanksi yang membuat jera. Jadi setiap orang yang sudah balig (bukan dilihat dari usia) harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah SWT.

 

Dengan penerapan sistem Islamlah, kriminalitas pemuda akan mendapatkan solusi yang tepat dan nyata. Para pemuda pun akan menjadi generasi pembentuk peradaban gemilang yang akan mewujudkan rahmatan Lil alaamiin. [LM/ry].

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis