Sudah Merdeka kah, Kita?

Oleh: Fenti 

LenSa Media News_Opini_Suasana euforia kemerdekaan di selenggarakan di berbagai daerah di negeri ini.

Merdeka secara harfiah berarti bebas dari belenggu, tekanan. Bebas dari penjajahan atau kekuasaan pihak tertentu yang lebih ditekankan pada kebebasan dari penderitaan fisik dan materi.

Betulkah saat ini kita sudah merdeka?

Banyak orang yang masih merasakan kelaparan, karena begitu jomplangnya perekonomian yang ada di negara ini.

Belum lagi pengangguran yang semakin meningkat. Tingkat pengangguran di Indonesia menempati posisi pertama di ASEAN. Menurut data dari IMF (Internasional Monetary Fund) per April 2024 tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2 % (CNBCIndonesia.com, 19-7-2024).

Ibu-ibu yang mengeluh dengan melambungnya harga bahan kebutuhan pokok dan mengelus dada dengan biaya dan persaingan ketat sekolah anak-anaknya. Belum lagi bila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, bagi orang yang tidak mampu, beban semakin menghimpitnya. Seolah orang miskin itu ga boleh sakit karena pengobatan sangat mahal.

 

Hal yang berbeda halnya dengan orang di kalangan atas. Media sosial dijadikan ajang memamerkan kekayaannya dengan makan makanan yang berlebihan. Tidak luput juga para wanita sosialita yang memamerkan tas-tasnya dengan harga puluhan juta rupiah. Apalagi kalau mereka meng-spill barang yang dikenakan mulai dari kepala sampai ujung kaki yang bisa membuat mulut kita ternganga. Pendidikan bisa dikecap di manapun yang mereka inginkan tanpa harus memikirkan dulu biaya yang akan dikeluarkan orang tua nya dengan kekayaan yang dimilikinya. Dan apabila mereka mengalami sakit, bisa dengan mudah pergi ke luar negeri untuk berobat.

 

Inilah jurang pembeda antara si kaya dan si miskin yang terlahir dari rahim kapitalisme, yaitu sebuah ideologi yang memberikan kebebasan bagi para pemilik modal untuk mengendalikan perekonomian untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan lingkungan sekitarnya.

 

Kapitalisme juga melahirkan sekularisme, yaitu kehidupan yang tidak didasarkan pada agama sehingga menimbulkan masalah-masalah sosial seperti seks bebas yg akhirnya membawa pada masalah lain seperti maraknya zina, HIV, dan aborsi.

Anggota Komisi IX DPR RI Arzeti Bilbina menjelaskan, dari data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tercatat lebih dari 50% remaja perempuan yang melakukan hubungan seksual di usia 15-19 tahun, sedangkan laki-laki angkanya diatas 70%. Menurut Arzeti “Kampanye No Sex sebelum menikah,” harus semakin digalakkan (Parlementaria.com, 13-8-24).

 

Begitu juga dengan masalah ekonomi yang melilit masyarakat hingga hari ini termasuk maraknya judol dan pinjol. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Budi Arie Setiadi pemain judol tembus 2,7 juta , dimana di domisili anak muda berusia 17-20 tahun (Suara.com, 21-4-24).

         Sistem Islam Mensejahterakan Rakyatnya 

Beda halnya jika kita berpegang pada Islam. Islam sangat menjunjung tinggi martabat dan kemerdekaan manusia. Yang memegang tampuk kekuasaan tidak akan membiarkan rakyatnya mengalami kelaparan, karena negara akan mencukupi kebutuhan pokok rakyatnya. Negara pun akan menyediakan lapangan pekerjaan supaya para lelaki bisa memberikan nafkah kepada keluarganya.

Kekayaan yang dimiliki oleh negara tidak akan diberikan kepada pihak swasta atau ormas ataupun pihak asing, tapi akan dikelola oleh negara dimana hasilnya bisa digunakan oleh rakyatnya. Negara akan membuat aturan-aturan supaya rakyat terkendali tidak bebas kebablasan.

 

Pendidikan gratis diberbagai tingkatan, bisa dijangkau oleh masyarakat luas. Kurikulum yang digunakanpun berbasis akidah Islam di seluruh berbagai tingkatan pendidikan. Sehingga terhindar dari pergaulan bebas, kecanduan game online dan judi online.

 

Begitu pula dengan pelayanan kesehatan akan diberikan secara gratis untuk semuanya.

Demikianlah Islam memberikan solusi dalam berbagai masalah untuk kesejahteraan rakyatnya. Dan tentu saja kebijakan-kebijakan yang diberikan tidak akan merugikan rakyatnya apalagi menghancurkan generasi penerusnya. Kebijakan-kebijakan yang akan diambil diaturnya sesuai dengan syariat Islam.

 

Dalam Islam, merdeka adalah terbebas dari segala bentuk penghambaan terhadap makhluk menuju penghambaan totalitas hanya kepada Allah Taala. Seorang hamba yang tidak tunduk kepada siapa pun, tidak mengambil standar dari siapa pun, tidak berhukum dengan hukum siapa pun, kecuali hukum Allah semata, berarti ia telah memerdekakan dirinya dengan kemerdekaan yang hakiki.

Sudah merdeka kah kita?

Wallahu alam

(LM/SN)

Please follow and like us:

Tentang Penulis